Summary:
Last Week Review
• Selama sepekan lalu, S&P 500 naik 1,68%, Nasdaq menguat 1,73%, dan Dow Jones Industrial Average melesat 1,96%. Saham raksasa Teknologi mulai berguguran ; rotasi sektor bergulir ke saham-saham berkapitalisasi rendah. Di pekan yang cenderung tenang dan tidak banyak data ekonomi yang mengguncang, pelaku pasar masih memantau ketat nama Menteri Keuangan yang akan dikeluarkan Presiden baru AS Donald Trump. Ekonomi AS terpantau solid dengan Initial Jobless Claims yang lebih rendah dari perkiraan, sementara PMI terbantu oleh sektor Jasa yang tumbuh pesat. Penjualan Rumah yang telah ada (Existing Home Sales) bulan Oct pun mampu menguat sesuai ekspektasi. Pasar pun mencerna pemikiran bahwa kebijakan pemerintahan Trump akan kembali membawa tinggi Inflasi akibat pengenaan tariff, namun proyeksi pemotongan suku bunga The Fed pada bulan Desember masih ada peluang 25 bps rate cut sebesar sekitar 60%, walau tersimpan 40% sisanya probabilitas The Fed akan menahan suku bunga tetap di tempat. Perbedaan Amerika dengan negara-negara lain di dunia – yang terwujud dalam kekuatan Dollar AS, reli tanpa henti di Wall Street, dan kenaikan signifikan dalam imbal hasil US Treasury – semakin mengakar dari minggu ke minggu. Dollar telah naik 8 minggu berturut-turut dan pada hari Jumat lalu mencapai titik tertinggi dalam 2 tahun. Menurut analis TD Securities, dana AS dalam 13 minggu terakhir telah menguasai lebih dari 70% dari semua arus masuk dana obligasi pasar negara maju dan hampir 90% dari semua arus masuk dana ekuitas developed market.
• Sentimen terhadap aset EMERGING MARKETS (negara berkembang) sedang buruk. Indeks MSCI EM dan Asia ex-Jepang telah turun dalam 5 dari 7 minggu terakhir. Pelaku pasar tengah mempertimbangkan apakah ini saat yang tepat untuk Buy on Weakness. Jika memang demikian, tindakan yang tepat harusnya terjadi minggu lalu karena kedua indeks acuan tsb mengalami penurunan mingguan sekitar 4,5%, merupakan penurunan tertajam sejak Juni 2022. Namun, keduanya tidak dapat pulih lebih dari 0,5%, yang merupakan indikasi bahwa investor tidak terburu-buru untuk kembali masuk. Dan untuk tahun depan, para ahli strategi di SocGen telah memangkas eksposur pasar berkembang mereka menjadi hanya 6%, dengan alasan dampak dari kebijakan onshoring AS serta pertumbuhan relatif, suku bunga, dan dinamika yang semuanya lebih mendukung pasar AS ketimbang EM.
• KOMODITAS : Kedua patokan MINYAK mentah naik sekitar 6% selama seminggu, tertinggi sejak 7 November seiring Moskow meningkatkan serangannya ke Ukraina setelah Inggris dan AS mengizinkan Kyiv menyerang lebih dalam ke Rusia dengan rudal mereka. Para analis melihat eskalasi PERANG RUSSIA – UKRAINE ini telah meningkatkan ketegangan geopolitik melampaui level yang terlihat selama konflik setahun antara Israel dan Iran. Presiden Russia VLADIMIR PUTIN mengatakan Russia akan terus menguji rudal hipersonik Oreshnik barunya dalam pertempuran dan memiliki stok yang siap digunakan. Rusia telah menembakkan rudal tersebut ke Ukraina, membalas serangan rudal balistik buatan AS dan rudal jelajah buatan Inggris yang diluncurkan Ukraina ke wilayah Rusia. Sementara itu, AS memberlakukan sanksi baru pada Gazprombank Rusia saat Presiden Joe Biden meningkatkan sanksi untuk menghukum Moskow atas invasinya ke Ukraina sebelum ia meninggalkan jabatannya pada 20 Januari. Kremlin mengatakan sanksi baru AS tersebut merupakan upaya Washington untuk menghalangi ekspor gas Rusia.
• AS juga melarang impor makanan, logam, dan lainnya dari sekitar 30 perusahaan CHINA atas dugaan kerja paksa yang melibatkan orang Uighur. China, importir minyak terbesar di dunia, mengumumkan langkah-langkah kebijakan minggu lalu untuk meningkatkan perdagangan, termasuk dukungan untuk impor produk energi, di tengah kekhawatiran atas ancaman Presiden terpilih AS Donald Trump untuk mengenakan tarif. Berdasarkan data pelacakan kapal, para analis & trader memperkirakan impor minyak mentah China akan pulih pada bulan November. Impor minyak juga meningkat di INDIA , importir minyak terbesar ketiga di dunia, didorong peningkatan konsumsi dalam negeri meningkat.
