Summary:
Last Week Review
• GOODBYE SOFT LANDING, HELLO EMERGENCY LANDING. Federal Reserve pernah mengatakan bahwa mereka akan memperhitungkan kemungkinan pemotongan suku bunga jika terdeteksi pelemahan signifikan pada sektor tenaga kerja. Data sepekan terakhir akhirnya mulai menjawab keinginan mereka, bahkan ke level di mana pertumbuhan tenaga kerja terasa sangat melambat dan malah berpotensi menancapkan ekonomi AS di wilayah resesi. Dimulai dari JOLTs JOB OPENING (Jun) yang terkesan masih baik-baik saja ketika angka pertumbuhan lowongan pekerjaan di bulan June ada sekitar 8.18 juta, masih lebih tinggi dari perkiraan 8.02 juta walau sudah sedikit turun dari bulan sebelumnya 8.23 juta.
• Namun kemudian berturut-turut ADP NONFARM EMPLOYMENT CHANGE (Jul) dan INITIAL JOBLESS CLAIMS keluar lebih jelek dari ekspektasi, dan akhirnya ditutup dengan kejutan NONFARM PAYROLL (Jul) yang angkanya anjlok di bawah estimasi, actual : 114 ribu versus forecast : 176 ribu & previous : 179 ribu. Belum lagi dikonfirmasi oleh Tingkat Pengangguran AS yang meningkat 0.2% ke level 4.3% di bulan Juli, dan pertumbuhan Upah Rata-rata per Jam malah drop ke level 0.2% mom, di bawah prediksi 0.3%. CB Consumer Confidence dan Chicago PMI yang merangkak naik di bulan Juli tampaknya tidak berhasil mengangkat sentimen market.
• Alhasil, ini merupakan alasan dan timing yang tepat untuk meruntuhkan pasar saham AS yang memang dilihat oleh pasar sebagai market yang telah overvalue, ditopang oleh rally sektor Teknologi. Tidak hanya pasar AS saja, sell-off pun melanda equity market global dan yield US Treasury ke titik terendah mereka dalam beberapa bulan. Para institusi keuangan mulai meramalkan The Fed akan memotong suku bunga 2-3 kali tahun ini (Pada bulan September, November, dan Desember) dengan kecenderungan first rate cut sebesar 50 bps bahkan dapat terjadi di bulan September.
• Pasar saham AS dinilai telah mulai jatuh dalam fase koreksi secara NASDAQ telah rontok 10% dari titik puncak tertinggi 18.647,45 tanggal 10 Juli. Menurut analisis Reuters berdasarkan LSEG data, dalam rentang waktu 44 tahun, NASDAQ masuk ke teritori koreksi setelah menyentuh titik tertinggi 24 kali, atau setiap 2 tahun sekali. Terakhir kali index tsb masuk ke wilayah koreksi adalah setelah menyentuh titik tertinggi 19 Januari 2022.
• Adapun sepanjang tahun ini, NASDAQ masih membukukan kenaikan 11.8% YTD. Sedangkan S&P500 yang telah kehilangan 6% dari titik peak-nya, masih mengantongi kenaikan 12.1% untuk tahun ini. Para manajer investasi juga melihat pola sell-off musiman yang sama di bulan August 2023, walau di tahun ini terasa lebih bertenaga. September dan Oktober biasanya adalah bulan-bulan yang sangat volatile bagi pasar saham AS. CBOE Volatility index (ukuran ketakutan investor Wall Street) melonjak ke rata-rata 21.8, tertinggi sejak tahun 1992, demikian menurut LSEG data.
• MARKET ASIA & EROPA : Kondisi yang sama-sama tidak inspiring juga datang dari benua Asia & Eropa, apalagi setelah perkiraan awal GERMAN GDP menyebut negara tsb masuk ke pertumbuhan ekonomi negatif di kuartal 2. CPI EUROZONE bulan Juli yang kembali menghangat 0.1% ke level 2.6% yoy mungkin bisa jadi tekanan untuk EUROPEAN CENTRAL BANK bersiap menurunkan suku bunga kedua kalinya segera, menyusul apa yang dilakukan BANK OF ENGLAND Kamis lalu ketika mereka membuat langkah kejutan memangkas suku bunga 25bps ke level 5.00%. Bicara mengenai keputusan bank sentral lainnya, BANK OF JAPAN di luar dugaan menaikkan suku bunga acuan mereka 15bps ke tingkat 0.25% setelah mereka melihat tingkat Inflasi mulai picking-up berkat naiknya Upah. Sementara negara tetangga Negeri Tirai Bambu CHINA masih berjuang membuat sektor Manufaktur mereka lebih bersemangat ke wilayah ekspansif.
