Today’s Outlook:
MARKET SENTIMENT: Komentar para pembuat kebijakan AS menjadi sorotan dan semacam pendukung aura bullish pasar setelah The Fed minggu lalu memulai kebijakan pelonggaran dengan pemotongan suku bunga setengah poin. Tiga Presiden The Fed dari berbagai negara bagian: Kashkari, Goolsbee, dan Bostic sepakat bahwa keputusan pekan lalu adalah tepat diambil dan mereka mengharapkan banyak lagi pemotongan suku bunga dalam setahun ke depan, secara ekonomi AS telah mendekati tingkat Inflasi & Pengangguran yang normal. Futures Fed Fund Rate telah memperhitungkan peluang 54% untuk pemotongan yang lebih kecil sebesar 25 basis poin pada pertemuan November, dengan peluang 46% untuk pelonggaran yang lebih besar sebesar 50 basis poin, demikian menurut survey LSEG. Untuk tahun 2024, futures mengindikasikan pemotongan total sekitar 78 basis poin. Ahli strategi CITI GROUP memperkirakan Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan November, sebuah keputusan yang akan sangat dipengaruhi oleh laporan ketenagakerjaan bulan Sept ini.
INDIKATOR EKONOMI:
– S&P Global menunjukkan PMI EUROZONE mengalami kontraksi tajam bulan ini karena industri jasa dominan di blok tersebut stagnan, sementara penurunan di sektor manufaktur semakin cepat. Sebaliknya, PMI AS stabil pada bulan September, namun harga rata-rata untuk barang dan jasa naik dengan laju tercepat dalam 6 bulan, yang mungkin menunjukkan percepatan inflasi dalam beberapa bulan mendatang.
– What To Expect This Week: CB Consumer Confidence (malam ini), angka final US GDP 2Q (diperkirakan mendekati angka awal 3.0%), US Durable Goods Order, dan yang menjadi highlight utama: Personal Consumption Expenditure (PCE) price index di hari Jumat. CURRENCY & FIXED INCOME:
– DOLLAR INDEX (DXY), yang mengukur kekuatan Dollar AS terhadap sekeranjang mata uang dunia lainnya termasuk YEN dan EURO, naik 0.14% menjadi 100.92. Terhadap Yen Jepang, Dollar melemah 0.21% menjadi 143.61. – YIELD US TREASURY dengan jangka waktu 7 hingga 30 tahun – sebelumnya naik ke level tertinggi dalam 3 minggu. Ini semakin memperlebar kurva imbal hasil, yang merupakan barometer prospek ekonomi AS, dengan selisih antara imbal hasil 2 dan 10 tahun mencapai 17.9 basis poin, merupakan yang paling curam sejak Juni 2022. Imbal hasil pada obligasi acuan AS bertenor 10 tahun naik 2.3 basis poin menjadi 3.751%, dari 3.728% pada akhir Jumat.
MARKET ASIA: Para investor sedang memperdebatkan apakah pelonggaran moneter global mungkin dimulai terlalu lambat untuk menghentikan gejala resesi. Bank sentral CHINA akhirnya menurunkan suku bunga repo 14-hari (sekaligus menyuntikkan likuiditas) sebesar 10 basis poin, beberapa hari setelah mengecewakan pasar dengan tidak menurunkan suku bunga jangka panjang. BANK OF JAPAN adalah satu-satunya bank sentral dunia yang menaikkan suku bunga, para investor akan menanti pidato Gubernur Kazuo Ueda pada hari Selasa untuk mendapatkan petunjuk mengenai laju dan tingkat pengetatan. BOJ tidak mengubah suku bunga pada hari Jumat dan mengisyaratkan tidak terburu -buru untuk menaikkannya lagi. Namun sebelum pidato tsb, pelaku pasar menantikan data PMI Manufaktur & Jasa (Sep) yang segera dirilis pagi ini. Dini hari ini KOREA SELATAN telah melaporkan PPI yang mengalami deflasi 0.1% mom di bulan Aug, dengan demikian secara tahunan PPI turun ke level 1.6% yoy, dari 2.6% periode sebelumnya.
