Summary:

Last Week Review

• KEPUTUSAN MENGEJUTKAN BANK SENTRAL TERKAIT SUKU BUNGA jelas mewarnai dinamika pasar saham pekan lalu. Sementara Bank of Japan, People’s Bank of China dan Bank of England menahan suku bunga mereka tetap di tempat, US FEDERAL RESERVE akhirnya mewujudkan pemangkasan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2020, sebesar 50bps ke level 4.75% – 5.25% ; sesudah BANK INDONESIA melakukan pre-emptive move menurunkan BI7DRR sebesar 25bps pada RDG BI tanggal 18Sept ke level 6.0%.

• Pasar bergerak cukup volatile karena adanya reaksi “Sell on News” diimbangi dengan optimisme lebih tinggi bahwa Federal Reserve masih akan lanjutkan pemangkasan Fed Fund Rate setidaknya 25 bps pada bulan November, dengan ekspektasi pemotongan 50 bps berpeluang sebesar 48,9%, demikian menurut survey CME FedWatch. Selama sepekan terakhir , S&P 500 naik 1,36%, Nasdaq menguat 1,49%, dan Dow Jones Industrial Average melonjak 1,62%.

• Setelah mengumumkan rate cut dengan besaran yang lebih tinggi dari yang diperkirakan, Fed Chairman Jerome Powell menekankan bahwa mandat kali ini adalah untuk menjaga kondisi pasar tenaga kerja tetap solid. FOMC MEETING 17-18 Sept lalu juga merilis proyeksi kuartalan untuk GDP, Pengangguran, PCE & CORE PCE price index. Tingkat Pengangguran untuk akhir tahun diperkirakan naik 0.4% dibanding perkiraan awal saat bulan June lalu ; demikian pula utk prediksi median tahun 2025 dan 2026 yang juga disesuaikan lebih tinggi.

• Dengan pemangkasan 50bps ini, FOMC saat ini melihat FED FUND RATE akan berada di kisaran 4.38% pada akhir tahun, dengan demikian meramalkan akan ada 50bps pemotongan suku bunga pada 2 pertemuan The Fed di sisa tahun ini (25bps lebih rendah dari harapan pasar). Sementara proyeksi pelonggaran kebijakan moneter tahun depan adalah sebesar 100bps (versus 150bps harapan pasar). Untuk jangka waktu lebih panjang, Fed Fund Rate diperkirakan akan sampai pada kisaran 2.8% – 2.9%. FOMC MEETING terakhir juga memberikan perkiraan GDP pada 1.8% up to 2.0% (atau sedikit di atas itu) untuk tahun 2024-2027.

• KOMODITAS : Harga MINYAK menetap lebih rendah pada hari Jumat tetapi mencatat kenaikan minggu kedua berturut-turut, didukung oleh pemotongan suku bunga AS dan penurunan produksi AS ke titik terendah dalam setahun. Tanda-tanda perlambatan ekonomi pada konsumen utama CHINA memang membatasi harga, namun untuk minggu ini, kedua harga acuan minyak mentah tsb ditutup melesat lebih dari 4%. Harga telah pulih setelah BRENT turun di bawah USD 69 untuk pertama kalinya dalam hampir 3 tahun pada 10 September lalu. Sekitar 6% produksi minyak mentah dan 10% produksi gas alam di TELUK MEXICO AS terhenti setelah BADAI FRANCINE, demikian diutarakan oleh Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan AS pada hari Kamis. Meningkatnya KONFLIK TIMUR TENGAH , yang meningkatkan risiko supply disruption, menjaga harga minyak tetap memanas. Israel mengumumkan pada hari Jumat bahwa mereka telah membunuh seorang komandan tinggi Hezbollah dan tokoh senior Lebanon lainnya dalam sebuah serangan udara di Beirut ; memicu kekhawatiran akan eskalasi perang.

• INDONESIA : Dengan gerakan yang tak diduga-duga oleh kebanyakan ekonom dari polling Reuters (hanya 3 dari 33 ekonom yang memprediksi RDG BI akan menghasilkan keputusan pemangkasan BI7DRR pada Kamis lalu), nilai tukar RUPIAH tidak lantas jatuh malahan Jumat lalu ditutup di posisi 15145 / USD, menguat 1.61% sepanjang pekan. On the contrary, IHSG memang melalui perjalanan yang volatile, terdepresiasi 0.71% pekan lalu walau asing masih konsisten melakukan beli bersih senilai IDR 5.37 triliun selama seminggu penuh ; mengkontribusikan porsi paling signifikan dari total nilai Foreign Net Buy YTD sebesar IDR 7.75 triliun.

• Sentimen positif lainnya sedikit banyak disumbangkan data ekonomi seperti TRADE BALANCE (Aug) yang melaporkan tercatatnya surplus (untuk 52bulan berturut-turut) kali ini melonjak ke angka USD 2.89 milyar (jelas melebihi prediksi pencapaian di bawah USD 2 milyar, dan pastinya dari posisi USD 500 juta bulan lalu) ; didukung oleh pertumbuhan Ekspor & Impor di atas ekspektasi, yang mana saat ini pertumbuhan Ekspor merupakan tertinggi dalam 1,5 tahun terakhir.

