Today’s Outlook:

• Data ketenagakerjaan AS yang mengecewakan pada hari Jumat memicu kekhawatiran akan resesi di masa depan, mendorong investor untuk melakukan aksi jual besar-besaran di pasar saham dan beralih ke obligasi selaku safe-haven. Harga obligasi melonjak, mengirimkan imbal hasil ke posisi terendah beberapa bulan. Harga minyak turun lebih dari 3%; sementara Dollar Index turun lebih dari 1% ke posisi terlemahnya sejak Maret. Perusahaan Teknologi AS terkena pukulan signifikan, dan indeks saham bank Eropa menuju penurunan mingguan terbesar dalam 17 bulan karena laporan pendapatan yang lemah. Ukuran volatilitas pasar saham (VIX), yang dijuluki “indeks ketakutan” Wall Street, melonjak lebih dari 40%. Adapun semua panic-selling ini disebabkan oleh rilis data tenaga kerja US NONFARM PAYROLL  pada hari Jumat yang menunjukkan pertumbuhan pekerjaan pada bulan Juli (di sektor publik) bertambah hanya 114ribu, jauh di bawah perkiraan 176ribu dan 179ribu pada bulan Juni. Tingkat Pengangguran pun naik menjadi 4.3%, menunjukkan pelemahan di pasar tenaga kerja dan rentannya ekonomi in general menuju resesi. Sebelumnya pasar pun sudah terguncang oleh laporan kinerja yang mengecewakan dari Amazon dan Intel serta survei aktivitas pabrik AS yang lebih lemah dari perkiraan pada hari Kamis. Di satu sisi, data tersebut meningkatkan ekspektasi adanya beberapa kali pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve tahun ini, yang baru pada FOMC Meeting pekan ini memilih untuk mempertahankan Fed Fund Rate tidak berubah. Para analis & ekonom semakin mempersalahkan Federal Reserve bahwa mereka tidak segera memangkas suku bunga, di tengah langkah bank sentral lain yang telah lebih berani memotong suku bunga. Alhasil NASDAQ Composite ambrol 2,43% atau 418 poin ke level 16.776,16. Indeks ini telah turun lebih dari 10% dari titik puncak bulan Juli, mengkonfirmasi bahwa indeks ini dalam koreksi setelah kekhawatiran muncul mengenai valuasi harga saham yang sudah mahal di tengah perlambatan ekonomi yang semakin nyata. Dow Jones Industrial Average merosot 610,71 poin, atau 1,51%, ke bawah level 40ribu menjadi 39.737,26; sementara S&P 500 jeblok 100,12 poin atau 1,84%. The Fed telah mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat tertinggi dalam 23 tahun pada tingkat 5,25%-5,50% selama setahun, dan beberapa analis percaya bank sentral paling berpengaruh di dunia ini mungkin telah membiarkan kebijakan moneter ketat terlalu lama, sehingga berisiko memicu resesi. Kini pasar uang segera memperhitungkan 70% peluang bahwa The Fed, yang sudah 100% diperkirakan akan memotong suku bunga bulan September, memutuskan rate cut sebesar 50 bps pada FOMC Meeting bulan depan.

• MARKET ASIA & EROPA: Dengan perdagangan musim panas yang tipis kemungkinan memperburuk pergerakan, sell-off dimulai di Asia di mana Nikkei Jepang rontok 5,8%, merupakan penurunan harian terbesar sejak Maret 2020 selama krisis COVID-19, menyebar ke Eropa dan menuju ke Wall Street. Indeks MSCI dari saham di seluruh dunia turun 16,09 poin, atau 2,00%, menjadi 787,31. STOXX 600 Eropa turun hampir 3%, dengan sektor Keuangan dan Teknologi terkena dampak terburuk. Saham emerging market turun 24,30 poin, atau 2,23%, menjadi 1.063,50. Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik kecuali Jepang ditutup turun 2,48% menjadi 553,72, sementara Nikkei Jepang turun 2.216,63 poin, atau 5,81%, menjadi 35.909,70.

