Today’s Outlook:
MARKET AS: Data CPI diperkirakan akan menunjukkan Inflasi meningkat 0.2% di bulan Juli, tetapi tetap tidak berubah pada level 3% secara tahunan. Pasar uang saat ini memperhitungkan peluang penurunan suku bunga AS sebesar 25 atau 50 bps pada bulan September, dengan total pelonggaran sebesar 100 bps pada akhir tahun 2024, demikian menurut survey CME FedWatch. Angka US Retail Sales untuk bulan Juli yang akan dirilis pada hari Kamis kemungkinan akan menunjukkan pertumbuhan marginal, dan para investor mengantisipasi data yang keluar lebih lemah dari perkiraan akan dapat memicu kembali gelombang kekuatiran akan resesi. Bisa dipastikan kedua data ini akan pegang peranan serius dalam menggerakkan volatilitas pasar. Morgan Stanley mengatakan bahwa data inflasi menimbulkan risiko dua arah: pembacaan yang tinggi dapat memicu kekhawatiran akan stagflasi, sementara pembacaan yang rendah dapat memberikan lebih banyak ruang bagi narasi hard-landing. Mulai nanti malam pembacaan Inflasi AS akan dibuka oleh PPI (Jul) dengan prediksi melandai secara tahunan ke level 2.3% dari 2.6% di bulan June, demikian pula dengan Core PPI (Jul) yang mengecualikan harga makanan dan energy yang volatile, turun ke level 2.7% yoy, dari 3.0% di bulan sebelumnya.
MARKET ASIA & EROPA : Pagi ini JEPANG telah mendahului dengan pembacaan Inflasi di tingkat produsen, di mana PPI (Jul) kkeluar sesuai dengan ekspektasi di level 3.0% yoy, 0.1% lebih tinggi dari posisi June. Dari INGGRIS, hari ini para pelaku pasar akan nantikan data seputar ketenagakerjaan seperti klaim pengangguran versi UK : Claimant Count Change (Jul) serta Tingka Pengangguran (Jun). Sore harinya giliran JERMAN & EUROZONE publikasikan ZEW Economic Sentiment untuk bulan Aug.
KOMODITAS : Harga MINYAK melonjak lebih dari 3% pada hari Senin, naik untuk sesi kelima berturut-turut karena potensi meluasnya KONFLIK TIMUR TENGAH dapat memperketat pasokan minyak mentah global. Harga futures BRENT ditutup lebih tinggi pada USD 82,30 / barel, naik 3,3%. Sementara futures US WTI ditutup pada USD 80,06 / barel atau menguat 4,2%. Brent mengalami persentase kenaikan terbesarnya untuk 1 sesi perdagangan di tahun ini. Departemen Pertahanan AS mengatakan pada akhir pekan bahwa mereka akan mengirim kapal selam berpeluru kendali ke Timur Tengah karena kawasan itu bersiap menghadapi kemungkinan serangan terhadap Israel oleh Iran dan sekutunya. AS juga bersiap mengenakan sanksi ekonomi embargo pada ekspor minyak Iran, berpotensi mempengaruhi supply global sebesar 1.5 juta barrel / day. Dari sudut komoditas lain, secara proyeksi rate cut The Fed semakin feasible , eskalasi Perang Israel-Iran ini akan turut menyulut harga EMAS makin berkilau, terbukti saat ini Gold futures tengah mencobai level Resistance krusial USD 2,500 / ounce.
Corporate News
UOB Indonesia: Bank UOB Rogoh IDR 101.41 Miliar untuk Lunasi Pokok Obligasi Jatuh Tempo
PT Bank UOB Indonesia menyampaikan bahwa Perseroan telah menyiapkan dana untuk Pembayaran bunga dan pelunasan pokok Obligasi berkelanjutan III Bank UOB tahap I tahun 2021. Central Treasury Unit Head Bank UOB, Stanly Gunawan, dalam keterangan tertulisnya Jumat (9/8) menuturkan bahwa Perseroan telah menyiapkan dana sebesar Rp101,41 miliar untuk pembayaran bunga dan pelunasan pokok Obligasi yang akan jatuh tempo pada tanggal 2 September 2024 mendatang. Stanly menambahkan pembayaran akan dilakukan melalui agen pembayaran PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sesuai jadwal yang telah ditentukan (Emiten News)
Domestic Issue
Penerbitan Obligasi Korporasi Masih Terbatas, Meski Suku Bunga Segera Dipangkas
Korporasi diperkirakan masih akan menahan penerbitan surat utang di tengah kuatnya kabar pemangkasan suku bunga acuan. Walau biaya penerbitan lebih rendah, namun permintaan obligasi dipandang masih akan terbatas. Kepala Divisi Riset PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Suhindarto memandang, pemangkasan suku bunga Fed di September menjadi sentimen positif bagi penerbitan surat utang korporasi dalam negeri. Hal itu akan mendorong yield benchmark (obligasi pemerintah) bergerak turun, yang pada akhirnya akan ikut mendorong yield obligasi korporasi. “Penurunan yield tersebut turut berkontribusi positif bagi biaya penerbitan yang lebih rendah,” kata Darto kepada Kontan.co.id, Senin (12/8). Hanya saja, Darto menjelaskan, dampak positif suku bunga dipangkas mungkin belum akan signifikan karena pemangkasan tersebut baru yang pertama kali dan kabar the Fed akan segera memangkas suku bunga baru tersiar dalam satu pekan terakhir. Selain itu, suku bunga tinggi saat ini juga membatasi prospek pertumbuhan ekonomi, yang mana pada akhirnya membatasi kebutuhan pendanaan bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi usahanya. Beberapa emiten membutuhkan waktu untuk mereformulasi kebutuhan pendanaan dan mengambil keputusan apakah akan mulai menerbitkan surat utang dalam beberapa bulan ke depan. Sehingga, kemungkinan dua atau tiga minggu ke depan, efek kuatnya sinyal pemotongan suku bunga bagi aktivitas penerbitan obligasi korporasi baru mulai terlihat. Darto menggarisbawahi, perusahaan menerbitkan obligasi korporasi pun tidak hanya karena alasan biaya dana lebih murah. Tapi alasan lainnya adalah memenuhi kebutuhan pendanaan untuk membiayai modal kerja atau investasi. Jadi, meski lebih murah karena peluang pemangkasan suku bunga, namun bisnis belum tentu serta-merta menerbitkan surat utang. Perusahaan akan melihat prospek permintaan surat utangnya karena terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi. (Kontan)
Recommendation
US10YT yang sejatinya memang tengah jalani trend turun tampak kesulitan lalui Resistance pertama : MA10 pada yield 3.92%. ADVISE : antisipasi pelemahan harga obligasi lanjutan apabila yield mampu tembus yield 3.922% up to 4.0%, untuk menuju TARGET : 4.07% – 4.12%.
ID10YT: terdeteksi gerakan technical rebound pada Support trendline sekitar yield 6.76% , as expected. Tantangan pertama: lalui Resistance MA10 / yield 6.83% (ADVISE: jika break out level tsb, baru mulai kurangi posisi bertahap karena potensi konsolidasi lebih lanjut). Target yield jk.pendek: 6.90% – 6.92%.
Download full report HERE.