Pasar saham AS kompak memerah sekitar 0.5% pada perdagangan Selasa 04/04/23 setelah rilis data lowongan pekerjaan drop ke angka 9.931 juta, di bawah perkiraan 10,4juta; mengindikasikan pasar tenega kerja mendingin, sementara order pabrikan atau Factory Orders (Feb.) juga turun 0.7%, lebih rendah dari forecast -0.5%. Adapun kedua data ini menyusul laporan lemahnya aktifitas manufaktur AS yang telah dirilis lebih dulu hari Senin lalu. Dengan demikian, tersirat makna bahwa pertumbuhan ekonomi memang telah melambat dan kekhawatiran datangnya resesi ada di depan mata. Di satu sisi, pasar kembali memperhitungkan bank sentral AS tidak perlu menaikkan suku bunga pada FOMC Meeting mendatang bulan Mei, dengan turunnya probabilitas 25 bps rate hike menjadi hanya 42% (dari 60% sebelumnya), seperti dilansir CME Group Fedwatch. Dari benua Eropa, kontraksi ekonomi yang sama juga tergambar dari angka Trade Balance Jerman (Feb.) yang tak bisa memenuhi ekepektasi surplus di angka EUR 17 milyar, melainkan hanya mampu bukukan EUR 16 milyar (sama seperti bulan sebelumnya). Siang hari ini WIB akan dipantau German Factory Orders (Feb.) dan composite PMI (Mar.) bagi Zona Euro & Inggris. Malamnya para pelaku pasar akan perhatikan data AS untuk S&P Global Composite PMI yang akan jelaskan bagaimana kondisi aktifitas usaha manufaktur & jasa di bulan Maret; sementara penambahan tenaga kerja di sektor swasta (ADP Nonfarm Employment Change) untuk bulan Maret juga diperkirakan turun dari bulan sebelumnya ke angka 200 ribu. Kedua pembacaan ini akan mengatakan lebih banyak mengenai akibat dari trend kenaikan suku bunga AS yang cenderung menekan pertumbuhan ekonomi, serta bagaimana Federal Reserve akan menetapkan kebijakan moneter mereka ke depannya.

IHSG akhirnya mampu ditutup menghijau 6 points ke level 6833.18 setelah melalui hampir seluruh trading hours di teritori negatif pada Selasa 04/04/23, seiring para investor mengevaluasi ulang situasi ekonomi global dan kebijakan moneter bank sentral. Adapun optimisme atas fundamental dalam negeri nampak lebih jelas daripada outlook negara-negara Barat, apalagi setelah Asian Development Bank memprediksi perekonomian Indonesian bisa tumbuh 4.8% di tahun ini, dan meningkat jadi 5% di 2024 (walaupun angka ini melemah dari pencapaian 5.3% tahun lalu). Ritme perdagangan yang relatif sepi kemarin kemungkinan akan berlanjut pada hari ini, apalagi ketika IHSG berada di area Resistance kritikal 6860-6870; yang mana apabila mampu ditembus maka akan mematahkan trend turun jangka menengah. NHKSI RESEARCH menyarankan Hold all positions, sambil menunggu break out yang solid sebelum melakukan Average Up. Nilai tukar Rupiah menjadi sorotan belakangan ini secara telah mencapai level terkuat 2 bulan di IDR 14898.5/USD. Menimbang ciri-ciri soft landing ekonomi AS mulai muncul, besar kemungkinan Federal Reserve bisa mulai agak dovish, dengan demikian berpotensi melemahkan posisi USD atas mata uang dunia lainnya.

Download full report HERE.