Today’s Outlook:

PASAR ASIA: Tingkat inflasi Korea Selatan naik di bulan November menjadi 1,5% YoY, lebih tinggi dari angka inflasi bulan Oktober sebesar 1,3%, dan lebih rendah dari perkiraan 1,7% oleh para ekonom dalam survei Reuters. Para trader bersiap-siap untuk menghadapi gelombang laporan ekonomi dan komentar dari para pejabat Federal Reserve yang akan mempengaruhi arah suku bunga kedepannya.

– Data pasar tenaga kerja – khususnya laporan gaji bulan November yang akan dirilis pada hari Jumat – dapat membentuk tahap rally selanjutnya. Data yang dikeluarkan pada hari Selasa menunjukkan bahwa pembukaan lapangan kerja mencapai 7,74 juta di bulan Oktober, melampaui perkiraan para ekonom. Pada hari Rabu, para trader akan meninjau laporan private payrolls untuk bulan November, yang diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan 163.000, menurut para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. Data PMI Jasa S&P Global AS, factory orders, dan durable goods juga dijadwalkan akan rilis. Dari sisi Federal Reserve, Ketua Jerome Powell akan berbicara di New York dalam sebuah diskusi pada Rabu sore.

CURRENCY & FIXED INCOME: Dollar AS terakhir terlihat naik sekitar 1% terhadap won. Mata uang ini telah diperdagangkan naik sebanyak 2,7% pada hari sebelumnya. Treasury 10-tahun AS bergerak lebih tinggi pada hari Selasa karena investor mempertimbangkan data pembukaan lapangan kerja baru-baru ini. Imbal hasil Treasury 10-tahun naik 4 bps menjadi 4,232%, sementara imbal hasil Treasury 2-tahun turun 2 bps dan diperdagangkan pada 4,177%. Imbal hasil dan harga bergerak berlawanan arah, dan satu bps sama dengan 0,01%.

– Won Korea Selatan pada hari Selasa terpangkas kerugiannya terhadap dolar AS setelah Presiden Yoon Suk Yeol mengatakan bahwa ia akan mencabut perintah darurat militer pertama di negara itu dalam lebih dari empat dekade. Pengumuman Yoon untuk mengakhiri darurat militer muncul setelah parlemen dengan cepat menolak deklarasinya. Mata uang negara ini mencapai titik terendah baru dalam dua tahun terakhir terhadap dolar AS setelah keputusan awal Yoon bahwa negara ini akan berada di bawah hukum darurat militer, yang mengacu pada pemberlakuan sementara otoritas militer terhadap penduduk sipil dan biasanya terjadi pada masa darurat.

KOMODITAS: Harga minyak naik lebih dari 2% pada hari Selasa, karena para investor menantikan hasil pertemuan OPEC+ akhir minggu ini. Minyak mentah berjangka Brent naik USD1,79, atau 2,49%, ditutup pada USD73,62 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS naik USD1,84, atau 2,7%, ditutup pada USD69,94. OPEC+ pada pertemuan hari Kamis kemungkinan akan memperpanjang putaran terakhir pemangkasan produksi minyak hingga akhir kuartal pertama untuk memberikan dukungan tambahan bagi pasar minyak, kata empat sumber OPEC+ kepada Reuters.

– Harga emas naik sedikit pada hari Selasa setelah laporan tenaga kerja AS yang kuat, sementara dolar yang lebih lemah dan pelonggaran imbal hasil Treasury membatasi kerugian karena pasar menunggu lebih banyak data ekonomi untuk mengukur tingkat suku bunga Federal Reserve. Harga emas spot naik 0,2% menjadi USD2.665 per ons. Harga naik sebanyak 0,7% sebelum data pembukaan lapangan kerja AS. Emas berjangka AS naik hanya 0,1% menjadi USD2.642,45. Bullion memangkas kenaikan sebelumnya karena “data JOLTS mengkonfirmasi ekspektasi kami akan rebound di pasar kerja, yang meredakan kekhawatiran akan perlambatan signifikan di pasar tenaga kerja menjelang laporan penggajian non-pertanian pada hari Jumat,” kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.

INDONESIA: Nilai tukar RUPIAH bertengger di level 15,934/USD, ada harapan “penguatan” Rupiah menuju level 15,600 – 15,500 di akhir tahun ini berdasarkan rencana pemangkasan FFR pada FOMC MEETING tanggal 17-18 Desember mendatang.

