Investor berspekulasi pasar telah mencapai titik terendahnya, seiring permintaan safe haven USD melandai. Indeks USD DXY yang sempat melonjak ke level tertingginya 108,5 pekan lalu, turun menyentuh level 106,4 kemarin. Investor kembali minati aset berisiko, khususnya saham teknologi, membuat Nasdaq konsisten diperdagangkan di zona hijau, ditutup menguat hingga 1,6%. Apresiasi Wall Street terjadi di tengah pasar properti AS yang mendingin. Data menunjukkan, Existing Home Sales AS Juni turun 5,4% MoM menjadi sebanyak 5,12 juta unit, atau penjualan dalam tren menurun sejak Januari 2022, seiring Mortgage Rates 30-tahun Juni menjadi hampir 6%, dibanding awal tahun 3,3%. Mortgage Rates melonjak seiring kenaikan FFR 150 Bps selama tahun 2022. Investor juga tetap mengantisipasi dampak Strong Dollar pada 3Q22 Earning Results.

BI Behind the Curve. Potensi BI mempertahankan BI 7DRRR 3,50%, dan merelakan tekanan Rupiah yang relatif stabil di level IDR15.000/USD, akan membuat BI Behind the Curve, di tengah potensi kenaikan FFR sebesar 75 Bps – 100 Bps pekan depan. Asumsi yang mendasari proyeksi ini adalah masih rendahnya inflasi inti Indonesia 2,63% YoY, di bawah nilai tengah target tahunan BI 2%-4%. Sehingga, masalah inflasi dalam waktu dekat belum menjadi kekhawatiran pelaku pasar. Berbeda halnya dengan AS, yang mencatatkan inflasi Headline hingga 9,1% YoY. Pendapat lain menyatakan, kenaikan BI 7DRRR 25 Bps diperlukan guna meredam potensi inflasi yang lebih tinggi pada 3Q22. Sikap wait and see investor jelang hasil RDG BI, membuat NHKSI Research memproyeksikan IHSG bergerak downward dengan kisaran 6.700-6.900.

Download full report HERE.