-GOVERNMENT BONDS-
SUN Akhir Pekan ditutup Bervariasi. Investor masih merespon independensi BI, pasca adanya dewan moneter yang diketuai Menteri Keuangan. Dewan ini akan ikut dan memiliki hak suara dalam Rapat Dewan Gubernur BI. Sejumlah pengamat melihat kebijakan ini tidak biasa dan tidak sejalan dengan kebijakan moneter sebelumnya. Di sisi lain, kebijakan burden sharing antara pemerintah dan BI yang kemungkinan berlanjut hingga tahun 2022, meningkatkan suplai SBN dan dapat memicu capital outflow. Pelaku pasar mengkhawatirkan kebijakan tersebut akan memicu kenaikan inflasi di Indonesia, yang akan menggerus real return obligasi domestik Indonesia.

-CORPORATE BONDS-
Pefindo Tegaskan Peringkat AAA Surat Utang Indosat. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan kembali peringkat triple A atau AAA atas Obligasi Berkelanjutan II tahap II Tahun 2017 Seri B milik Indosat Tbk (ISAT) senilai IDR 673 miliar. Pefindo juga memberikan peringkat triple A terhadap Obligasi Berkelanjutan I Tahap III Tahun 2015 Seri B perseroan senilai Rp 301 miliar. Kedua obligasi tersebut akan jatuh tempo pada 9 November 2020 dan 8 Desember 2020. Pefindo juga telah memberikan peringkat AAA untuk Sukuk Ijarah Berkelanjutan II Tahap II Tahun 2017 Seri B senilai Rp260 miliar yang juga akan jatuh tempo pada 9 November 2020. Pelunasan obligasi Indosat tersebut akan menggunakan dana internal dan fasilitas kredit yang belum digunakan. Terhitung pada 30 Juni 2020, perseroan memiliki saldo kas senilai IDR 4,5 triliun. Sebagai informasi, Indosat Ooredoo mencatat total pendapatan sepanjang semester I-2020 sebesar IDR 13,5 triliun atau meningkat 9,4% dibandingkan periode sebelumnya. Pendapatan seluler menjadi kontributor utama pendapatan perseroan. Adapun pendapatan seluler pada 1H20 tercatat sebesar IDR 11,1 triliun atau meningkat 11,8% dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh jumlah pelanggan seluler yang mencapai 57,2 juta pada akhir Juni 2020, meningkat 0,9% dibanding tahun lalu. (Investor Daily)

-MACROECONOMY-
Lima Usulan Memperkuat Sistem Keuangan. Menteri Keuangan mengatakan, kajian ini sebagai langkah antisipatif di tengah Covid-19. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) tersebut, Sri Mulyani mengatakan, muncul beberapa usulan poin yang dianggap mampu memperbaiki sistem keuangan. Pertama, penguatan dari sisi basis data dan informasi yang terintegrasi antarlembaga terkait, terutama di antara Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan juga pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan. Kedua, pemeriksaan dan evaluasi bersama apabila ditemukan indikasi permasalahan. Penguatan koordinasi ini termasuk dengan mengintegrasikan pengaturan antara mikroprudensial dan makroprudensial. Ketiga, penguatan dari sisi instrumen yang bisa digunakan oleh perbankan dalam menghalau permasalahan yang berpotensi dihadapi oleh perbankan. Keempat, penguatan peran LPS. Selama ini, LSP berfungsi hanya sebagai lost minimizer. Kelima, penguatan dari sisi pengambilan keputusan oleh KSSK dalam rangka mengantisipasi dan menangani masalah yang mengancam stabiliitas sistem keuangan. (Kontan)

-RECOMMENDATION-
Potensi rupiah kembali melemah, berpeluang menekan pasar obligasi awal pekan. Sentimen eksternal data ketenagakerjaan AS yang positif akan menjadi menjadi sentimen negatif pergerakan rupiah hari ini. Tekanan rupiah ini juga ditengah penantian data inflasi AS akhir pekan ini, yang dikaitkan dengan kebijakan moneter domestik AS tersebut. Secara internal, pelaku pasar masih merespon negatif revisi UU BI dan kebijakan burden sharing. Akhir pekan lalu, rupiah menguat 0,19% ke level IDR 14.750/USD di pasar spot. Sementara, kurs tengah BI menguat 0,17% ke level IDR 14.792/USD. Investor dapat mulai mencermati FR0086 dan FR0087, jelang lelang SUN pada Selasa (08/09) besok.