Domestic Issue
Lelang Sukuk Kembali Sepi, Tenor Pendek Lebih Diminati
Animo para pemodal di pasar primer surat utang terbitan pemerintah, masih belum bangkit. Lelang sukuk negara (Surat Berharga Syariah Negara) hari ini mencatat nilai penawaran masuk yang kecil, bahkan makin turun dibanding lelang sebelumnya. Kondisi pasar yang masih diliputi sentimen risk-off pasca pernyataan Donald Trump, Presiden AS terpilih, mengancam pemberlakuan lebih luas tarif impor pada negara-negara anggota BRICS, telah menekan aset-aset di pasar pendapatan tetap di emerging market, tak terkecuali Indonesia. Dalam lelang yang digelar kemarin, incoming bids yang masuk lebih kecil menjadi IDR 13,67 triliun, turun tipis 1,01% dibanding lelang sukuk negara sebelumnya. Para pemodal juga terindikasi lebih meminati tenor pendek, yakni seri Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPNS) yang jatuh tempo September 2025. Nilai penawaran untuk seri ini mencapai IDR 3,23 triliun, setara 24% dari total incoming bids. Minat yang lebih besar di tenor pendek mungkin mencerminkan selera investasi pemodal yang cenderung meminimalisasi risiko jangka panjang. Alhasil, karena animo masuk yang rendah, pemerintah akhirnya memutuskan penerbitan di bawah target indikatif yakni hanya IDR 8 triliun dari sasaran IDR 9 triliun. Pemerintah juga lebih banyak menerbitkan tenor pendek seri SPNS yang mencapai 63,1% dari total penerbitan sukuk kemarin. Yakni sebesar IDR 5,05 triliun. Sementara dari seri PBS (Project Based Sukuk), seri PBS038 yang jatuh tempo tahun 2049, menjadi yang terbanyak diterbitkan yaitu sebesar IDR 1,3 triliun dari penawaran masuk senilai IDR 2,58 triliun. Adapun seri PBS lain yakni PBS030 bertenor menengah, diterbitkan sebanyak IDR 1,1 triliun dari incoming bids mencapai IDR 1,52 triliun. Lelang sukuk kemarin membawa nilai total penerbitan surat berharga negara sepanjang tahun ini mencapai IDR 1.088,08 triliun. (Bloomberg Technoz)

Corporate News
PPRO: Gagal Bayar, Pefindo Lorot Peringkat PPRO Menjadi idD
Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat obligasi berkelanjutan II Tahap I PP Properti (PPRO) menjadi idD dari idCCC. Itu setelah perusahaan  tidak dapat membayar kupon obligasi yang jatuh tempo pada 28 November 2024. Saat ini, PP Properti dalam status Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Pefindo menegaskan peringkat idSD atas PP Properti, peringkat idCCC, dan idD atas obligasi berkelanjutan II Tahap III, dan IV terbitan perseroan. Obligor dengan peringkat idSD (Selective Default) menandakan obligor gagal membayar satu atau lebih kewajiban finansial jatuh tempo, baik atas kewajiban telah diperingkat atau tidak diperingkat, tetapi masih melakukan pembayaran tepat waktu atas kewajiban lainnya yang telah diperingkat atau tidak diperingkat. Efek utang dengan peringkat idCCC saat ini rentan untuk gagal bayar, tergantung pada kondisi bisnis, dan keuangan emiten lebih menguntungkan untuk dapat memenuhi komitmen keuangan jangka panjang atas efek utang. Efek utang berperingkat idD saat gagal bayar, atau gagal bayar atas efek utang terjadi dengan sendirinya pada kala pertama kali timbulnya peristiwa gagal bayar atas efek utang tersebut. (Emiten News)

Recommendation

US10YT terlihat rebound setelah momentum bearish yang kuat dan telah rebound dari support dinamis MA50 di 4,199% usai divergensi negatif pada RSI di dekat area resisten trendline di 4,469-4,501%. MA10 dan MA20 telah membentuk death cross. Dengan demikian, NHKSI masih melihat yield US10YT diproyeksikan mencapai 4,13-4,116%.

ID10YT telah terkoreksi namun mencapai potensi support pola falling wedge di 6,895-6,865%. Support MA10 di 6,898% ditembus. NHKSI mengantisipasi ID10YT akan mengalami sedikit rebound ke resistance pola falling wedge di 6,98-7% sebelum akhirnya terjadi momentum bearish.

Download full report HERE.