Last week review:

ECONOMIC INDICATOR ASSESSMENT CONTINUED; GOOD NEWS IS GOOD NEWS. Dunia keuangan dihadapkan pada kenyataan bahwa ekonomi AS tetap bagus, seusai rilis US Data Retail Sales (Des.) yang lebih kuat dari ekspektasi, malah bertumbuh 2x lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Walau hal tersebut terbilang wajar terjadi pada festive season libur Natal & Tahun Baru, namun tak pelak belanja masyarakat yang menopang dua pertiga perekonomian membuat AS harus meng-upgrade perkiraan GDP kuartal 4-nya. Initial Jobless Claims yang disangka muncul di angka 207 ribu (sedikit meningkat dari pekan sebelumnya pada 203 ribu) malah memberikan kejutan kekuatan pada angka yang jauh lebih sedikit yaitu 187 ribu saja. Data ekonomi yang kuat ini menyusul publikasi US CPI yang telah semakin melandai, otomatis semakin menegaskan pandangan bahwa Federal Reserve mungkin tidak perlu cepat-cepat melaksanakan pemotongan suku bunga di tahun 2024, seperti yang diamini oleh Gubernur Federal Reserve Christopher Waller. Statement dari Waller dan kenyataan indicator ekonomi AS tersebut otomatis memupuskan optimisme pemangkasan suku bunga secepat-cepatnya akan terjadi pada bulan Maret, menyebabkan peluang pivot tersebut mundur teratur menjadi hanya tersisa 52% (menurut CME); probability bahkan jatuh ke bawah 50% menurut Fed Rate Monitor Tool milik Investing.com. Sebaliknya, peluang pivot dieksekusi pada bulan Mei malah naik tajam ke persentase 50.9% dari hanya 17.0% di pekan sebelumnya. Imbal hasil obligasi AS pun melonjak di mana yield US Treasury tenor 10-tahun naik ke atas level psikologis 4.0% bahkan sempat hampir menyentuh yield 4.2%; Dollar Index pun turut berjaya sempat menyentuh High 103.7; keduanya merupakan titik tertinggi dalam 5 pekan. S&P500 ditutup di titik tertinggi dalam 2 tahun didukung kuatnya data belanja masyarakat & optimisme ekonomi AS sepertinya jauh terhindari dari resesi.

WORLD ECONOMIC FORUM 2024 – DAVOS: Prospek pertumbuhan pada tahun 2024 lemah, menurut survei yang dilakukan oleh para ekonom terkemuka dunia, dengan 56% responden memperkirakan kondisi akan kembali melemah di tahun 2025 mendatang. Hanya seperempatnya perkirakan perekonomian akan lebih kuat, sementara 20% memperkirakan bahwa kondisi lingkungan tidak akan berubah. MARKET ASIA:

• GDP CHINA 4Q & full-year 2023: GDP kuartal 4 bertengger di angka 5.2% yoy, jelas lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 4.9%, namun pasar agak kecewa menyikapi hasil akhir pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari perkiraan 5.3%. Untuk full-year 2023, GDP China bertumbuh 5.2%, di atas ekspektasi 5.0% dan jauh lebih baik dari 3.0% di tahun 2022 berkat sejumlah jurus stimulus yang diluncurkan demi mendongkrak perekonomian pada tahun lalu. Kabar baiknya adalah, Industrial Production (Des.) naik ke level tertinggi 2 tahun, walau ditimpali oleh Penjualan Retail yang lesu pada bulan yang sama. Alhasil Unemployment Rate (Des.) terdata naik 0.1% lebih tinggi dari bulan November, ke level 5.1% dan ini merupakan tingkat tertinggi dalam 4 bulan.
• Perdana Menteri China Li Qiang di Davos pada hari Selasa mengatakan pertumbuhan PDB mungkin sekitar 5,2% tahun lalu. Pertumbuhan diperkirakan akan melambat menjadi 4,6% pada tahun 2024, dengan risiko yang cenderung berkembang di sisi krisis properti sedang berlangsung, kepercayaan konsumen dan dunia usaha melemah, utang pemerintah daerah tinggi dan terus meningkat, serta deflasi berkelanjutan.
• Kemenangan William Lai dari Partai Progresif Demokratik pada pemilihan Presiden Taiwan menambah aura ketegangan antara Taiwan – China karena Lai dianggap sebagai seorang yang pro-separatis dan memperjuangkan kemerdekaan Taiwan.

