Today’s Outlook:
MARKET AS: Pelaku pasar bertaruh pada hanya satu pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh The Fed akhir tahun ini setelah rilis data Inflasi AS, turun dari sekitar 36 basis poin pelonggaran yang diharapkan pada tahun 2025. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang menjadi acuan, yang mencerminkan pertumbuhan ekonomi dan ekspektasi inflasi, melonjak lebih dari 10 basis poin dan terakhir berada di 4,65%, tertinggi dalam hampir 3 minggu.
MARKET SENTIMENT : US CPI naik lebih dari perkiraan pada bulan Januari, menunjukkan tekanan inflasi masih ada untuk mengarahkan Federal Reserve berpikir hati-hati sebelum memutuskan penurunan suku bunga di masa mendatang. Headline inflation meningkat sebesar 3,0% yoy, di atas ekspektasi bahwa pembacaan masih akan sama dengan laju Desember sebesar 2,9%. Secara bulanan, IHK AS tak terduga meningkat menjadi 0,5%, naik dari 0,4% pada bulan sebelumnya dan jelas lebih panas dari ekspektasi para ekonom sebesar 0,3%. Inflasi inti, yang mengecualikan komponen yang mudah berubah seperti makanan dan energi, juga naik lebih tinggi dari yang diramalkan, naik 0,4% secara bulanan dan 3,3% secara tahunan, di atas prediksi masing-masing 0,3% dan 3,1%. Macquarie mengatakan bahwa kejutan dalam inflasi AS kali ini semakin memperkuat proyeksi untuk jeda panjang pada pemotongan suku bunga The Fed di tahun 2025 ; sejalan dengan apa yang baru dikatakan Fed Chairman Jerome Powell hari Selasa bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga, mengingat bahwa bank sentral telah memangkas suku bunga sebesar 1% pada tahun 2024, dan di tengah kenyataan ekonomi AS tetap kuat. Dalam kesaksiannya di hari kedua di hadapan Kongres, Powell mengatakan bahwa The Fed ingin mempertahankan kebijakan moneter restriktif untuk saat ini, mengingat inflasi semakin menjauh dari target 2% bank sentral AS. US PPI masih akan mewarnai rangkaian data Inflasi AS nanti malam yang diperkirakan akan juga hasilkan angka di atas perkiraan, beserta data mingguan biasa Initial Jobless Claims.
MARKET EROPA & ASIA : INGGRIS akan menjadi sorotan hari ini dengan laporan angka awal GDP 4Q mereka , yang diharapkan mampu semakin meningkat ke arah 1.1% yoy. Tentunya ini baru bisa tercapai ketika nyata adanya perbaikan positif pada Industrial dan Manufacturing Production (Dec) mereka yang sempat kontraksi sebelumnya di bulan Nov. Bicara soal Inflasi, hari ini giliran GERMAN CPI (Jan) yang juga akan dipantau, namun berkebalikan dengan US, IHK di negara ekonomi nomer satu Eropa ini justru diprediksi mendingin ke level 2.3% yoy, dari 2.6% sebelumnya. Sementara EUROZONE akan menghadirkan EU Economic Forecasts sambil menantikan data Industrial Production (Dec).
– YEN JEPANG mengalami hari terburuknya tahun ini terhadap US DOLLAR pada hari Rabu tetapi diharapkan dapat bangkit kembali pada hari Kamis ketika angka PPI Jepang (Jan) menunjukkan hasil yang kuat. Inflasi di tingkat produsen Jepang ternyata memanas di angka 4.2% yoy, 0.2% di atas ekspektasi 4.0% dan 0.3% lebih tinggi dari bulan Dec pada 3.9%. Angka tersebut merupakan level tertinggi sejak Juni 2023 dan memperkuat argumen untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.
