Summary:

Last Week Review

• APAKAH EKONOMI AS AMAN DARI RESESI & BERGERAK KE ARAH SOFT LANDING DALAM USAHA PENGENDALIAN INFLASI MEREKA? Itu adalah pertanyaan yang nervous dicari jawabannya oleh para investor selama sepekan terakhir. Awal pekan lalu diawali oleh pesimisme akibat rilis data perkiraan awal PURCHASING MANAGER INDEX (Sept) oleh S&P GLOBAL yang menyatakan bahwa sektor Manufaktur AS melemah terus di wilayah kontraksi, walau berita baiknya adalah sektor Jasa berusaha meng-offset dengan menunjukkan pertumbuhan di atas ekspektasi. Kemudian ketegangan meningkat ketika level US Consumer Confidence jatuh ke titik terendah 3 bulan, di mana di dalam kondisi ini terdapat data bahwa kesempatan mencari pekerjaan di AS mulai sulit . Ini adalah mandat yang diemban US Federal Reserve saat ini bahwa mereka percaya tugas utama saat ini adalah bukan lagi mengawal penurunan Inflasi , namun menjaga pasar tenaga kerja tetap solid dan ekonomi jauh dari resesi.

• Finally, data2 yang menyakinkan AS bergerak ke arah ekonomi soft-landing terbit dari angka – angka berikut : New Home Sales (Aug) di mana berhasil mencatatkan penjualan rumah baru di atas perkiraan, Durable Goods Order (Aug) juga secara tak terduga menguat di atas estimasi, Initial Jobless Claims mingguan tercatat dalam trend menurun, dan akhirnya angka final US GDP kuartal 2 bertahan di 3% qoq , hampir dua kali lebih tinggi dari kuartal pertama yang mengecewakan di (level yang direvisi naik) 1.6%. Dan terakhir, untuk membungkus semua itu, angka PCE PRICE INDEX (Aug) highlight yang ditunggu-tunggu pekan ini, confirm memberi clue bahwa laju Inflasi AS aman terkendali di level 2.2% yoy dan 0.1% mom, dalam trajectory yang cukup aman terkendali menuju target Inflasi The Fed 2%. Tak heran pekan lalu Wall Street mampu menutup posisi di teritori positif, dengan DJI bukukan penguatan 0.45%, S&P500 naik 0.34%, dan NASDAQ terapresiasi 0.81% ; dan sepertinya juga akan bisa menutup bulan September yang akan segera berakhir ini on a positive note.

• CHINA menjadi bintang di pekan lalu setelah bank sentral mereka mengeluarkan paket stimulus terbesar setelah pandemi Covid demi memompa perekonomian negara tersebut, meliputi penurunan reserve requirement ratio di bank sebesar 50 bps (membebaskan sekitar 1 triliun Yuan atau sama dengan USD 142 miliar untuk disebarkan sebagai kredit kepada corporate & masyarakat) , PBOC juga memangkas bunga 7DRR mereka, memotong bunga cicilan rumah & persyaratan uang muka untuk pembelian semua tipe rumah (dalam upaya membangkitkan sektor property mereka yang rontok), menggelontorkan sejumlah dana bantuan untuk membeli saham serta meningkatkan daya beli masyarakat yang pada akhirnya diharapkan akan mendukung demand secara keseluruhan dan memerangi deflasi.

• Otomatis kabar baik ini segera melejitkan indeks saham China dan Asia pada umumnya ke titik tertinggi 2.5 tahun, bursa saham Hong Kong Hang Seng sebesar 13% dan Shanghai Composite 12.3% pada pekan lalu, tak lupa harga komoditi metal seperti Tembaga & Lithium yang turut meroket tinggi, yang mana sebenarnya dalam 1 tahun terakhir harga Tembaga sudah terbang 22.74%. Tak ketinggalan, mata uang Chinese Yuan meroket ke titik tertinggi 16 bulan.

This Week’s Outlook

Berikut adalah gambaran tentang apa yang terjadi di pasar untuk minggu mendatang:
• Para investor mungkin akan mendapatkan beberapa indikasi mengenai besaran penurunan suku bunga Federal Reserve berikutnya minggu ini seiring dengan dirilisnya laporan pekerjaan AS terbaru dan pidato Fed Chairman Jerome Powell. Sementara itu, kuartal terakhir dari tahun yang penuh gejolak sejauh ini di pasar akan segera dimulai.

• The Fed memulai siklus pemangkasan suku bunga dengan pemangkasan super besar sebesar 50 basis poin di awal bulan ini, tetapi pasar tenaga kerja terus menjadi titik fokus bagi para investor untuk mengukur seberapa cepat bank sentral perlu menurunkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang. Departemen Tenaga Kerja akan merilis laporan NONFARM PAYROLL bulan September pada hari Jumat, di mana para ekonom memperkirakan bahwa ekonomi AS telah menambah 144.000 pekerjaan. Para investor tertarik untuk melihat apakah data pekerjaan akan mendukung ekspektasi untuk skenario soft-landing, di mana The Fed berhasil menjinakkan inflasi tanpa berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi. Data yang lebih lemah dari perkiraan dapat menghidupkan kembali kekhawatiran atas prospek resesi, sementara pertumbuhan lapangan kerja yang kuat secara tak terduga dapat memicu kekhawatiran bahwa The Fed tidak akan menurunkan suku bunga sedalam yang diharapkan karena berusaha untuk menghindari gejolak inflasi.

