Inflasi AS telah mencapai puncaknya. CPI Headline AS YoY Juli diproyeksikan melandai ke level 8,7% (Vs. Juni 9,1%), karena harga BBM lebih rendah seiring penurunan harga minyak mentah. Sepekan, Brent dan WTI kontrak Oktober 2022 masing-masing turun 3% ke level USD96,6/Barrel dan USD89,9/Barrel. Bursa saham Wall Street merespon positif, membentuk Gap Up pada awal perdagangan, sebelum akhirnya ditutup mixed awal pekan. Di sisi lain, data tenaga kerja yang solid Jumat lalu, mengisyaratkan ekonomi AS siap untuk kenaikan FFR lebih lanjut. US Rate Futures Fedwatch memproyeksikan probabilitas 67,5% untuk kenaikan FFR 75Bps September, atau naik dari 41% sebelum data tenaga kerja melampaui ekspektasi pasar. Potensi kenaikan FFR 75Bps September mendatang akan menjadi kenaikan beruntun tiga bulan terakhir dengan besaran yang sama.

Investor merespon negatif tekanan Consumer Confidence, IHSG sempat tertekan ke level 7.050 pasca menyentuh level psikologis 7.100 awal perdagangan. BI mencatat Consumer Confidence Index Indonesia Juli turun ke level 123,2 (Vs. Jun. 128,2), mengindikasikan masyarakat mulai mengurangi porsi konsumsi, seiring kenaikan inflasi membuat konsumen membayar biaya sama atau bahkan lebih, untuk produk dalam jumlah sama atau bahkan lebih sedikit. IHSG ditutup relatif flat di level 7.086 dengan penguatan sektor tertinggi diantaranya, Transporation & Logsitic, dan Basic Material, ditopang sentimen positif GDP Indonesia 2Q22 YoY yang tumbuh impresif +5,44% (Vs. 1Q22 +5,01%). NHKSI Research memproyeksikan IHSG bergerak Bullish dengan Support: 7.050 / 7.000 / 6.930 dan Resistance: 7.100-7.140 / 7.175.

Download full report HERE.