Summary:

Last Week Review

• GOOD BYE 2024, MENYAMBUT 2025 DENGAN HARAPAN, OPTIMISME, & STRATEGI BARU. IHSG terkoreksi 2.65% pada 2024, di tengah bullish pasar ekuitas global. Tahun lalu S&P melonjak 23,3% dan Nasdaq naik 28,7%. S&P 500 bahkan catatkan lonjakan dua tahun sekitar 53,19% , menandai kinerja tahunan berturut turut terkuat untuk indeks tersebut sejak 1997-1998. Reli pasar saham AS telah didorong oleh ekspektasi pertumbuhan seputar kecerdasan buatan / AI , penurunan suku bunga yang diharapkan dari Federal Reserve, dan ekonomi AS yang kuat ; serta yang terbaru: kemungkinan kebijakan deregulasi dari pemerintahan Trump yang akan datang setelah ia dilantik 20 January nanti. Tak hanya di AS saja, indeks MSCI global rally hampir 16% pada tahun 2024. Di Eropa , indeks STOXX 600 mengakhiri 2024 dengan kenaikan sebesar 5,99%.

• FIXED INCOME & CURRENCY: YIELD US TREASURY telah meningkat sekitar 69 basis poin tahun lalu , di mana lonjakan lebih dari 74 bps terjadi pada Q4/2024. Perbedaan suku bunga yang melebar telah meningkatkan daya tarik DOLLAR tahun lalu. DOLLAR INDEX (DXY), yang mengukur kekuatan greenback terhadap 6 mata uang utama lainnya, naik 6,6% pada tahun 2024 setelah melonjak 7,3% pada Q4, merupakan penguatan kuartalan terbesar sejak 1Q/2015. Menutup 2024 di hari Selasa, EURO mata uang tunggal tsb turun 6,1% di tahun lalu terhadap greenback setelah merosot 6,5% di kuartal 4.

• KOMODITAS: Harga MINYAK anjlok sekitar 3% pada tahun 2024, merosot selama 2 tahun berturut-turut, akibat pemulihan demand pascapandemi masih stuck , ekonomi China masih berjuang ke arah pertumbuhan, dan AS serta produsen non-OPEC lainnya memompa lebih banyak minyak mentah ke pasar global yang terkesan over-supply. Adapun produksi minyak AS naik 259.000 barel per hari ke rekor tertinggi 13,46 juta bpd di bulan Oktober, karena permintaan melonjak ke level terkuat sejak pandemi. Produksi diperkirakan akan naik ke rekor baru 13,52 juta barel per hari tahun depan, demikian kata EIA. Adapun perkiraan tsb didukung oleh beberapa pemikiran sbb: trend suku bunga yang lebih rendah di tahun 2025, kebijakan dari Presiden AS terpilih Donald Trump terkait konflik geopolitik global, aktivitas manufaktur China telah meningkat selama 3 bulan berturut-turut.

• INDONESIA memulai tahun 2025 dengan simpang siur & kekisruhan terkait pelaksanaan kebijakan PPN 12% alias kenaikan 1% yang akhirnya hanya dikenakan atas barang-barang mewah yang tergolong dalam Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) per 31 Desember 2024 seperti private jet, yacht, rumah / hunian mewah di atas Rp 30 milyar, dan juga mobil mewah. Sedangkan barang-barang umum yang dikonsumsi masyarakat tarifnya tetap 11%. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 131 Tahun 2024 yang ditetapkan Sri Mulyani Indrawati pada 31 Desember 2024.

• In overall, perdagangan awal tahun 2025 masih terkesan lambat dan sepi, walau IHSG menorehkan nota positif pada hari perdagangan pertama dengan reli +1,18% yang didorong oleh sektor Energi dan sektor Properti. Rupiah berada pada posisi IDR 16,185 / USD. Dana asing selama sepekan terakhir masih terdata net sell sebesar IDR 789.54 milyar (RG market). Inflasi Indonesia bulan Desember 2024 tercatat 1.57% yoy, naik 0,02% dari bulan Nov.