MARKET EROPA: SWISS NATIONAL BANK akan bertemu pada hari Kamis dan pasar sepenuhnya memperkirakan pemotongan suku bunga seperempat poin menjadi 1.0%, dengan peluang 41% untuk pelonggaran sebesar 50 basis poin. GERMAN IFO BUSINESS CLIMATE INDEX (Sept) akan jadi sorotan secara kemarin angka PMI Eurozone tampil mengecewakan, dengan demikian outlook pesimis sudah diprediksi akan kembali memayungi ekspektasi bisnis 6 bulan ke depan di negara ekonomi terbesar Eropa ini.
Corporate News
HRTA: Rilis Obligasi IDR 900M, Bunga 6.75-7.75 Persen
Emiten perdagangan emas perhiasan PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) menawarkan obligasi Berkelanjutan II Hartadinata Abadi Tahap I Tahun 2024 senilai IDR 900 miliar. Obligasi ini bagian dari penerbitan obligasi dengan target senilai IDR 1 triliun. Corporate Secretary HRTA, Ong Deny dalam keterangan resmi Senin (23/9) mengungkapkan bahwa obligasi tersebut rencananya diterbitkan terbagi dalam dua Seri yaitu seri A berbunga dikisara 6,75%-7,50% dan Seri B dengan tingkat obligasi dikisaran 7,00%-7,75%. “Untuk Seri A berjangka waktu 3 (tiga) tahun sejak Tanggal Emisi, dan Seri B berjangka waktu 5 (lima) tahun sejak Tanggal Emisi. Pembayaran Pokok Obligasi Seri B secara penuh akan dilakukan pada Tanggal Pelunasan Seri B yaitu pada tanggal 05 November 2029,” katanya. Adapun obligasi tersebut telah memperoleh peringkat idAAAcg (Triple A, Corporate Guarantee) dari PEFINDO. (Emiten News)
Domestic Issue
Lelang Sukuk Negara 24 September 2024: Ini Rincian 7 Seri SBSN yang Ditawarkan
Pemerintah menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara dalam mata uang rupiah pada Selasa (24/9). Berdasarkan pengumuman Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu, pemerintah mematok target indikatif senilai IDR 8 triliun. Akan ada tujuh seri SBSN yang dilelang pada 24 September 2024, yang terdiri dari seri SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara-Syariah) dan PBS (Project Based Sukuk). Adapun perolehan dana tersebut akan digunakan untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2024. Lelang akan dibuka pada Selasa (24/9) pukul 09.00 WIB dan ditutup pukul 11.00 WIB. Tanggal setelmen lelang yakni pada Kamis 26 September 2024. SPNS01042025 (reopening), SPNS09062025 (reopening), PBS032 (reopening), PBS030 (reopening), PBS004 (reopening), PBS029 (reopening) dan PBS038 (reopening). (Data Indonesia)
Recommendation
YIELD US10YT menanggapi rilis data PMI AS yang solid dan sejumlah indikator ekonomi yang sedianya terjadwal pekan ini, dengan bersiap-siap menembus Resistance trend turun jk.menengah pada yield 3.75% – 3.80%. Para investor disarankan untuk bersiap-siap mengurangi posisi obligasi jika yield semakin mantap menembus ke atas MA50 / yield 3.865% saat ini, apalagi jika data ekonomi mendukung dengan indikasi percepatan Inflasi masih mengintai. Potensi naik yield: 4.0% / 4.30%. Di sisi lain, jika yield malah berbalik ke bawah Support: 3.73% – 3.70%, maka penguatan harga obligasi akan kembali berlanjut.
YIELD ID10YT juga tampak mantapkan bottoming di sekitar 6.40%, sementara gelagat technical rebound sudah mengintai, di mana TARGET terdekat adalah jajaran MA10 & MA20 pada yield: 6.543% – 6.586% untuk saat ini. Harap perhatikan bahwa kedua MA tsb sangat krusial untuk menentukan masa depan yield ID10YT, secara merekalah yang menghentikan jalan naik yield selama 2,5 bulan terakhir & menjaga trend naik harga obligasi tetap intact. ADVISE: jika yield berhasil tembus 6.60% maka next TARGET: 6.73% – 6.80%.
Download full report HERE.