MARKET EROPA:
• Eurozone Industrial Production (Nov.) masih tumbuh negatif; seiring dengan Eurozone juga laporkan CPI (Des.) berada di tingkat 2.9% yoy sesuai ekspektasi, in-line juga terjadi pada peningkatan secara bulanan 0.2%.
• German CPI (Des.) rilis sesuai ekspektasi di angka 3.7% yoy (memanas dari bulan sebelumnya di 3.2%). Perekonomian Jerman kemungkinan hanya akan tumbuh sebesar 0,3% pada tahun 2024, kata asosiasi industri negara tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Zona Euro secara keseluruhan, konsumen utama energi, hampir tidak akan mencatatkan pertumbuhan pada tahun ini.

INDONESIA:
• Utang Luar Negeri Indonesia per bulan November 2023 telah mencapai USD400.9 miliar (IDR6231 triliun), naik 2% yoy. ULN Indonesia pada November 2023 tetap terjaga, tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 29,3%, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 87,1% dari total ULN.
• Surplus Trade Balance (Des) USD3.3 miliar, lebih tinggi dari forecast USD1.92 miliar dan bulan November pada USD2.41 miliar; akibat Impor yang turun jauh daripada perbaikan Ekspor yang sebenarnya juga masih berjuang keluar dari pertumbuhan negatif.
• Bank Indonesia menetapkan BI7DRR tetap di level 6.0% pada Rapat Dewan Gubernur tanggal 17 Januari.

KOMODITAS:
• International Energy Agency (IEA) mengeluarkan proyeksi pertumbuhan yang lebih kuat untuk permintaan minyak. IEA mengatakan bahwa mereka melihat konsumsi minyak global akan naik sebesar 1,24 juta barel per hari pada tahun 2024, naik sebanyak 180.000 barel per hari dari proyeksi sebelumnya.
• Konflik Timur Tengah semakin meluas dengan Iran melancarkan serangan ke Irak, Suriah, dan Pakistan untuk berbagai alasan yang berbeda. Negara terdampak pun turut melancarkan serangan balasan demi menjaga kedaulatan negaranya, ditambah AS & Inggris yang bertugas menjaga jalur pengiriman utama Laut Merah dari serangan militan Houthi. Sejumlah perusahaan kapal komersil masih memilih untuk menghindari area tersebut, seperti Shell, Maersk – Denmark, Hapag-Lloyd – Jerman ; sehingga menyebabkan waktu tempuh pengiriman komoditi molor menjadi 31 hari dari 19 hari waktu normal, membawa total sekitar 35 juta barrel minyak mentah di perairan untuk disebarkan ke seluruh dunia. Harga MINYAK masih bisa mencatat kenaikan mingguan karena situasi konflik di Timur Tengah dan gangguan produksi akibat cuaca dingin yang ekstrem, namun terimbangi oleh kekhawatiran atas lesunya demand global akibat lambatnya pemulihan ekonomi China dan global. Untuk minggu ini, Brent naik sekitar 0,5% sementara minyak mentah AS naik lebih dari 1%.

