Summary:

PEKAN DATA PMI SEANTERO GLOBAL MENDOMINASI PERHATIAN PARA PELAKU PASAR. Selama sepekan lalu, S&P500 melonjak 1.7%, DJIA menguat 1.3%,  dan NASDAQ naik 1.4%, kebanyakan didukung oleh sentiment laporan keuangan terutama menyoroti kinerja cemerlang kuartal 4 Nvidia dan perkiraan revenue perusahaan chip terkait kecerdasan buatan (AI) ini akan mampu di atas perkiraan para analis. Pekan lalu adalah minggu yang sepi kalender ekonomi AS, agenda utama adalah publikasi Notulen Rapat FOMC Meeting Januari yang masih bernada sama bahwa kebanyakan pejabat bank sentral AS masih ragu untuk segera memangkas suku bunga. Para pembuat kebijakan juga belum dapat memastikan sampai kapan kebijakan moneter ketat ini masih berlangsung. Tidak tertutup kemungkinan perkiraan pivot pertama jadi semakin mundur ke bulan Juli, yang ternyata mengandung lebih banyak peluang dari bulanbulan FOMC Meeting  sebelumnya, yang merupakan salah satu rangkaian dari rencana pemangkasan sekitar 80 bps di tahun ini. Adapun Initial Jobless Claims terbaru ternyata kembali dirilis lebih rendah dari ekspektasi (actual: 201 ribu versus forecast: 217 ribu, dan juga lebih rendah dari previous period: 213 ribu). Bicara mengenai data PMI, US PMI juga menunjukkan aktifitas manufaktur semakin ekspansif di bulan Februari, sementara sektor jasa agak melambat. Existing Home Sales terlihat sedikit naik untuk bulan Januari, memperlihatkan kesehatan sektor property AS yang cukup stabil. Sementara itu, PMI di benua Asia & Eropa pun turut dirilis dengan hasil bervariasi. Sementara Jepang masih menjelaskan aktifitas manufaktur & jasa yang relative masih slow di negara tersebut, demikian pula sejumlah negara di Eropa yang masih struggling di area kontraksi, kecuali sektor jasa Eurozone yang mulai menyebrang ke border ekspansif (persis angka 50), suatu performa yang tak pernah terlihat sejak September 2023 lalu. Di sisi lain, Inggris menunjukkan Composite PMI yang semakin menguat, walau di tengah perlambatan sektor manufaktur yang terbantu oleh aktifitas jasa di sana. Kabar baik lainnya dari Eurozone adalah mereka berhasil kendalikan tingkat Inflasi sesuai ekspektasi, mencapai level 2.8% yoy di bulan Januari, sedikit melandai dari 2.9% di bulan sebelumnya. Sayangnya, Jerman belum mampu keluar dari ranah resesi secara GDP kuartal 4 tahun lalu masih terkontraksi minus 0.2% yoy (sesuai forecast), walau sedikit membaik dari pertumbuhan negatif di kuartal sebelumnya minus 0.4%.

MARKET CHINA dibuka kembali setelah libur hari raya Chinese New Year, di tengah sinyal bahwa belanja konsumen telah meningkat dan dalam beberapa kasus melampaui level sebelum COVID -19. Data resmi menunjukkan bahwa konsumen China telah menghabiskan lebih banyak uang untuk travelling, belanja, dan makan di luar selama liburan dibandingkan dengan tahun lalu. Angka ini mendorong harapan bahwa belanja konsumen China, yang merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi, kini mulai pulih setelah merosot 3 tahun. Adapun Peoples Bank of China memotong suku bunga acuan tenor 5 tahun menjadi 3.95% dari 4.20%, lebih besar dari yang diperkirakan para analis 4.1%, dengan demikian melonggarkan kebijakan moneter demi mendukung perbaikan ekonomi yang tergolong lambat di negeri tersebut. Loan Prime Rate (LPR) 1 tahun dibiarkan tak berubah pada level 3.45%. Sementara itu di negara tetangganya, Jepang laporkan pertumbuhan Ekspor yang lebih tinggi dari ekspektasi di bulan Januari, didukung oleh membaiknya permintaan luar negeri untuk kendaraan & elektronik; di tengah melemahnya permintaan domestik yang jadi biang keladi anjloknya Impor sebesar 9.6%.