KOMODITAS : Harga MINYAK anjlok lebih dari 2% pada hari Rabu setelah Presiden AS Donald Trump mengambil langkah besar pertama dalam diplomasi terkait PERANG RUSIA – UKRAINA yang telah dijanjikannya untuk diakhiri, perang yang sejatinya telah mendukung harga minyak dari kekhawatiran tentang pasokan global. Futures harga minyak BRENT merosot $1,82, atau 2,36%, pada $75,18 per barel. Minyak mentah US WTI terperosok $1,95, atau 2,66%, menjadi $71,37. US WTI bahkan sempat turun lebih dari $2 pada sesi terendahnya, setelah sempat alami kenaikan tiga hari, di mana Brent menguat 3,6% dan US WTI naik 3,7%. Presiden AS Donald Trump membahas perang di Ukraina melalui panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Para trader menilai, dengan Trump melakukan pembicaraan damai, ini dapat menghilangkan sebagian premi risiko dari harga minyak saat ini.
Domestic News
Kemenperin Mau Rilis Aturan Baru, Industri Wajib Lapor Emisi & Perdagangan Karbon
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap rencana penerbitan surat edaran dan peraturan baru untuk pelaku usaha industri yang mewajibkan lapor emisi karbon gas rumah kaca dan polutan. Hal ini sebagai langkah untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) tahun 2050 untuk industri. Fungsional Pembina Industri Ahli Madya Kemenperin, Sri Gadis Pari Bekti mengatakan pihaknya telah merancang berbagai roadmap dalam rangka mengurangi emisi karbon, sekaligus mendorong penciptaan industri hijau. “Dalam waktu dekat akan mengeluarkan surat edaran untuk industri wajib laporan emisi, bukan hanya emisi GRK tapi juga polutan,” kata Sri dalam Bisnis Indonesia Forum di Jakarta, Rabu (12/2/2025). Dalam hal ini, Sri juga menerangkan bahwa Kemenperin telah menggodok peta jalan atau roadmap untuk perdagangan karbon yang rampung tahun lalu. Peta jalan tersebut merujuk pada Perpres 98/2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon untuk Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional dan Pengendalian Gas Rumah Kaca dalam Pembangunan Nasional. Sebagai tindak lanjut, tahun ini Kemenperin akan mempersiapkan peta jalan khususnya terkait dengan penetapan batas emisi dan pemberian allowance untuk pelaku usaha. “Dari sektor industri mungkin belum tentu semua pelaku siap karena kita industri menggunakan energi, tentu energi akan memicu emisi, harapannya kami di industri harus bisa dekarbonisasi,” tuturnya. (Bisnis)
Corporate News
SRAJ: Dapat Izin, Emiten Sri Tahir Jajakan Surat Utang USD125 Juta
Sejahteraraya (SRAJ) menggodok menerbitkan surat utang senilai Rp1,89 triliun alias setara USD125 juta. Rencana itu, telah mengantongi restu dari para investor. Dukungan pemodal itu mencapai 99,998 persen dengan kuorum kehadiran 100 persen. Berdasar skenario surat utang tersebut, akan diserap oleh BCSS Maverick Holdings I, LP, dan BCSS Maverick Holdings II, LP. BCSS Maverick I, dan II masing-masing menyerap USD62,5 juta. Itu berdasar perjanjian pembelian surat utang alias Bond Subscription Agreement (BSA) pada 29 November 2024. Para investor itu, di bawah kendali Bain Capital Credit, LP. Perseroan berencana mengalokasikan dana yang akan diperoleh dari penerbitan surat utang tersebut untuk mendukung modal kerja grup perseroan. Membantu pengembangan bisnis usaha melalui pembangunan beberapa proyek dan digunakan untuk modal kerja perseroan, dan entitas anak. (Emiten News)
Recommendation
US10YT kembali melesat ke atas Resistance Moving Average, 10,20, dan 50-hari, thanks to US CPI yang ternyata keluar makin memanas. Yield coba lanjutkan trend naik jk.menengah ini ke arah Resistance 4.80%, dan masih dalam trajectory yang stabil ke arah yield 5.0%.
ID10YT tunjukkan reaksi rebound setelah mencapai target turun yield di sekitar 6.80% , persis ketika indikator RSI pun masuki wilayah Oversold. Resistance / target dekat : MA10 pada yield 6.92%.
Download full report HERE.