Today’s Outlook:
Pasar saham global sebagian besar ditutup flat, sementara imbal hasil obligasi AS turun pada perdagangan hari Rabu (26.07.23) setelah Federal Reserve menetapkan kenaikan suku bunga ke-11 berturut-turut yang bertujuan untuk mengendalikan Inflasi. Kenaikan suku bunga, yang sejalan dengan ekspektasi pasar, membawa suku bunga acuan pada range 5,25% – 5,50%, merupakan level tertinggi sejak sekitar krisis keuangan global pada 2007-2009. The Fed juga memberi statement bahwa mereka membiarkan opsi terbuka untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut, dan menyatakan akan terus mempelajari data ekonomi karena sangat menentukan arah kebijakan moneter yang tepat untuk mencapai target inflasi (inti) 2%. Kabar baiknya, selama konferensi pers-nya Fed Chairman Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral tidak lagi memperkirakan akan datangnya resesi AS, dan soft landing yang terjadi di mana inflasi mampu dibimbing ke target tanpa harus mengorbankan perekonomian ataupun menghilangkan lapangan pekerjaan terlalu besar. Menanggapi semua itu, reaksi pelaku pasar cukup beragam di mana salah satunya Goldman Sachs memberi statement kepada para kliennya, bahwa walaupun pernyataan The Fed di atas tidak memberi sinyal akan laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat dalam waktu dekat, tapi bank tersebut tetap mengharapkan adanya pengereman suku bunga (rate pause) di rapat bulan September.
Jangan lupakan data-data ekonomi lain yang dirilis kemarin, salah satunya dari benua Eropa adalah Perancis mencatatkan Indeks Keyakinan Konsumen yang masih sama dengan periode sebelumnya yaitu di angka 85. Sementara AS merilis data Building Permits dan New Home Sales (Juni) yang jelas melemah dibanding bulan sebelumnya. Dari sudut komoditas, harga minyak dunia (US WTI) ditutup melemah 1.1% ke harga USD78.78 / barrel, karena data menunjukkan persediaan minyak mentah AS ternyata turun kurang dari perkiraan.
IMF merilis proyeksi terbaru pertumbuhan ekonomi global di mana mereka memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global dari 3.5% sebelumnya menjadi 3% tahun ini dan pada tahun depan. IMF juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara maju akan melambat ke level 1.5% tahun 2023 ini dari 2.7% tahun 2022, dan masih akan turun ke 1.4% tahun 2024; kalah dari pencapaian negara berkembang yang diprediksi tahun 2023 ini mampu bertahan di tingkat 4% sama seperti tahun lalu dan bahkan meningkat ke 4.1% di tahun 2024. Adapun hari ini menyusul European Central Bank (ECB) akan mengumumkan keputusan suku bunga di mana diperkirakan akan naik 25 bps ke tingkat 4.25%. Malam harinya AS akan merilis laporan Durable Goods Orders (Juni) dan revisi GDP kuartal 2, Goods Trade Blance (Juni), Pending Home Sales (Juni), serta Initial Jobless Claims yang diharapkan akan naik ke angka 235 ribu dari 228 ribu pada minggu sebelumnya.
Corporate News
Kejar Kapasitas 1 GW, PGE Akan Terbitkan Obligasi Baru USD 500 Juta Emiten BUMN yang bergerak di bisnis EBT, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) akan menerbitkan surat utang baru senilai USD 500 juta atau sekitar IDR 7.50 triliun. Dana hasil penerbitan obligasi tersebut akan digunakan untuk membiayai proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga geothermal demi mencapai kapasitas terpasang 1 Gigawatt (GW) dalam dua tahun ke depan. Saat ini, kapasitas terpasang yang dikelola sendiri oleh PGE mencapai 672 Megawatt (MW), sehingga masih ada gap sebesar 340 MW. “Rata-rata powerplant geothermal membutuhkan investasi USD 3 juta per megawatt, maka akan membutuhkan belanja modal USD 1 miliar,” kata Direktur Keuangan PGEO, Nelwin Aldriansyah kepada media di Jakarta, Rabu kemarin (26/7). (Katadata)
Domestic Issue
Pasar Surat Utang Tanah Air Solid, Meski BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan Pada Juli Pasar surat utang tanah air masih solid di tengah adanya potensi kenaikan suku bunga global. Pelaku pasar umumnya sudah menduga kemungkinan langkah yang ditempuh The Fed ke depannya. Director & Chief Investment Officer Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula mengamati, pasar sudah mengantisipasi kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga di tahun ini. Seperti diketahui, BI kembali menahan suku bunga acuan di level 5.75% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Selasa (25/7). Ezra melihat, pasar obligasi Indonesia ditopang oleh kondisi domestik yang masih suportif seperti angka inflasi yang semakin turun dan neraca perdagangan yang masih surplus. Hal ini pada akhirnya juga menguatkan nilai tukar rupiah. (Kontan)
Recommendation
US10YT sepertinya harus Uji Support sejenak pada bantalan MA10 / yield 3.837%. In overall, masih nyaman bergerak di dalam Uptrend channel. Selepas resistance MA20 / 3.877% dan level previous High yield 3.922%, US10YT baru punya chance lebih lancar menuju TARGET 4.0-4.091% / 4.20-4.243% (= yang setara dengan level previous High November 2022). ADVISE : AVERAGE UP accordingly.
ID10YT akhirnya break channel downtrend dan bahkan saat ini sudah mampu bertengger di atas Support MA50, menjadikan 6.316% sebagai level Support yield terdekat saat ini. Adapun penguatan yield ini membuka potensi naik menuju TARGET yield 6.39% / 6.46% – 6.478%. ADVISE : AVERAGE UP accordingly.
Download full report HERE.