KOMODITAS: Harga CRUDE OIL terpantau cukup volatile pekan lalu, dilingkupi berbagai sentiment seperti profittaking yang melanda atas kinerja solid sepanjang bulan Februari ini, di tengah persaingan dari harga gas alam yang turun drastis. Faktor yang menyebabkan harga CRUDE OIL kehilangan daya tawar tersebut lebih besar dibanding eskalasi konflik Timur Tengah setelah Israel meluncurkan serangan udara ke Lebanon dan militant Houthi yang masih menyerang kapal kargo komersial di sekitar perairan Laut Merah, malah dilaporkan melibatkan kapal selam tempur. Walau masih banyak perusahaan kargo international yang memilih memutar ke Tanjung Harapan, Afrika, maskapai penerbangan AS United Airlines diketahui akan membuka kembali jalur penerbangan ke Israel bulan depan. Terakhir Radio Militer Israel mengumumkan bahwa cabinet PM Benjamin Netanyahu sepakat untuk mengirim negotiator untuk membicarakan kemungkinan gencatan senjata, yang mana diskusi tersbut akan bertempat di Paris. Bicara mengenai komoditas lain, ALUMUNIUM & NICKEL akhirnya mendapatkan momentum penguatannya setelah US President Joe Biden berencana untuk mengenakan sanksi besar atas Russia menyusul wafatnya pimpinan oposisi Alexey Navalny.

INDONESIA: RDG BI menetapkan BI7DRR tetap di posisi 6.0% dengan bunga acuan deposito dan tingkat bunga kredit tak bergeming masing-masing di level 5.25% dan 6.75%. Foreign Net Buy selama sepekan terakhir terkumpul IDR 3.72 triliun (all market), semakin menebalkan posisi YTD mereka menjadi IDR 22.13 triliun.

This week’s outlook:

US INFLATION akan menjadi highlight pekan ini di mana dinantikan data Personal Consumption Expenditures (PCE) price index di hari Kamis. Para ekonom telah memperkirakan kenaikan 0.3% di bulan Januari setelah 0.2% di bulan sebelumnya. Jika data actual terbukti lebih tinggi maka akan memicu pemikiran bahwa The Fed dapat menunda pemotongan suku bunga lebih lambat lagi tahun ini. Kalender ekonomi pekan ini juga akan mempersembahkan Durable Goods Orders, ISM Manufacturing PMI, New & Pending Home Sales, CB Consumer Confidence, serta pandangan penting dari University of Michigan. Musim laporan keuangan akan sedikit kehilangan pamornya, namun hasil kinerja dari sejumlah retailer besar AS akan dinantikan pekan ini, dan sejatinya mampu memberikan petunjuk penting mengenai kesehatan daya beli masyarakat.

Data INFLASI EUROZONE juga akan dipantau ketat para pelaku pasar pada hari Jumat, menjelang rapat European Central Bank tanggal 7 Maret nanti. CPI Eurozone memang telah melandai ke level 2.8% yoy di bulan Januari, dari 2.9% di December, menunjukkan trajectory ke target ECB 2% setelah sempat memuncak double digit di tahun 2022. Kali ini para ekonom perkirakan Inflasi Februari akan berada di level tahunan 2.5%. Sejauh ini ECB telah pertahankan suku bunga di titik tertingginya sejak September lalu dan dipercaya bahwa mereka masih perlu pertahankan kebijakan moneter ketat tersebut, terutama sebelum memantau data Upah yang penting di kuartal kedua nanti.

DATA PMI CHINA dijadwalkan keluar hari Jumat, akan menentukan apakah langkah-langkah stimulus yang telah diluncurkan pemerintah China selama ini untuk mendongkrak ekonomi mereka, membuahkan hasilnya. Adapun para ekonom memperkirakan data PMI resmi China masih akan memperlihatkan sektor manufaktur di teritori kontraksi, sementara Caixing Manufacturing Index diramal akan tetap stabil.

Harga MINYAK ambruk hampir 3% pada Jumat lalu dan membukukan penurunan mingguan setelah para pejabat bank sentral AS mengindikasikan delay pemotongan suku bunga mereka bisa setidaknya 2 bulan lagi. Pekan lalu, harga Brent mundur 2% dan US WTI jatuh lebih dari 3%. Namun demikian, indikasi membaiknya permintaan minyak global dan teratasinya masalah terkait jalur persediaan bisa mendukung harga di pekan ini.

INDONESIA: bisa bersabar sedikit menunggu rilis data ekonomi penting di penghujung minggu ini, dengan sejumlah indikator seperti: Nikkei Manufacturing PMI (Feb.) dan data Inflasi (Feb.) yang diperkirakan tak banyak bergerak sekitar 2.56% yoy (dari 2.57% di bulan Januari).

Download full report HERE.