Today’s Outlook:

• Indeks saham global naik tipis sementara imbal hasil US Treasury turun pada perdagangan hari Selasa (02/07/24) ketika pasar mencerna data yang menunjukkan pasar tenaga kerja AS tetap ketat, dan prospek penurunan suku bunga setelah mendengar komentar dari Federal Reserve Chairman Jerome Powell. The Fed membutuhkan lebih banyak data sebelum memotong suku bunga untuk memastikan pembacaan inflasi yang lebih lemah baru-baru ini benar-benar mencerminkan tekanan harga yang mendasarinya, kata Powell dalam sebuah konferensi di Portugal pada hari Selasa. Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada hari Selasa hasil
survey JOLTs JOB OPENINGS sebagai ukuran permintaan tenaga kerja, naik sebesar 221.000 menjadi 8,140 juta pada hari terakhir bulan Mei, level terendah sejak Februari 2021 dan sedikit di atas ekspektasi Wall Street yang berharap melihat angka di bawah 8 juta. Namun demikian, imbal hasil pada benchmark obligasi AS tenor 10 tahun turun 4,9 basis poin menjadi 4,43%. Portfolio managers mengartikan komentar Powell bahwa sepertinya dia sedang mempersiapkan dasar untuk pemotongan suku bunga mungkin pada bulan September. Pasar saat ini melihat kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 64% di bulan September, naik dari sekitar 61% minggu lalu, demikian menurut Fed Rate Monitor Tool dari Investing.com. Adapun statement POwell tsb muncul sehari menjelang rilis Notulen Rapat The Fed bulan Juni dan lebih banyak wawasan tentang pasar tenaga kerja akan datang dari data Nonfarm Payrolls hari Jumat. Indeks MSCI global naik 0,40% menjadi 806,95. Di Eropa, indeks STOXX 600 turun 0,42% karena memudarnya sentimen putaran pertama Pemilu legislatif Perancis yang melegakan. Di Wall Street, semua indeks utama berakhir terapresiasi dalam sesi yang volatile , didukung oleh kenaikan di sektor Konsumen, Keuangan, Layanan Komunikasi ; sementara di sisi lain saham Kesehatan dan Energi menjadi hambatan terbesar. S&P500 bertengger di atas level 5500 untuk pertama kalinya, dan NASDAQ Composite memimpin penguatan sebesar 0,84% ke atas level 18000.
• INDIKATOR EKONOMI : Hari ini giliran data tenaga kerja di sektor swasta alias ADP NONFARM EMPLOYMENT CHANGE (Jun) yang akan jadi pusat perhatian para investor, di mana diperkirakan akan terjadi penambahan pegawai baru sebesar 7ribu ke angka 159ribu, sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya 152ribu. INITIAL JOBLESS CLAIMS mingguan akan diumumkan lebih awal dari biasanya hari Kamis mengantisipasi adanya libur hari kemerdekaan 4th July. Menyusul pula data Composite & Services PMI dari S&P Global yang akan mencari tahu apakah aktifitas bisnis pada umumnya dan jasa pada khususnya di US mampu bertahan di area ekspansif, mengingat data Factory Orders (May) diprediksi melemah.
• KOMODITAS : Harga MINYAK mentah turun karena kekhawatiran gangguan supply yang disebabkan oleh Hurricane Beryl memudar. Futures BRENT turun 0,42% pada USD 86,24 / barel, sementara US WTI ditutup pada harga USD 82,81 / barel, turun 0,68%. Harga spot EMAS turun tipis 0,07% menjadi USD 2.330,03 / ons, sementara futures lebih terdepresiasi sedikit menjadi USD 2.325,80 / ons.
• CURRENCY : DOLLAR INDEX, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang utama dunia lainnya termasuk Yen dan Euro, turun 0,15% menjadi 105,68. Terhadap Yen Jepang, Dollar melemah 0,01% pada 161,44 setelah sempat mencapai 161,745 pada hari Selasa, merupakan posisi terkuat dalam hampir 38 tahun, sebagian besar didorong oleh kesenjangan suku bunga AS-Jepang yang lebar.
• INDONESIA : Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Juni 2024 terkoreksi ke level 50.7 , turun 2.68% dari level 52.1 pada Mei 2024. Meski turun, PMI Manufaktur Indonesia masih melanjutkan tren ekspansif selama 34 bulan berturut-turut. PMI Manufaktur Indonesia sekarang berada lebih rendah dari negara2 seperti China & AS yang masing-masing berada di level 51.8 dan 51.7, serta juga dari beberapa negara kawasan ASEAN seperti Vietnam & Thailand ; yang masing-masing berada di angka 54.7 dan 51.7. S&P Global menyebut penurunan PMI Indonesia disebabkan lesunya ekspor selama empat bulan berturut-turut. Pada saat yang sama , pemerintah menyiapkan wacana menaikkan bea masuk hingga 200% pada produk impor tekstil asal China sebagai respons atas tindakan dumping China yang dianggap merugikan industry dalam negeri. Pengamat ekonomi menekankan potensi blunder pada rencana Menteri Perdagangan ini karena pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) yang terlalu tinggi terhadap produk impor justru berisiko memunculkan aksi retaliasi dari negara asal, apalagi ketika Indonesia ternyata tidak bisa membuktikan adanya tindakan dumping pada produk impor asal China. . Bisa saja, China kemudian berbalik menerapkan bea masuk yang tinggi terhadap produk ekspor Indonesia.
• IHSG tampak sedikit pullback setelah mengalami laju kenaikan selama hampir 2minggu, gelombang bullish terpanjang sejak turun dari tahta tertinggi 7455 di pertengahan Maret lalu. NHKSI RESEARCH menilai ini adalah konsolidasi wajar dan mungkin membuka kesempatan untuk BUY ON WEAKNESS, especially di sekitar area Support level psikologis 7000 up to 6950. Dana asing kembali masuk IDR 488 milyar (all market) menambah pundi2 net beli asing di bulan Juli ini.

Company News

• LSIP: Emiten Sawit Grup Salim (LSIP) Tebar Dividen IDR 265,97 Miliar, Cek Jadwalnya
• PTPP: PTPP Rogoh Dana IDR 1.25 Triliun Lunasi Utang Obligasi dan Sukuk
• MAPI: Jadwal Dividen Mitra Adiperkasa (MAPI) IDR 132.31 Miliar, Cair Akhir Bulan

Domestic & Global News
3 Bulan Jelang Jokowi Lengser, Rasio Utang RI Naik jadi 38.71%
Ini Penyebab Lonjakan Stok Plastik di China yang Bisa Bikin Pasar Global Gonjang-ganjing

Download full report HERE.