Today’s Outlook:

US MARKET: US DOLLAR menguat untuk sesi ketiga berturut-turut pada hari Senin setelah Presiden AS Donald Trump memperingatkan akan lebih banyak tarif, termasuk baja dan aluminium, sementara indeks saham global menguat, mengabaikan kekhawatiran tentang putaran bea lainnya. Trump diperkirakan akan mengumumkan tarif 25% pada hari Senin atau Selasa untuk semua impor baja dan aluminium AS, dan segera mengungkap tarif timbal balik lainnya. Adapun tarif balasan China pada beberapa ekspor AS mulai berlaku pada hari Senin, tanpa ada tanda-tanda kemajuan menuju pengaturan perdagangan baru antara Beijing dan Washington.

MARKET SENTIMENT : Beberapa analis khawatir tarif dapat memicu kembali tekanan inflasi AS, menghilangkan fleksibilitas dari Federal Reserve untuk memangkas suku bunga, faktor yang juga telah membantu mendukung Dollar AS sejak terpilihnya kembali Trump. Pasar sebagian besar mengharapkan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga tetap pada pertemuannya di bulan Maret, dengan probability untuk pemotongan 25 basis poin masih rendah di bawah 50% setidaknya hingga Juni, demikian menurut survey CME FedWatch Tool. FED CHAIRMAN JEROME POWELL akan berbicara pada hari Selasa untuk mengelaborasi kebijakan moneter setengah tahunan di hadapan Komite Perbankan, Perumahan, dan Urusan Perkotaan Senat. Komentarnya tentang tarif dan inflasi kemungkinan akan dipantau secara ketat.

CURRENCY & FIXED INCOME : DOLLAR INDEX (DXY) , yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang, menguat 0,2% menjadi 108,30, dengan EURO turun 0,18% pada $1,0308. Terhadap YEN Jepang, Dollar menguat 0,34% menjadi 151,91 sementara POUNDSTERLING merosot 0,37% menjadi $1,2363. Dolar Kanada turun 0,1% menjadi C$1,43 / USD dan Peso Meksiko melemah 0,2% terhadap USD pada 20,607 karena Dollar AS mundur dari level tertinggi sebelumnya.

YIELD US TREASURY acuan tenor 10 tahun naik 1,4 basis poin menjadi 4,501% karena investor menunggu gelombang pasokan baru dan data ekonomi utama seperti pembacaan terbaru US CPI.

MARKET ASIA : Perdana Menteri JEPANG Shigeru Ishiba menyatakan optimisme pada hari Minggu bahwa negaranya dapat menghindari tarif AS yang lebih tinggi dan perang tarif balasan.

KOMODITAS : Harga MINYAK bangkit kembali meskipun masih ada kekhawatiran atas potensi perang dagang global. Minyak mentah US WTI ditutup naik 1,86% menjadi $72,32 per barel dan BRENT terapresiasi menjadi $75,87 per barel, naik 1,62%.

INDONESIA : Hari ini akan menantikan data Consumer Confidence (Jan) dengan perbandingan bulan sebelumnya pada angka 127.Sentimen market domestik yang tidak kondusif untuk masuknya investasi asing ke Indonesia. Terlebih karena maraknya berita dan isu terkait belakangan ini yang tidak menekankan pelaksanaan GCG (good corporate governance) pada sistem hukum serta iklim investasi di Indonesia.

Domestic News
Komdigi Prioritaskan Lelang Frekuensi 1,4 GHz untuk Perluas Akses Internet Murah
Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) memprioritaskan lelang frekuensi 1,4 GHz untuk layanan Broadband Wireless Access (BWA) alias akses komunikasi data menggunakan spektrum frekuensi radio. Langkah ini untuk memperluas akses internet dengan harga terjangkau. “Kami rencanakan tahun ini, kemarin sudah melakukan konsultasi publik,” kata Plt. Direktur Penataan Spektrum Frekuensi Radio, Orbit Satelit, dan Standarisasi Infrastruktur Digital, Adis Alifiawan, ditemui usai acara Selular Business Forum, di kawasan Jakarta Pusat, Senin (10/2). Frekuensi yang akan dilelang yakni spektrum 1,4 Ghz dengan lebar 80 Mhz, ditargetkan menjangkau layanan internet rumah tangga hingga sektor pendidikan. Target kecepatan layanan internet bagi penyedia BWA adalah hingga 100 Mbps, dengan harga berkisar antara Rp 100.000 hingga Rp 150.000. “Kami ingin layanan yang dihasilkan dapat dijual dalam kisaran harga yang terjangkau, sekitar Rp 100.000 hingga Rp 150.000 per bulan. Dengan harga ini, layanan yang diterima masyarakat harus berkualitas, bukan sekadar layanan seadanya,” kata Adis. Target kecepatan internet hingga 100 Mbps. Namun, karena layanan berbasis frekuensi memiliki berbagai tantangan teknis dibandingkan jaringan kabel fiber optik, kecepatan ini bersifat ‘up to’ atau maksimal. Ia menyebut, pemanfaatan frekuensi merupakan salah satu solusi dalam meningkatkan penetrasi internet di Indonesia, terutama mengingat keterbatasan jaringan fiber optik. (Katadata)

Corporate News
WIKA: Lorot Peringkat WIKA Jadi idCCC, Ini Alasan Pefindo
Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) melorot peringkat Wijaya Karya (WIKA) menjadi idCCC dengan CreditWatch berimplikasi negatif. Saat bersamaan, Pefindo juga menurunkan peringkat Obligasi Berkelanjutan I, II, dan III menjadi idCCC, dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I, II, dan III menjadi idCCC(sy). Tindakan tersebut diambil menyusul perseroan tidak berhasil memperoleh persetujuan dari pemegang Obligasi Berkelanjutan II Tahap II/2022 Seri A sebesar IDR 593,9 miliar, dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap II/202 Seri A sebesar Rp412,9 miliar. Di mana, surat utang itu, akan jatuh tempo pada 18 Februari 2025. Pefindo menilai, kemungkinan besar perseroan tidak akan dapat memenuhi pembayaran pokok obligasi, dan sukuk tersebut secara penuh dan tepat waktu karena posisi likuiditas lemah. Peringkat itu, merefleksikan keberadaan perseroan yang mapan di industri konstruksi nasional. Peringkat dibatasi profil keuangan, likuiditas lemah, risiko ekspansi sebelumnya, dan lingkungan bisnis bergejolak. Ketidakmampuan perseroan untuk melunasi obligasi, dan sukuk dapat menyebabkan penurunan peringkat. (Emiten News)

Recommendation

US10YT tampak berusaha naik lagi ke platform uptrend mereka, yang telah terdepak ke bawah MA10 & MA20 , akan menghalangi yield naik ke atas 4.50% – 4.56% sebagai area Resistance terdekat. Uptrend yang jelas telah berubah arah saat ini mengawal trend turun yield ke arah bantalan berikut : 4.40% – 4.34%. Namun perlu memperhatikan sentimen tariff yang tak menentu dan sering muncul tak terduga, serta indikator ekonomi US yang ternyata masih kuat sehingga membuat Inflasi susah turun.

ID10YT tampak tengah menuju Target bottom sekitar yield 6.788%, di kala RSI pun hampir masuki wilayah Oversold. Yield obligasi negara Indonesia perlu menjaga spread yang bersaing dengan US Treasury, oleh karena itu antisipasi penurunan sepertinya akan tertahan di level tsb ; yang mana setara dengan Fibonacci retracement 61.8%. Trend turun yield mempunyai Resistance terdekat di sekitar 6.96% – 7.0% , up to 7.08%.

Download full report HERE.