• ROTASI SEKTOR: Intel, saham pembuat chip AS anjlok ke posisi terendah lebih dari 11 tahun dan berakhir turun lebih dari 26%, setelah menangguhkan dividennya dan mengumumkan pemotongan pegawai besar-besaran bersamaan dengan perkiraan pendapatan yang mengecewakan. Pembuat chip kecerdasan buatan Nvidia, salah satu kontributor terbesar untuk rally sektor Teknologi, turun 1,8%; setelah meroket lebih dari 700% sejak Januari 2023. Sekarang giliran asset safe-haven diborong di mana obligasi pemerintah, emas, dan mata uang semuanya menguat; secara mereka dinilai sebagai asset yang punya kemampuan mempertahankan nilainya dalam periode kekacauan pasar. Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun yang menjadi acuan turun 18 bps menjadi 3,798%. Imbal hasil obligasi tenor 2 tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, turun 28,5 basis poin menjadi 3,8798%. Di pasar valuta asing, Yen terapresiasi hampir 2%, memperpanjang kenaikan cepatnya setelah Bank of Japan menaikkan suku bunga ke level yang belum pernah terlihat dalam 15 tahun.

• KOMODITAS: Namun demikian, spot EMAS saat ini terpantau turun 0,37% menjadi USD 2.436,31 / ons dan futures Emas ditutup 0,4% lebih rendah menjadi USD 2.476,9 / ons. Harga MINYAK pun tergelincir lebih dari 3% karena kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global, di mana futures BRENT yang menjadi patokan di pasar Eropa ditutup turun USD 2,71 / 3,41%, menjadi USD 76,81 / barel. Minyak mentah US WTI berakhir turun USD 2,79 / 3,66%, pada USD 73,52 / barel.\

• INDIKATOR EKONOMI: Hari ini akan diwarnai oleh data Composite & Services PMI (Jul) dari seantero dunia, terutama dari JEPANG, CHINA, JERMAN, EUROZONE, & INGGRIS; dan tak lupa malamnya juga data serupa muncul dari AS. Sedangkan dari dalam negeri, INDONESIA menantikan data GDP 2Q yang akan menyumbangkan sentimen market secara keseluruhan.

• IHSG terdeteksi menguat 0.27% selama sepekan terakhir berkat Foreign Net Buy sebesar IDR 2.67 triliun (all market). Nilai tukar Rupiah ditutup pada posisi 16,195 / USD di hari Jumat bahkan di pagi ini sudah terpantau berada pada level 16,019 yang merupakan titik terkuat dalam 3bulan terakhir (sejak May). Penguatan Rupiah yang terimbas pelemahan USD akibat kekuatiran resesi / perlambatan ekonomi AS, membuka harapan Rupiah bisa melihat level 15,900-15,800 per USD dalam waktu dekat, walau ini semua masih menjaga USD tetap di dalam trend naiknya selama setahun lebih ini. NHKSI RESEARCH perlu mengingatkan bahaya hantaman tsunami akibat regional market yang luluh lantak, apalagi di saat IHSG struggling untuk menembus level Resistance 7355-7375 selama hampir sebulan terakhir. Our best Advise: set your Trailing Stop, jangan ragu untuk kurangi posisi menghindari eksposure terkena sell-off yang mungkin menular ke market kita.

Company News
• CTRA: Melejit 32 Persen, Juni 2024 CTRA Kemas Laba Rp1,02 Triliun
• INDY: Merosot 76 Persen, Laba INDY Juni 2024 Tersisa USD21 Juta
• HEXA: Laba Hexindo (HEXA) Ambles 59,9 Persen di Semester I-2024

Domestic & Global News
Harga Beras Melambung Lagi, Ternyata Ini Biang Keroknya!
Israel Bersiap Hadapi Serangan Setelah Pembunuhan di Beirut dan Teheran

Download full report HERE.