This Week’s Outlook

• Minggu ini akan menjadi minggu yang sibuk dengan data tenaga kerja AS, notulen rapat Federal Reserve, dan beberapa pejabat The Fed beserta data inflasi dari Zona Euro dan China . Sementara itu, pasar AS akan tetap tutup pada hari Kamis untuk menghormati almarhum mantan Presiden Jimmy Carter. Berikut ini adalah pandangan Anda tentang apa yang terjadi di pasar untuk pekan ini :

1. Laporan ketenagakerjaan AS / Nonfarm Payroll pada hari Jumat diperkirakan akan menunjukkan bahwa ekonomi AS menambah 154.000 pekerjaan pada bulan Desember, sementara tingkat pengangguran diperkirakan akan tetap stabil di angka 4,2%. Namun sebelum hari Jumat, para investor akan mendapatkan update terlebih dahulu mengenai JOLTs Job Openings pada hari Selasa, diikuti oleh data tentang perekrutan sektor swasta ADP Nonfarm Employment Change, serta laporan mingguan tentang klaim pengangguran di hari Rabu, yang akan dirilis sehari lebih awal menjelang Hari Berkabung Nasional pada hari Kamis.

2. Pada hari Rabu, The Fed akan merilis risalah FOMC MEETING bulan Desember di mana mereka menyampaikan penurunan suku bunga 25 basis poin ketiga kalinya berturut-turut. Investor juga akan mendapatkan kesempatan untuk mendengar beberapa statement dari pejabat The Fed selama minggu ini seperti pidato dari Gubernur Cook dan Waller pada hari Senin dan Rabu, masing-masing kemungkinan akan menjadi sorotan. Presiden Richmond Fed Thomas Barkin dan Presiden Philadelphia Fed Patrick Harker juga akan menyampaikan sambutan.

3. Pasar ekuitas merosot pada akhir Desember dan awal Januari, setelah berprestasi bagus pada 2024. Prospek untuk tahun ketiga berturut-turut yang luar biasa sebagian bergantung pada kekuatan ekonomi, dengan data pasar tenaga kerja di antara bacaan terpenting tentang kesehatan ekonomi. Data tersebut juga dapat membantu memperjelas prospek suku bunga setelah Federal Reserve bulan lalu mengguncang pasar dengan beralih ke prospek yang lebih hati-hati untuk pemotongan suku bunga saat menaikkan perkiraannya untuk inflasi tahun 2025. Para investor waspada terhadap laporan payroll yang mengungkapkan ekonomi yang terlalu kuat, dengan kebangkitan inflasi di bawah pemerintahan Trump yang akan datang dipandang sebagai salah satu risiko utama bagi pasar di awal tahun.

4. Ekspektasi penurunan suku bunga tambahan dari Bank Sentral Eropa akan diuji oleh data inflasi Zona Euro bulan Desember yang akan dirilis pada hari Selasa. Angka inflasi Jerman dan Prancis akan dirilis pada hari Senin. Sementara itu, China akan merilis data inflasi harga konsumen dan produsen pada hari Kamis. Tingkat inflasi tahunan hampir datar pada bulan Desember sementara PPI China berada dalam wilayah kontraksi, yang menunjukkan bahwa langkah-langkah stimulus pemerintah masih belum berhasil dalam meningkatkan permintaan.

5. Harga minyak berakhir lebih tinggi minggu lalu karena prospek demand didorong oleh cuaca dingin di Eropa dan AS bersama dengan stimulus ekonomi tambahan di China. Adapun pekan lalu Brent membukukan kenaikan mingguan sebesar 3,3%, sementara minyak mentah berjangka WTI membukukan kenaikan sebesar 5%. Harga minyak tampaknya akan tetap didukung di tengah peningkatan permintaan heating oil setelah prakiraan cuaca dingin di beberapa wilayah. Data minggu lalu yang menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah AS juga mendukung harga. Namun kenaikan harga minyak tampaknya akan tertahan oleh US Dollar yang lebih kuat karena didukung ekspektasi bahwa ekonomi AS akan terus mengungguli negara-negara lain secara global tahun ini dan bahwa suku bunga AS akan tetap relatif lebih tinggi.

Download full report HERE.