This week’s outlook:

Musim laporan keuangan semakin meningkat, bank-bank sentral besar memulai pertemuan pertama mereka pada tahun 2024 dan data PMI ditetapkan untuk menunjukkan bagaimana kinerja perekonomian global pada awal tahun. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan pekan ini :

• Meskipun melambatnya inflasi telah memicu ekspektasi terhadap Federal Reserve untuk mulai menurunkan SUKU BUNGA tahun ini, namun beberapa pembuat kebijakan telah menunda rencana penurunan suku bunganya. Pembacaan inflasi utama AS pada hari Kamis akan diawasi dengan ketat untuk mendapatkan wawasan baru mengenai jalur suku bunga di masa depan. Pemerintah AS akan merilis data PDB kuartal keempat pada hari Rabu, yang diperkirakan sebesar 2,0% setelah kenaikan 4,9% pada kuartal sebelumnya. Pejabat The Fed akan memasuki masa tenang (blackout period) menjelang FOMC Meeting mendatang pada 30-31 Januari.

• MUSIM LAPORAN KEUANGAN semakin ramai karena investor menantikan hasil dari beberapa nama besar termasuk Netflix yang melaporkan laporan  keuangannya pada hari Selasa, diikuti oleh Tesla pada hari Rabu, serta 3M dan Intel. S&P 500 yang baru saja bukukan rekor penutupan tertinggi pada hari Jumat untuk pertama kalinya dalam dua tahun, terancam bisa kehilangan momentum jika result perusahaan yang akan rilis selama beberapa minggu ke depan gagal memberikan justifikasi valuasi harga yang sudah cenderung overvalue.

• BANK SENTRAL EROPA akan mengadakan pertemuan kebijakan pertamanya di tahun 2024 pada hari Kamis dengan tema spekulasi penurunan suku bunga, di mana pasar perkirakan akan terjadi 5 penurunan suku bunga di tahun ini. Beberapa pengambil kebijakan mengatakan pasar terlalu terburu-buru dan Presiden ECB Christine Lagarde telah memperingatkan bahwa terlalu banyak melakukan pemotongan tidak akan membantu bank melawan inflasi. Di Benua Asia, keputusan suku = bunga CHINA akan mengawali minggu ini pada hari Senin di mana investor berharap bahwa bank sentral akan meluncurkan stimulus yang sangat dibutuhkan untuk mendongkrak perekonomian negara dan pasar keuangan yang lesu. BANK SENTRAL JEPANG (BoJ) akan menyusul dengan rapat kebijakan moneternya pada hari Selasa dengan pasar perkirakan tidak ada perubahan suku bunga namun para investor masih mencari indikasi kemungkinan Jepang beranjak keluar dari sejarah suku bunga negatif pada akhir tahun ini.

• Para investor sangat bertaruh pada apa yang disebut sebagai soft landing bagi perekonomian global, bersamaan dengan penurunan suku bunga pada akhir tahun ini. Pembacaan PURCHASING MANAGER INDEX (PMI) pada hari Rabu untuk Zona Euro, Inggris dan AS akan memberikan gambaran bagaimana aktivitas bisnis berjuang untuk keluar dari wilayah kontraksi di awal tahun ini. Pesanan baru dan lowongan tenaga kerja akan diawasi dengan cermat karena keduanya akan menunjukkan trend ke depannya. Pesanan baru terhadap barang-barang memiliki tren menurun di mana-mana, sering kali merupakan tanda bahwa perusahaan bersiap menghadapi masa-masa sulit di masa depan – yang bertentangan dengan prospek cerah di pasar keuangan.

• Badan Energi Internasional (International Energy Association) pekan lalu menaikkan perkiraan permintaan global MINYAK MENTAH tahun 2024, namun proyeksinya hanya setengah dari perkiraan kelompok produsen OPEC. Badan yang berbasis di Paris ini juga mengatakan bahwa – kecuali ada gangguan signifikan terhadap arus komoditi seperti eskalasi konflik Timur Tengah yang semakin hari tampaknya semakin meluas – pasar tampaknya memiliki pasokan yang cukup baik pada tahun 2024.

Download full report HERE.