Bursa saham AS ditutup naik signifikan dengan Nasdaq memimpin penguatan sebesar 1.59% pada perdagangan Rabu (23/08/23) ditopang oleh lonjakan harga saham Nvidia menjelang rilis laporan kinerja kuartalan perusahaan ini yang memproduksi chips untuk artificial intelligence (AI) computing. Nvidia memprediksi pendapatan kuartal ketiga akan melebihi target para analis Wall Street ; optimisme ini menulari saham-saham perusahaan teknologi lain yang serentak ikut melaju naik. Sejauh ini saham Nvidia telah menopang bullish sentiment pada Nasdaq dengan mengantongi kenaikan 220% YTD. Pada sesi perdagangan kemarin, katalis positif juga datang dari stabilnya yield US Treasury tenor 10-tahun dari titik tertinggi 16 tahun setelah data ekonomi menunjukkan aktivitas bisnis melemah di wilayah AS & Euro Zone seperti digambarkan oleh US S&P Global Composite PMI yang tampak stagnan di bulan Agustus pada angka 50.4 (lebih lemah dari forecast & previous period di angka 52) ; merupakan pertumbuhan terlemah sejak Februari lalu, secara permintaan untuk bisnis baru di sektor jasa yang berkembang pesat sekarang mulai terkontraksi. Demikian pula yang terjadi di Euro Zone, secara tak terduga kontraksi PMI di bulan Agustus semakin membesar dengan jatuh ke angka 47 (merupakan posisi terendah sejak Desember 2020), tak mampu penuhi ekspektasi 48.5 yang tak jauh berbeda dengan 48.6 di bulan Juli ; akibat lemahnya pertumbuhan sektor jasa. Kontraksi Composite PMI juga dialami se jumlah negara di benua Eropa seperti Perancis, Jerman, Inggris ; namun tidak demikian halnya dengan Jepang yang laporkan pertumbuhan pada sektor manufaktur maupun jasa secara au Jibun Bank Japan Manufacturing PMI untuk bulan Agustus tercatat semakin mendekati perbatasan ekspansif pada angka 49.7, sementara Services PMI semakin mantap di teritori ekspansif pada angka 54.3. Menambah sentimen dari data ekonomi, malam harinya AS laporkan Building Permits yang terdata keluar hampir sesuai dengan estimasi sebessar 1.443 juta unit ; New Home Sales di bulan Juli pun alami peningkatan di atas perkiraan sebesar 714 ribu unit dan secara bulanan naik cukup masif sebesar 4.4% mom. Dari benua Asia, pagi ini Korea Selatan telah merilis data Inflasi di tingkat produsen bulan Juli yang ternyata meningkat 0.3% secara bulanan, namun melandai -0.2% yoy secara tahunan. Jepang mencatat investasi asing pada obligasi dan pasar saham mereka alami penurunan yang cukup signifikan. Lebih lanjut lagi pada hari ini, para pelaku pasar menunggu keputusan bank sentral dari Korea Selatan & Indonesia terkait suku bunga yang mana keduanya diharapkan menahan suku bunga acuan masing-masing negara di tingkat 3.5% dan 5.75%. Malam harinya, baru akan ada lanjutan data ekonomi lagi dari AS, di mana Durable Goods Orders (Juli) diperkirakan drop -4% pada bulan Juli, kontras dengan pertambahan 4.7% di bulan Juni. Initial Jobless Claims akan jadi patokan penting pada trend suku bunga, apakah akan dirilis sesuai prediksi di angka 240 ribu, yang mana harusnya sedikit membesar dari posisi terakhir pekan lalu di 239 ribu. Dari sudut komoditi, AS memberi kejutan anjloknya cadangan minyak mentah mereka dengan pengurangan 6.135 juta barrel, jauh lebih tinggi dari perkiraan minus 2.85 juta barrel saja, menambah kelangkaan minyak dari periode sebelumnya yang memang sudah minus 5.96 juta barrel. Namun kenyataan tersebut tak menghentikan harga CRUDE OIL (WTI) ditutup melemah lebih rendah dari titik Low awal Agustus pada harga USD 78.96 / barrel, bahkan sempat turun ke USD 77.62, titik terbawah sejak 25 Juli.
Di sisi lain, IHSG bukukan kenaikan tipis 4.96 points/+0.07% ke level 6921.4 setelah seharian bergerak di teritori positif yang lebih tinggi bahkan sempat menghampiri High 6957.91, sebagian karena kecilnya minat beli asing hanya sebesar IDR 27.72 miliar (RG market), walau secara YTD angka Foreign Net Buy jauh lebih berarti sebanyak IDR 14.94 triliun (RG market). Bicara mengenai target akhir tahun, Reuters mengumpulkan polling dari sejumlah analis strategis AS yang perkirakan bahwa selama sisa paruh kedua tahun 2023 ini indeks S&P500 tidak akan mampu naik semasif tahun lalu, bahkan mungkin hanya akan punya potensi menuju level 4496 saja yang mana tinggal tersisa sekitar 13.5% dari posisi penutupan terakhir di 4436. Sedangkan bagi IHSG, prospek kembali ke ranah 7000-an hanya akan terjadi setelah resistance krusial di bilangan 6950-6970 mampu dilalui dengan solid. NHKSI RESEARCH menilai percobaan penembusan resistance tersebut di atas yang telah dilakukan sepanjang tahun ini, masih punya potensi lanjutan ke depannya, namun tetap menyarankan para investor/trader harus sangat disiplin atas strategi tambah belinya (AVERAGE UP); terlebih karena candle kemarin jadi berbentuk serupa Shooting Star (di area resistance) yang bisa jadi pertanda potensi trend reversal di depan mata.
Download full report HERE.