-GOVERNMENT BONDS-
Cadev Topang Pasar Obligasi Awal Pekan. Yield SUN 10-tahun turun 3,8 bps ke level 6,91%, seiring dengan penguatan nilai tukar rupiah. Pelaku pasar merespon positif cadangan devisa (cadev) Indonesia akhir Agustus 2020 sebesar USD 137 miliar, naik dibanding bulan sebelumnya sebesar USD 135,1 miliar. Dengan posisi cadev yang meningkat, memberikan BI ruang untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Cadev Indonesia pada Agustus 2020 ini berhasil mencetak rekor tertinggi sejak Januari 2018 sebesar USD 132 miliar. Sentimen positif lain berasal dari eksternal, yaitu rilis data perdagangan China Agustus. China sebagai mitra dagang utama Indonesia, mencatatkan kenaikan ekspor 9,5% YoY dari posisi Juli yang naik 7,2%. Sementara impor China masih turun 2,1% YoY dari posisi bulan Juli 1,4% YoY. Penguatan pasar awal pekan juga ditengah penantian penawaran kembali FR0086 dan FR0087 pada rencana lelang SUN pada Selasa hari ini.

-CORPORATE BONDS-
Pefindo Tetapkan Peringkat idAA+ untuk MRT Jakarta. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyematkan peringkat idAA+ untuk Mass rapid Transit Jakarta atau MRT Jakarta. Prospek MRT Jakarta juga ditetapkan stabil. Berdasarkan laporan Pefindo, obligor dengan peringkat idAA hanya memiliki perbedaan kecil dengan peringkat yang paling tinggi. Sementara itu, Obligor dengan peringkat tersebut memiliki kapasitas sangat baik untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang dibandingkan dengan obligor lain di Indonesia. Adapun tanda + yang disematkan dalam peringkat mencerminkan peringkat tersebut relatif kuat di dalam kategori peringkat. Peringkat ini berlaku hingga 1 Agustus 2020. Sejauh ini, MRT Jakarta belum menerbitkan obligasi. Dengan kata lain, peringkat ini menjadi indikasi bahwa MRT Jakarta akan menerbitkan surat utang. Menurut Pefindo, peringkat yang disematkan kepada MRT Jakarta mencerminkan dukungan Pemerintah Provinsi DKI yang sangat kuat kepada MRT Jakarta, dalam hal transportasi perkeretaapian. Hal itu memberikan prospek pertumbuhan jangka panjang yang baik dalam hal pertumbuhan volume penumpang kendati rekam jejak perusahaan terbatas. (Bisnis Indonesia)

-MACROECONOMY-
Rasio Utang Indonesia 34,53% Terhadap PDB. Wakil Menteri Keuangan menyebut rasio utang Indonesia sampai dengan akhir Agustus 2020 mencapai 34,53% terhadap produk domestik bruto (PDB). Secara tahunan, rasio utang terhadap ini naik dibandingkan posisi di periode sama tahun di level 29,8%. Ratio cenderung naik dipengaruhi antara lain oleh suku bunga dan nilai tukar rupiah serta peningkatan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN). Selain itu, kenaikan rasio utang juga sejalan dengan pemenuhan kebutuhan pembiayaan seiring pelebaran defisit untuk penanganan Covid-19. Adapun dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2020 terkait perubahan postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020, pemerintah mematok defisit anggaran sebesar IDR 1.039,2 triliun atau 6,34% terhadap PDB. (Investor Daily)

-RECOMMENDATION-
Daya Tarik FR0086 dan FR0087. Investor berpeluang kembali minati tenor pendek, ditengah volatilitas pasar obligasi saat ini. Pelaku pasar tengah mencermati wacana intervensi pemerintah dalam mempengaruhi independensi BI menetapkan kebijakan moneter. Di sisi lain, investor kembali mencermati penawaran FR0086 dan FR0087 di tengah tren suku bunga rendah. Faktor likuiditas tenor pendek menjadi penting, ditengah volatitilitas pasar obligasi saat ini. Secara nominal outstanding FR0086 dan FR0087 keduanya masih kecil sehingga masih sejalan dengan tren penyerapan pemerintah. Investor juga dapat mencermati tenor panjang FR0083 dan FR0076 yang saat ini tengah diminati oleh investor asing. Sejumlah pelaku pasar minati tenor panjang karena menawarkan yield yang tinggi ditengah tren suku bunga rendah saat ini.