• RAPAT DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA menetapkan suku bunga acuan BI7DRR tetap di level 6.0% demi menjaga stabilitas RUPIAH yang masih bercokol di level sekitar 15850-15900. Selama sepekan terakhir asing menjual bersih portfolionya sebesar IDR 3.61 triliun.
This Week’s Outlook
• AS akan merilis angka inflasi, yang mana akan dicermati dengan seksama oleh para investor yang mencoba mengukur arah suku bunga Federal Reserve di masa depan, sementara dimulainya musim belanja liburan dan lebih banyak lagi pendapatan ritel akan menunjukkan bagaimana belanja konsumen bertahan di tengah harga-harga yang lebih tinggi.
• AS akan merilis PERSONAL CONSUMPTION EXPENDITURE (PCE) price index , pengukur Inflasi favorit yang dipakai Federal Reserve, pada hari Rabu. Para ekonom memperkirakan indeks PCE akan naik 2,3% per tahun di bulan Oktober. Sementara AS akan merilis data bulan November mengenai harga konsumen dan produsen sebelum FOMC MEETING berikutnya pada 17-18 Desember, ini akan menjadi laporan PCE terakhir sebelum itu. Data inflasi yang membandel baru-baru ini membuat The Fed mengambil sikap hati-hati terhadap penurunan suku bunga lebih lanjut. Ekspektasi pasar mengenai apakah the Fed akan kembali memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan Desember atau berhenti sejenak di tengah ketidakpastian mengenai potensi kenaikan inflasi di bawah pemerintahan Trump.
• Para investor akan mendapatkan insight baru mengenai kesehatan konsumen dan sektor ritel AS di minggu mendatang seiring BLACK FRIDAY menandai dimulainya musim belanja liburan, yang kemungkinan akan mengindikasikan bagaimana para pembeli menghadapi harga-harga yang lebih tinggi. Sejumlah emiten ritel dipantau akan merilis angka revenue kuartal 3 dan guidance kuartal ke depannya.
• TRUMP TRADE sepertinya masih akan tetap menjadi pendorong utama aktivitas pasar untuk saat ini. Investor yang bertaruh pada “beli kripto dan dolar, jual aset asing atau hijau” masih mendapat untung, meskipun ada sedikit perlambatan momentum. BITCOIN meroket mendekati USD 100.000, naik sekitar 50% sejak awal Oktober, ketika pasar mendukung kemenangan Trump dalam Pemilu AS. DOLLAR INDEX telah naik 3,6%. Energi bersih , yang bukan merupakan kekuatan Trump, adalah yang berkinerja terburuk, dengan ETF clean energy iShares turun hampir 14%. Peso Meksiko telah kehilangan lebih dari 4%, sementara pasar ekuitas Eropa turun sekitar 3%.
• Harga MINYAK naik sekitar 1% pada hari Jumat, dan menetap di level tertinggi selama 2 minggu, karena eskalasi PERANG RUSSIA – UKRAINA mendorong premi risiko geopolitik. Kedua patokan minyak mentah mengakhiri minggu ini dengan kenaikan sekitar 6% karena Moskow meningkatkan serangannya setelah Inggris dan AS mengizinkan Kyiv menyerang lebih dalam ke Rusia dengan rudal-rudalnya. Sementara itu, China, importir minyak terbesar di dunia, mengumumkan langkah-langkah kebijakan untuk meningkatkan perdagangan, termasuk dukungan untuk impor produk energi, di tengah kekhawatiran atas ancaman pemerintahan Trump yang akan datang untuk memberlakukan tarif.
• EUROZONE akan merilis data inflasi yang akan diawasi secara ketat pada hari Jumat karena pasar mencoba untuk mengukur jalur kebijakan moneter EUROPEAN CENTRAL BANK (ECB). Inflasi rebound ke 2% di bulan Oktober setelah jatuh di bawah target 2% ECB di bulan sebelumnya. Data pada hari Jumat menunjukkan bahwa aktivitas bisnis di blok tersebut memburuk secara tajam bulan ini karena industri jasa mengalami kontraksi dan manufaktur tenggelam lebih dalam ke dalam resesi. ECB telah memangkas suku bunga 3 kali tahun ini dan pasar memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan Desember di tengah kekhawatiran akan prospek ekonomi di kawasan ini. Sementara itu, lembaga pemeringkat Standard and Poor’s akan meninjau kembali peringkat kredit Perancis setelah Fitch dan Moody’s baru-baru ini menurunkan prospek mereka menjadi negatif.
Download full report HERE.