Last week review:
Market Indonesia yang lumayan sepi karena terpotong dua hari libur hari raya Nyepi dan hari pertama puasa pada pekan lalu, berhasil ditutup dengan kenaikan mingguan sebesar 1.26% ke posisi 6762.25; didukung oleh Foreign Net Buy sebesar IDR 187.62 miliar, mempertahankan pembelian bulanan asing yang memang baru banyak masuk di bulan ini sebesar IDR 3.37 triliun (YTD: IDR 3.46triliun). Namun, sentimen luar negeri sesungguhnya cukup ramai dengan rilis data ekonomi dan kebijakan bank sentral mereka yang banyak jadi sorotan pelaku pasar global. Yang utama adalah ketika Federal Reserve menaikkan Fed Fund Rate 25 bps ke level 5% dan mereka mengindikasikan setidaknya akan ada satu lagi kenaikan suku bunga di tahun ini (walau di satu sisi juga mengesampingkan kemungkinan pemotongan/pivot di tahun ini); disusul oleh Bank of England yang juga naikkan suku bunga acuan 25 bps ke level 4.25%. Keputusan itu diambil setelah menimbang antara krisis sistem perbankan AS yang mulai muncul dan tekanan inflasi yang masih ada; terbukti dari laporan data ekonomi: AS Building Permits, New Home Sales (Feb.) dan US Existing Home Sales masih lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Sementara itu, Initial Jobless Claims malah turun ke 191 ribu dari forecast 197 ribu & periode sebelumnya 192 ribu. Adapun S&P Global Composite PMI AS (Mar.) lebih banyak ekspansi ketimbang forecast 47.5, nyatanya menjadi 53.3 (lebih tinggi dari previous 50.1).

This week’s outlook:
Para investor akan berharap melihat adanya stabilitas pada situasi market yang sempat diguncang oleh krisis perbankan AS & Eropa, terlebih ancaman credit default swaps dari bank raksasa Jerman, Deutsche Bank juga mulai terendus. Seiring mendekatnya penghujung kuartal pertama tahun ini, Chairman Federal Reserve Jerome Powell menyatakan bahwa stress perbankan ini akan memicu persoalan kredit yang berimplikasi signifikan dalam menekan ekonomi AS. Para pelaku pasar pun mulai  memperhitungkan kemungkinan tidak adanya kenaikan suku bunga pada FOMC Meeting mendatang bulan Mei nanti. Sementara itu, data ekonomi yang keluar minggu ini memang lebih sedikit dari minggu lalu tapi ada highlight yang cukup penting yaitu Core PCE Price Index (Feb.) yang jadi acuan favorit The Fed dalam mengukur tingkat Inflasi. Jika pembacaannya kali ini terakselerasi lagi mengikuti angka Jan. maka dikhawatirkan The Fed akan kembali menjadi lebih hawkish. Consumer Confidence data (Mar.) juga akan rilis hari Selasa dan diperkirakan akan menunjukkan efek stress dari sistem keuangan. Adapun data krusial lainnya adalah Pending Home Sales, revised GDP, serta Initial Jobless Claims mingguan seperti biasa. Dari belahan dunia lainnya, pada hari Jumat akan rilis sejumlah data penting dari: Zona Eropa (data Inflasi Mar.); China (PMI Mar.); Jepang (Inflasi Tokyo Mar.).

Download full report HERE.