Spekulasi FFR September naik +100Bps, merespon Lagging Indicators yang mencatatkan kenaikan laju inflasi. Pekan lalu, CME FedWatch mulai memproyeksikan probabilitas kenaikan FFR September +100Bps sebesar 18%, dari sebelumnya kenaikan +75Bps sebesar 82%, merespon negatif laju Inflasi Inti AS periode Agustus ke level 6,3% YoY (Vs. Jul. 5,9%). Selain Pasar Tenaga Kerja, Inflasi Inti termasuk salah satu Lagging Indicators, benchmark the Fed dalam menetapkan besaran FFR. Spekulasi Hawkish agresif ini, terjadi setelah Juni dan Juli masing-masing naik +75Bps, mengarahkan AS pada risiko resesi ekonomi. Hal ini terlihat dari melebarnya spread Inversi Yield UST2Y (3,99%) Vs. UST10Y (3,46%) dari 25Bps menjadi 43Bps sepekan.
Corporate Bonds
SMMA Terbitkan Obligasi Berkelanjutan IDR 1,6 Triliun. PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) akan kembali menawarkan Obligasi Berkelanjutan II Tahap III 2022 sebesar IDR 1,66 triliun, dengan dua seri. Pertama, seri A dengan jumlah yang ditawarkan Rp 580 miliar dengan tingkat bunga tetap 9,75 persen berjangka waktu lima tahun. Kedua, seri B dengan jumlah pokok obligasi seri B yang ditawarkan sebesar Rp 1,08 triliun dengan tingkat bunga tetap 10,50 persen per tahun dengan jangka waktu 10 tahun. Obligasi berkelanjutan tersebut bagian dari Obligasi Berkelanjutan II dengan target dana IDR 5 triliun. (liputan6.com)
Domestic Issue
Pajak Karbon akan Segera Diterapkan. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengatakan bahwa implementasi pajak karbon diusahakan akan mulai berlaku sebelum puncak Konferensi Tingkat Tingkat (KTT G20) di Bali. Saat ini, pemerintah berencana untuk menerbitkan tiga roadmap yaitu roadmap transisi energi, roadmap pasar karbon dan juga roadmap pajak karbon. Sehingga penerapan aturan pajak karbon harus diharmonisasikan dengan roadmap tersebut. (Kontan)
Recommendation
Kamis Keramat, indikator utama penentuan arah IHSG jelang penutupan 3Q22. Tiga Bank Sentral diproyeksikan kembali Hawkish, dengan BI +25Bps; BoE +50Bps dan the Fed +75Bps, Kamis Waktu Indonesia Barat. NHKSI Research melihat, Hawkish agresif lanjutan the Fed dengan menggunakan Lagging Indicators (Inflasi Inti, Pasar Tenaga Kerja) yang masih menunjukkan inflasi, sementara Leading Indicators (Emas, Tembaga) telah menunjukkan deflasi, berpeluang membawa GDP AS pada ambang resesi, setelah mengalami Technical Recession 1H22. Bahkan, harga minyak global telah turun lebih dari 30% dari level puncaknya.
Download full report HERE.