Today’s Outlook:
• Dow Jones Industrial Average tergelincir jatuh 0.22% pada hari perdagangan pertama di bulan Oktober, dipicu oleh melemahnya harga Energy & Utilities seiring yield US Treasury melanjutkan kenaikan setelah pemerintah AS berhasil terhindar dari ancaman shutdown (sementara untuk 45 hari sampai 17 November) setelah Congress AS meloloskan rancangan undang-undang anggaran negara di saat-saat terakhir sebelum tenggat waktu hari Sabtu lalu. Namun demikian, Nasdaq berhasil mengantongi kenaikan 0.7% setelah Goldman Sachs menambahkan perusahaan produsen chip ke dalam daftar saham-saham pilihannya. Sektor Energy drop 2% dengan alasan kekhawatiran meningkatnya supply dan tingginya nilai tukar Dollar. Namun demikian, harga Minyak mentah masih bercokol di sekitar USD90/barrel, di tengah prediksi akan adanya peningkatan permintaan dari China pada waktu masa libur “Golden Week”. Sementara itu, imbal hasil obligasi negara AS kembali terdorong naik seiring meningkatnya ekspektasi akan adanya satu lagi kenaikan suku bunga dari Federal Reserve. Yield US Treasury tenor 2 tahun naik 5.2 points ke level yield 5.098%; sementara tenor 10 tahun menanjak 12 bps ke tingkat yield 4.696%. Hanya sekitar 30% trader yang meyakini bahwa The Fed masih akan naikkan suku bunga bulan depan, naik dari sekitar 18% di pekan lalu, seperti dilansir dari Fed Rate Monitor Tool milik Investing.com. Gubernur The Fed Michelle Bowman  mengatakan siap mendukung kenaikan suku bunga lanjutan jika laju penurunan Inflasi AS terbukti melambat. Dari sudut pandang data ekonomi: AS merilis S&P Global US Manufacturing PMI (Sept.) yang hampir mendekati batas wilayah ekspansif (50) yaitu di 49.8, mampu lebihi ekspektasi dan bulan sebelumnya. Demikian pula menurut ISM Manufacturing PMI di mana bulan September pertumbuhan aktifitas pabrikan AS semakin pesat ke level 49, jauh lebih baik dari forecast maupun previous period di sekitar 47. Data ekonomi penting terkait ketenagakerjaan akan mulai muncul Selasa malam nanti sekitar jam 21.00 WIB yaitu JOLTs Job Openings di mana diperkirakan tak banyak berubah dari bulan sebelumnya, menunjukkan mungkin ada sekitar 8.83 juta lowongan pekerjaan baru di bulan Agustus lalu. Salah satu sentimen market lainnya yang akan mendominasi adalah laporan keuangan kuartal 3 segera bermunculan, di mana para analis memperkirakan laba perusahaan mampu meningakat 1.6% dari kuartal yang sama tahun lalu, setelah jatuh 2.8% di kuartal kedua tahun ini.
• MARKET ASIA: Dari Jepang telah dirilis sederet data ekonomi penting yang pada intinya mengatakan bahwa Tankan Manufacturing Outlook Index alami pertumbuhan signifikan di atas ekspektasi pada kuartal 3, khususnya bagi pabrikan besar; walau menurut au Jibun Bank Japan Manufacturing PMI untuk bulan September terlihat masih berjuang di wilayah kontraksi.
• MARKET EROPA: Bicara mengenai Manufacturing PMI untuk bulan September: Jerman masih di bawah estimasi, Eurozone dan Inggris mampu penuhi ekspektasi; yang pasti ketiganya masih berkutat di wilayah kontraksi. Adapun Eurozone merilis Unemployment Rate pada bulan Agustus di level 6.4% sesuai prediksi, lebih rendah dari bulan Juli di 6.5%.
• KOMODITAS: Harga Minyak mentah West Texas Intermediate atau WTI (New York) dan Brent (London) keduanya drop 2%, melanjutkan penurunan hari Jumat; atas dasar pemikiran bahwa harga energi yang tinggi akan membebani ekonomi global dan mendorong naik Inflasi, sehingga pada akhirnya akan menekan permintaan akan Crude Oil itu sendiri. Harga kontrak WTI untuk pengiriman November akhirnya lepas dari level kunci USD90, ditutup di USD88.82/barrel alias merosot 2.2% secara intraday bahkan sempat menyentuh titik terendah 3 minggu pada USD88.47. Sementara harga Brent untuk kontrak Desember yang terkenal paling aktif anjlok 1.6% secara intraday ke angka USD90.71/barrel, walau sempat bangkit dari titik Low USD90.36. OPEC+ akan selenggarakan pertemuan 23 negara produsen Minyak anggotanya pada hari Rabu, di mana sepertinya kecil kemungkinan mereka akan mengubah pemangkasan produksi 1.3 juta barrel/hari sampai akhir tahun. Pada saat yang sama, implementasi hal tersebut menimbulkan konsekuensi lain. Impor Minyak mentah Asia kembali drop selama dua bulan berturut-turut di bulan September, secara maintenance kilang minyak dan harga Minyak yang meninggi membatasi permintaan. Faktor lain yang memberatkan konsumen Minyak non-AS adalah melonjaknya Dollar ke level tertinggi 10 bulan atas dasar trend naik suku bunga AS yang masih punya kemungkinan berlanjut.
• Tak mau kalah, Indonesia publikasikan Nikkei Manufacturing PMI yang ternyata pertumbuhannya sedikit melambat ke level 52.3 pada bulan September, dibanding 53.9 pada bulan Agustus. Adapun tingkat Inflasi bulan September semakin mendingin ke angka 2.28% yoy, dari 3.27% di bulan Agustus; walau secara bulanan pertumbuhannya justru memanas 0.19% mom, dibanding bulan sebelumnya yang deflasi -0.02%. Secara Inflasi Inti, yang mengecualikan harga barang-barang yang volatile seperti bahan bakar dan makanan, stabil di bawah level aman Bank Indonesia 3%, yaitu kembali melandai pula ke tingkat 2.0% yoy, mampu lebih rendah dari ekspektasi & posisi bulan Agustus di 2.18%. Melihat posisi Closing IHSG kemarin yang masih ragu-ragu menembus Resistance penting MA10 & MA20, NHKSI RESEARCH mengingatkan para investor/trader untuk menahan Average Up sampai setidaknya IHSG mampu ditutup mantap di atas 6970 (even better jika mampu masuk kembali ke wilayah 7000-an).

Company News
• AMMN : Produksi Emas dan Tembaga Kompak Turun di 1H23
• WIKA : Kantongi Kontrak Baru IDR19,98 Triliun per Agustus 2023
• BREN : Pasang Harga IPO IDR 780 Per Saham

Domestic & Global News
• Waspada Lonjakan Inflasi Akhir Tahun Gara-gara Pangan, Ini Kata Pengusaha
• Pemerintah AS: AS Peringatkan China Terkait Pembatasan Ekspor Oktober

Download full report HERE.