Last week review:
Keputusan akhir dengan suara bulat pemerintah & parlemen AS terkait plafon utang AS menjadi pusat perhatian para pelaku pasar global minggu lalu, apakah mereka akan berhasil mendapat kata sepakat sebelum gagal bayar terjadi pada tanggal 1 Juni yang beresiko melumpuhkan sektor finansial dunia. Sejumlah data ekonomi ketenagakerjaan juga menjadi highlight karena sangat menentukan arah kebijakan moneter Federal Reserve ke depannya. Perkembangan terakhir akhirnya bisa membawa Dow Jones pekan lalu membukukan kemenangan mingguan; Nasdaq malah ditutup di titik tertinggi selama 52 minggu. Adapun US Nonfarm Payrolls mencatat adanya pertumbuhan tenaga kerja sebesar 339 ribu, jauh lebih tinggi di atas perkiraan 180 ribu dan masih menguat dibanding periode sebelumnya. Walau demikian Tingkat Pengangguran (Unemployment Rate) ternyata meningkat lebih tinggi dari ekspektasi ke level 3.7% (vs forecast 3.5% & previous 3.4%); pertumbuhan upah pun disinyalir melemah. Walau demikian, dengan sejumlah laporan ekonomi di atas, para analis masih memperhitungkan kemungkinan The Fed akan menahan kenaikan suku bunga pada FOMC Meeting 13-14 Juni mendatang. Dari sudut komoditi, harga minyak merangkak naik didukung oleh spekulasi bahwa OPEC+ akan segera mengumumkan rencana pemotongan produksi lagi; dengan demikian diharapkan akan mendongkrak harga yang tengah turun 1.3% secara mingguan. Di lain pihak, harga Emas dunia yang telah lengser dari singgasana USD 2000 -nya malah membukukan kenaikan 1.3% pekan lalu didukung oleh potensi guncangan ekonomi yang sempat dikuatirkan dari ancaman gagal bayar utang AS; walau di satu sisi laporan ketenagakerjaan membuktikan ekonomi AS masih cukup kuat. Sementara itu, saham-saham teknologi sedang mendapat angin bagus menyusul sentimen positif pada saham-saham terkait AI chip. Dari benua Asia, China memegang peranan penting atas kunci perbaikan ekonomi global. Manufacturing PMI (May) masih keluar mengecewakan di level 48.8 (masuk ke level kontraksi), membawa keseluruhan Composite PMI (May) China turun ke angka 52.9 (dari 54.4 bulan sebelumnya). Benua Eropa setidaknya membawa kabar baik dengan berhasil menjinakkan tingkat Inflasi mereka, terbukti CPI Jerman (May) sekarang bertengger di level 6.1% (berhasil melandai dari ekspektasi & periode sebelumnya di sekitar 7.2%); menyeret turun CPI Zona Eropa (May) secara keseluruhan menjadi 6.1%, cukup rendah dibanding forecast 6.3% & previous 7%.
This week’s outlook:
AS memasuki tradisi masa tenang menjelang FOMC Meeting 13-14 Juni mendatang, di mana tidak ada lagi pejabat bank sentral yang akan berkomentar mengenai gambaran arah kebijakan moneter. Laporan ketenagakerjaan AS yang beragam merupakan patokan penting bagi Federal Reserve untuk memutuskan apakah pengereman laju naik suku bunga yang telah berlangsung lebih dari setahun lamanya, bisa dilakukan. ISM Services PMI yang akan rilis Senin ini diharapkan masih mengindikasikan tingkat ekspansi yang solid, berkebalikan dengan Manufacturing PMI yang diumumkan May melambangkan kontraksi telah terjadi selama 7 bulan berturut-turut. Faktanya, bursa Nasdaq telah meroket 33% YTD dan investasi pada S&P 500 mampu mengembangkan portfolio para investor sebesar 11.5% YTD (dan saat ini berada pada puncak tertinggi 10 bulan). Namun demikian, naiknya pasar saham AS yang hanya ditopang oleh segelintir saham-saham mega cap (sektor teknologi) menumbuhkan kekhawatiran bahwa pondasi ini rentan runtuh sewaktu-waktu diterjang sentimen yang tidak bersahabat, seperti keputusan bank sentral AS terkait FFR. Mengenai hal itu, Australia & Kanada juga akan mengusung rapat kebijakan suku bunga mereka pekan ini terkait masalah yang sama, seputar perang melawan Inflasi & tingkat suku bunga mereka. Dari belahan Eurozone, Senin ini Jerman akan mengumumkan data Trade Balance, Factory Orders, & Industrial Production untuk kuartal kedua tahun ini, melihat apakah ada perbaikan pada ekonominya yang jatuh pada resesi pada 1Q23. ECB juga dijadwalkan mempublikasikan data survei ekspektasi konsumen pada hari Selasa yang akan memberi pencerahan apakah ekspektasi Inflasi mampu dikendalikan; dan menjadi bahan komentar ECB President Christine Lagarde yang sedianya dinantikan pada rapat komite ekonomi & moneter Parlemen Eropa. Pada pekan ini para investor juga akan mendapat pandangan terbaru dari World Bank & OECD terkait outlook global economy. Bulan lalu World Bank memberi peringatan akan adanya krisis perlambatan ekonomi; namun di sisi lain OECD malah sempat menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 2.6% tahun ini dan 2.9% pada 2024 walau sempat mengingatkan bahwa outlook keseluruhan masih rapuh. Dari dalam negeri, setelah menjalani pekan perdagangan yang singkat minggu lalu, Indonesia akan memantau lekat-lekat laporan tingkat Inflasi (May) yang sedianya keluar Senin pagi ini diestimasi 4.23%, turun dari bulan sebelumnya 4.33%; sementara Cadangan Devisa (May) akan menyusul hari Rabu-nya.
Download full report HERE.