Today’s Outlook:

MARKET AS: US PPI alias Inflasi di tingkat produsen AS secara tak terduga turun pada bulan Mei, sebesar 0.2% bulan lalu setelah naik sebesar 0.5% pada bulan April. Secara tahunan, US PPI meningkat 2.2% setelah naik 2.3% di bulan April. Hal ini menyusul data Initial Jobless Claims mingguan yang menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran melonjak ke level tertinggi dalam 10 bulan pada minggu lalu (actual 242ribu versus forecast 225ribu, versus previous : 229ribu) , meningkatkan harapan pasar keuangan bahwa Federal Reserve akan punya alasan untuk mulai memotong suku bunga pada bulan September. Peluang terjadinya 2 kali penurunan suku bunga setelah data tersebut dirilis kini berada di sekitar 70% bahkan ketika The Fed pada hari Rabu memberi isyarat untuk hanya melakukan 1 kali pemotongan tahun ini, turun dari perkiraan awal sebelumnya di bulan Maret yang memperkirakan 3 kali pemotongan suku bunga. Lebih lanjut malam ini akan didengar pandangan dari University of Michigan terkait ekspektasi konsumen atas sentimen usaha dan inflasi dalam 6bulan ke depan.

FIXED INCOME : Pemerintah AS menjual obligasi 30 tahun senilai USD 22 miliar pada hari Kamis dengan imbal hasil yang lebih rendah dari perkiraan, didorong oleh permintaan yang lebih kuat. Imbal hasil US Treasury tenor 30-Tahun turun menjadi 4.396%, setelah diperdagangkan pada sesi tertinggi di sekitar 4,491%, mendorong imbal hasil lainnya menjadi lebih rendah.

MARKET ASIA & EROPA : Industrial Production di wilayah EUROZONE pun secara tak terduga terkontraksi 0.1% mom di bulan April, anjlok dari pertumbuhan positif 0.5% di bulan sebelumnya. Beberapa investor mulai menyuarakan concerns apakah ekonomi melambat terlalu cepat. Lebih lanjut sore ini akan dipantau data Trade Balance (Apr) dari group ini, sebelum para investor pusatkan perhatian lekat2 pada keputusan BANK OF JAPAN terkait interest rate mereka yang diperkirakan belum akan dinaikkan lagi dari posisi terakhir 0.1%. Seberapa besar CHINA berhasil menggelontorkan kredit baru di bulan Mei akan jadi patokan apakah perekonomian negara nomor dua di dunia ini semakin bergerak ke arah yang lebih bersemangat.

KOMODITAS : Kekhawatiran mengenai surplus pasokan MINYAK mentah dunia yang mengekang potensi harga minyak telah berlangsung selama berbulan-bulan, dan kini akan semakin meningkat karena Irak dan Kurdistan tampaknya hampir mencapai kesepakatan yang dapat memicu gelombang pasokan baru. Menteri Perminyakan Irak Hayan Abdel-Ghani mengapresiasi perkembangan terakhir dalam pembicaraan dengan pejabat wilayah Kurdistan mengenai kesepakatan bagi Kurdistan untuk melanjutkan ekspor minyak. Pembicaraan mengenai kesepakatan tersebut terjadi setelah perbaikan pipa minyak Kirkuk-Ceyhan yang dilakukan Irak baru-baru ini – yang sempat ditutup pada tahun 2014 setelah mengalami kerusakan akibat serangan berulang kali oleh militan ISIS – membuka jalan bagi kapasitas transit 350.000 barel minyak per hari dari Kurdistan ke Turki. Sementara itu di AS, harga GAS ALAM berada dalam tren naik di sepanjang kurva futures, meskipun  terlihat adanya penundaan dalam proyek ekspor US LNG yang terbaru. Harga gas alam sudah naik lebih dari 20% untuk tahun ini. Namun, harga gas alam tahun 2024 berdasarkan kurva futures masih tetap datar hingga saat ini, sedangkan harga futures tahun 2025 telah meningkat sekitar 6% di tahun ini.

Corporate News
BCAP: Siapkan IDR 216,4 Miliar Emiten Hary Tanoe Ini akan Lunasi Obligasi 2023
PT MNC Kapital Indonesia Tbk. (BCAP) menyiapkan dana ISR 216.4 miliar untuk melunasi Obligasi Berkelanjutan III Tahap II Tahun
2023 Seri A. Dalam keterangan tertulisnya Kamis kemarin (13/6/2024), Direktur utama BCAP, Mashudi Hamka menuturkan
Perseroan menyiapkan dana sebesar IDR 216.445.000.000 untuk melunasi Obligasi yang akan jatuh tempo pada 7 Juli 2024. Mashudi
Hamka memastikan, pelunasan ini tidak berdampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan ataupun
kelangsungan usaha BCAP. (Emiten News)

Domestic Issue
Ramai Terbitkan Obligasi, Apakah Likuiditas Perbankan Kian Ketat?
Perbankan mulai ramai mencari pendanaan dari non Dana Pihak Ketiga (DPK), salah satunya dengan menerbitkan obligasi. Hal tersebut terjadi di saat industri perbankan dibayangi oleh pengetatan likuiditas yang mulai tampak. Jika menilik data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio likuiditas seperti Loan to Deposit Ratio (LDR) per April 2024 berada di level 84.49%. Angka tersebut naik dari bulan sebelumnya yang ada di level 84.23% dan di akhir 2023 yang ada di level 83.83%. Di saat kondisi likuiditas seperti itu, setidaknya ada tiga bank yang berencana menerbitkan obligasi dalam waktu dekat. Tiga bank tersebut, antara lain PT Bank BTPN Tbk, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (Bank BJB) dan PT Bank Victoria International Tbk. Nilai yang diincar dari penerbitan obligasi tersebut pun beragam. Bank BJB akan mengincar dana sekitar IDR 1.5 triliun, Bank BTPN mengincar dana IDR 750 miliar, dan Bank Victoria mengincar dana IDR 500 miliar. Sementara itu, ketiga bank tersebut memiliki tujuan yang sama dalam penerbitan obligasi tersebut. Dana yang didapat akan digunakan untuk ekspansi kredit dengan pendanaan jangka panjang. (Kontan)

Recommendation

US10YT terdeteksi tengah uji Support lower channel dengan RSI POSITIVE DIVERGENCE mengindikasikan potensi technical rebound segera pada yield ke arah TARGET AWAL / resistance : yield 4.365% / 4.424% , up to 4.50%. ADVISE : antisipasi penurunan jk.pendek pada harga seiring rebound-nya yield.

ID10YT setelah melalui level psikologis yield 7.0%, tampaknya perlu uji support dulu ke sekitar MA10 / yield 6.945% ; sebelum lanjutkan perjalanan naik menuju TARGET YIELD 7.325%. ADVISE : gunakan momentum pelemahan yield untuk jual bonds di harga yang lebih baik, sebelum yield kembali lanjutkan swing naik dan harga balik terdepresiasi.

Download full report HERE.