Wall Street dan pasar saham global naik di awal pekan ini dipicu oleh data ekonomi dan bargain hunting setelah adanya pelemahan harga minggu lalu, yang secara persentase merupakan penurunan terbesar tahun ini. Walau demikian, penguatan market tidak bertahan di level 1% seiring para investor tetap waspada akan adanya spekulasi kenaikan suku bunga yang lebih tinggi di AS & Eropa. US Core Capital Goods Orders (Jan.) meningkat di atas perkiraan, dan data Pending Home Sales (Jan.) juga naik ke level tertinggi dalam 2,5 tahun. Pada saat yang sama, komentar dari petinggi Federal Reserve seolah mengingatkan untuk tidak berilusi bahwa tingkat inflasi akan mampu turun ke target The Fed (2%) dengan cepat, di mana harga-harga barang dan jasa di AS masih tinggi. Harga minyak global mundur secara penguatan USD menekan minat beli, walaupun penurunan harga dibatasi oleh kekhawatiran supply dari Russia setelah menghentikan ekspor ke Polandia melalui jalur pipa utama.
IHSG ditutup flat mengawali pekan ini dengan sedikit kewaspadaan menjelang data Inflasi (Feb.) yang akan keluar esok Rabu. Sentimen pasar juga dipengaruhi oleh rilis data utang pemerintah yang mencapai IDR 7754,98 triliun (Jan.) yang mana setara dengan GDP ratio 38.56%; sedikit meningkat dari posisi bulan Desember lalu IDR 7733,99 triliun. Di satu sisi, posisi nilai tukar Rupiah yang semakin melemah ke level IDR15,274/USD ternyata mampu membantu mengangkat minat beli asing di angka cukup besar yaitu IDR 3.39 triliun, yang terpusat pada saham-saham bank bluechips. Namun demikian, NHKSI RESEARCH menyarankan para trader/investor untuk mempertahankan sikap HOLD (WAIT & SEE), serta menunggu lebih banyak data sebelum memutuskan untuk Average Up; karena IHSG perlu naik ke Resistance kritikal MA10 & MA20 (ke atas 6880-6890, atau 6900 untuk lebih amannya) seraya mempertahankan Support MA50 (6825-6800) demi menghindarkan situasi berubah menjadi bearish.
Download full report HERE.