• KOMENTAR FED CHAIRMAN JEROME POWELL juga ditunggu-tunggu mengenai prospek ekonomi di hadapan Asosiasi Ekonomi Bisnis Nasional pada hari Senin. Analis Deutsche Bank dalam sebuah catatan hari Jumat mengatakan bahwa mereka memperkirakan komentar Powell sebagian besar akan menjustifikasi pemotongan suku bunga dalam pilihan yang lebih besar karena adanya pengendalian yang nyata pada Inflasi, serta mandat kali ini bergeser kepada dukungan terhadap pasar tenaga kerja. Para investor juga akan mendapatkan kesempatan untuk mendengar dari beberapa pejabat The Fed lainnya selama minggu ini, termasuk presiden Fed regional Bowman, Bostic, Barkin dan Williams.

• Mendahului laporan NONFARM PAYROLL hari Jumat, laporan JOLTS JOB OPENINGS (Aug) pada hari Selasa dan data ADP UNEMPLOYMENT CHANGE hari Rabu tentang perekrutan di sektor swasta akan memberikan pandangan luas tentang keadaan pasar tenaga kerja.

• KUARTAL KEEMPAT DI TAHUN 2024 ini akan segera dimulai pada hari Selasa setelah beberapa bulan yang bergejolak di pasar. Agustus adalah bulan yang bergejolak dengan pelepasan carry trade Yen yang terjadi pada waktu yang hampir bersamaan dengan rontoknya kenaikan teknologi Magnificent 7 dan kekhawatiran resesi yang meningkat setelah laporan tenaga kerja AS bulan Juli ternyata lebih lemah dari yang diperkirakan. Saham-saham telah rally ke rekor tertinggi baru, sementara Yen Jepang akan mencapai kinerja kuartalan terbaiknya sejak krisis keuangan global 2008 ; suku bunga pinjaman global dan harga MINYAK sudah turun hampir 15% ; serta CHINA membuka keran stimulus terbesar sejak pandemi Covid. Q4 akan didominasi oleh PILPRES AS di bulan November antara Donald Trump dan Kamala Harris sehingga lebih banyak volatilitas yang mungkin terjadi.

• EUROZONE akan merilis data Inflasi September pada hari Selasa, yang akan diawasi dengan ketat karena para pejabat EUROPEAN CENTRAL BANK mempertimbangkan apakah akan menurunkan suku bunga lagi di bulan Oktober. Para ekonom memperkirakan tingkat inflasi tahunan akan mencapai 1,9%, turun di bawah target 2% ECB untuk pertama kalinya sejak Juni 2021 berkat harga energi yang lebih rendah, meskipun diperkirakan akan naik lagi pada bulanbulan terakhir tahun ini. Investor saat ini memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan Oktober, yang menurut mereka tidak mungkin terjadi pada minggu lalu karena aktivitas bisnis zona euro secara tak terduga mengalami kontraksi di bulan September, memicu kekhawatiran ECB berada di belakang kurva.

• Pasar JEPANG mungkin akan bergejolak menutup kuartal 3 ini, karena para investor bereaksi terhadap berita bahwa mantan menteri pertahanan Shigeru Ishiba akan menjadi perdana menteri baru negara tersebut. Ishiba telah menjadi kritikus vokal terhadap pelonggaran moneter agresif Bank of Japan di masa lalu, tetapi mengatakan pada hari Minggu bahwa kebijakan harus tetap akomodatif untuk mendukung pemulihan ekonomi yang rapuh. Akan terdapat juga sejumlah data PMI dari Eropa & Asia yang akan dirilis pekan ini.

• INDONESIA : seperti biasa , tanggal 1 setiap bulannya akan merilis angka Inflasi (kali ini Sept) serta Nikkei Manufacturing PMI (juga utk Sept) .

• Harga MINYAK ditutup lebih tinggi pada hari Jumat tetapi turun pada minggu ini karena para trader mempertimbangkan ekspektasi untuk suplai global yang lebih tinggi , imbas stimulus baru dari importir minyak mentah terbesar, China. Secara mingguan, BRENT ditutup turun sekitar 3%, sementara US WTI sekitar 5%. Bank sentral China pada hari Jumat mengumumkan langkah-langkah stimulus baru yang bertujuan untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi ke target tahun ini sekitar 5%. Namun kekhawatiran mengenai kelebihan supply muncul menyusul laporan bahwa OPEC+ akan melanjutkan rencana mereka untuk meningkatkan produksi sebesar 180.000 bph setiap bulannya mulai bulan Desember. Sementara meningkatnya KONFLIK TIMUR TENGAH, yang meningkatkan risiko gangguan pasokan, terus menopang pasar minyak. Para trader energi akan mencermati data pasar tenaga kerja dalam beberapa hari mendatang karena penurunan suku bunga biasanya mendorong aktivitas ekonomi dan permintaan energi.

Download full report HERE.