• INDONESIA : Sepekan terakhir, kita disajikan oleh data2 ekonomi yang bervariasi : dimulai dari Foreign Direct Investment yang bertumbuh menjadi 16.6% yoy, naik dari 15.5% di periode sebelumnya. Di tengah jatuhnya sektor Manufaktur RI ke level terendah sejak Sept 2021 (Masuk ke wilayah kontraksi 49.3), di satu sisi Inflasi (Jul) aman terkendali pada angka 2.13% yoy. Kabar baiknya , capital inflow asing mulai masuk ke angka positif IDR 333.63 miliar, pertanda asing mulai perlahan lahan berinvestasi kembali ke pasar saham Indonesia yang terkesan laggard, setelah rilis laporan keuangan kuartal 2 ini mulai bermunculan.
• KOMODITAS : Harga MINYAK berada pada level terendah 8 bulan pada Senin pagi ini seiring kekuatiran resesi terjadi di AS, negara konsumen minyak nomor satu dunia, mengaburkan kenyataan eskalasi KONFLIK TIMUR TENGAH berpotensi mengganggu supply minyak global dari wilayah terkait perang. Meskipun ada kekhawatiran tentang meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, harga acuan BRENT & US WTI anjlok lebih dari 3% pada Jumatlalu dan berakhir pada level terendah sejak Januari. Minggu lalu, kedua kontrak tersebut menandai kerugian pada minggu keempat berturut-turut, penurunan terbesar sejak November. Harga minyak terseret turun oleh kekhawatiran resesi AS dan setelah OPEC+ tetap pada rencananya untuk menghentikan pemotongan produksi sukarela mulai Oktober.
This Week’s Outlook
Berikut beberapa fokus yang perlu dipantau oleh pasar investor di pekan ini :
• Kekhawatiran mengenai ekonomi diperkirakan akan tetap menjadi fokus utama pekan ini di tengah pemikiran bahwa Federal Reserve mungkin telah mempertahankan suku bunga tinggi terlalu lama, yang dapat merugikan pertumbuhan ekonomi. Laporan pendapatan perusahaan high-profile lainnya akan dirilis dan harga Minyak diperkirakan akan tetap bergejolak di tengah kombinasi kekhawatiran resesi dan risiko geopolitik. Berikut adalah gambaran tentang apa yang terjadi di pasar untuk minggu depan.
• INDIKATOR EKONOMI: Setelah laporan tenaga kerja AS (Juli) yang lemah pada hari Jumat memicu kekhawatiran akan kemungkinan resesi, kalender ekonomi untuk minggu depan jauh lebih ringan. Institute of Supply Management akan merilis PMI sektor Jasa pada hari Senin yang diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan yang moderat. Investor akan mendapatkan update tentang klaim pengangguran seperti biasa di hari Kamis, serta akan memiliki kesempatan untuk mendengar dari Presiden Fed San Francisco Mary Daly dan Presiden Fed Richmond Thomas Barkin setelah bank sentral mempertahankan suku bunga tidak berubah minggu lalu, tetapi tetap membuka kemungkinan pemotongan suku bunga pada bulan September.
• MUSIM LAPORAN KEUANGAN : Sementara sebagian besar perusahaan big caps telah melaporkan, beberapa laporan kinerja perusahaan high-profile diharapkan muncul dalam beberapa hari mendatang , seperti Catterpilar & Walt Disney.
• CHINA : Bagaimana pemulihan ekonomi di China berkembang pada paruh kedua tahun ini , akan jadi pantauan para pelaku pasar dengan rangkaian data ekonomi minggu ini. Dimulai dengan survei Services PMI, diikuti dengan data perdagangan pada hari Rabu dan pembacaan Inflasi pada akhir minggu. Data terbaru masih menunjukkan prospek suram untuk ekonomi nomor dua dunia, dan pemotongan suku bunga yang mengejutkan baru-baru ini mencerminkan rasa urgensi yang semakin besar dalam upaya Beijing untuk memperkuat pertumbuhan. Para pejabat akan sangat memperhatikan angka Inflasi pada hari Jumat untuk mencari petunjuk tentang seberapa banyak yang perlu dilakukan untuk meningkatkan permintaan domestik yang lesu.
• KOMODITAS : Harga MINYAK jatuh pada hari Jumat, menetap pada posisi terendah sejak Januari karena data ekonomi yang lemah dari AS dan importir minyak utama China meningkatkan kekhawatiran tentang prospek permintaan. Para trader minyak juga mengamati KONFLIK TIMUR TENGAH, di mana kelompok Hezbollah yang didukung Iran di Lebanon mengatakan bahwa konfliknya dengan Israel telah memasuki fase baru. Sementara itu, pertemuan OPEC+ pada hari Kamis lalu memutuskan kebijakan output minyak grup tersebut tidak berubah, termasuk rencana untuk mulai mengurangi pemotongan produksi secara bertahap mulai Oktober.
• INDONESIA juga akan dilanda oleh gelombang data ekonomi penting pekan ini : dimulai dari GDP 2Q yang diramal masih mampu bertahan pada level 5.0% yoy. Selanjutnya menyusul Cadangan Devisa dan Keyakinan Konsumen bulan Juli ; ditutup oleh Retail Sales (Jun) , Penjualan Motor & Mobil (Jul) pada akhir pekan
Download full report HERE.