IHSG Bergerak Sideways

Pada awal pekan lalu, IHSG ditutup melemah didorong oleh kekhawatiran pelaku pasar atas penguatan sinyal resesi AS yang tercermin dari imbal hasil obligasi tenor dua tahun lebih tinggi imbal hasil obligasi tenor 10 tahun. Selain itu, aksi protes Rancangan Undang-Undang Ekstradisi yang ditandai dengan blokade penerbangan meningkatkan gejolak ekonomi global dan semakin memperparah kekhawatiran investor, yang memutuskan menarik dananya dari pasar saham. Tentunya IHSG pun melempem pada sesi dagang awal pekan karena dana asing mangkir dari portofolionya. Pada pertengahan pekan, penundaan pengenaan tarif pajak atas produk Tiongkok menjadi kendaraan yang menghantar IHSG ditutup di zona hijau pada sesi dagang Rabu (14/08). Perwakilan Dagang AS mengumumkan penghapusan beberapa produk Tiongkok dari daftar pajak bea masuk dan menunda pemberlakuan tarif bea masuk dari 1 September 2019 ke 15 Desember 2019. Rilis defisit neraca perdagangan Juli memperberat langkah IHSG. BPS melaporkan defisit Juli senilai USD63,5 juta lantaran surplus dagang nonmigas semakin mengkerut. Namun, IHSG berhasil menguat setelah Presiden Jokowi menyampaikan pidato atas Rancangan Undang-Undang APBN 2020 yang dibuat berdasarkan asumsi pertumbuhan ekonomi 2020 di level 5,3% lantaran peningkatan konsumsi dan investasi. Pekan lalu, IHSG menguat tipis 0,07% ke level 6.286.

Download laporan lengkapnya di SINI.