This Week’s Outlook

Acuan utama Inflasi AS yang bernama PERSONAL CONSUMPTION EXPENDITURE (PCE) price index bersama dengan beberapa statement dari pejabat Federal Reserve akan diawasi ketat oleh para investor setelah pemotongan suku bunga besar minggu lalu. Data PMI juga akan memberikan wawasan baru tentang kekuatan ekonomi global, dan harga EMAS tampaknya akan melanjutkan reli rekornya. Berikut adalah gambaran tentang apa yang terjadi di pasar untuk minggu mendatang:

• PCE PRICE INDEX, indikator Inflasi favorit The Fed, yang akan dirilis pada hari Jumat, akan menunjukkan apakah Inflasi terus mereda setelah bank sentral akhirnya mulai melonggarkan kebijakan moneter. Ekonom memperkirakan PCE PRICE INDEX untuk bulan Agustus akan naik 2,5% secara tahunan. Proyeksi ekonomi terbaru The Fed menempatkan laju tahunan indeks harga ini turun menjadi 2,3% pada akhir tahun dan 2,1% pada akhir 2025. Kalender ekonomi untuk minggu mendatang juga mencakup pembacaan final pada US GDP Q2, serta laporan tentang Consumer Confidence, Durable Goods Order, New Home & Pending Home Sales, serta data mingguan tentang Initial Jobless Claims.

• KOMENTAR PEJABAT THE FED dalam beberapa hari mendatang kemungkinan akan lebih menjelaskan alasan di balik pemotongan suku bunga besar minggu lalu dan oleh karenanya akan diawasi dengan cermat. Sejumlah nama seperti Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee , dan Gubernur Fed Michelle Bowman akan bergiliran berbicara sepekan ini ; di mana publik telah mengetahui karakter & pemikiran yang berbeda pada masing-masing orang terkait pandangan mereka terhadap laju pemotongan suku bunga. PUncaknya, Ketua Fed Jerome Powell dijadwalkan berbicara pada hari Kamis di Konferensi Pasar Treasury AS tahunan ke-10. Presiden Fed New York John Williams dan Wakil Ketua Pengawasan Michael Barr juga akan berbicara di acara yang sama. Investor akan mencari petunjuk tentang bagaimana pandangan Federal Reserve terkait kemajuan dalam pengurangan neraca.

• VOLATILITAS PASAR : Indeks acuan S&P 500 mencapai penutupan rekor tertinggi dalam 2 bulan pada minggu lalu setelah The Fed mengumumkan pemotongan suku bunga besar 50 basis poin, memulai siklus pelonggaran moneter AS pertama sejak 2020. Indeks ini naik 0,8% sejauh ini di bulan September, yang secara historis merupakan bulan terlemah bagi saham, dan telah naik 19% sejak awal tahun. Namun, reli pasar dapat diuji jika data ekonomi gagal mendukung ekspektasi bahwa ekonomi sedang menavigasi “soft landing”, di mana inflasi mereda tanpa memengaruhi pertumbuhan. Saham berkinerja jauh lebih baik setelah dimulainya pemotongan suku bunga dalam skenario tersebut, dibandingkan saat The Fed memotong selama resesi.

• Pasar juga bisa menjadi lebih sensitif terhadap PILPRES AS yang ketat antara Republikan DONALD TRUMP dan Demokrat KAMALA HARRIS. Jajak pendapat terbaru menunjukkan persaingan yang hampir seimbang.

• DATA PMI yang dirilis mulai Senin akan memberikan gambaran terbaru tentang kondisi ekonomi global. COMPOSITE PMI EUROZONE telah berada di wilayah ekspansi selama 6 bulan, dan INGGRIS selama 10 bulan, memperkuat nilai Poundsterling yang tangguh. Pasar tampaknya puas untuk saat ini bahwa pemotongan suku bunga setengah poin The Fed akan membantu mencegah resesi AS, dan dengan demikian resesi global. Namun, beberapa area kekhawatiran tetap ada, seperti di ekonomi terbesar Eurozone, JERMAN, aktivitas bisnis semakin masuk ke wilayah kontraksi pada bulan Agustus dan sentimen tetap lemah.

• Sementara itu, ekonomi CHINA masih terus berjuang, menempatkan ekonomi terbesar kedua di dunia ini berisiko tidak mencapai target pertumbuhan tahunan sekitar 5%.

• Para penggemar pasar EMAS mengunci harga emas batangan yang melonjak ke rekor baru, dengan tonggak USD 3.000 / ounce menjadi fokus, didorong oleh pelonggaran moneter oleh bank sentral utama dan pemilihan presiden AS yang ketat. Harga emas spot mencapai tertinggi sepanjang masa di USD 2.572,81 / ounce pada hari Jumat dan berada di jalur untuk kinerja tahunan terkuatnya sejak 2020, dengan kenaikan lebih dari 24% didorong oleh permintaan safe-haven karena ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, serta pembelian bank sentral yang kuat. Suku bunga rendah juga cenderung mendukung emas, yang tidak memberikan bunga. ANALIS CITI mengatakan dalam sebuah catatan minggu lalu bahwa harga emas bisa mencapai USD 3.000 / ounce pada pertengahan 2025 dan USD 2.600 pada akhir 2024 didorong oleh pemotongan suku bunga AS, permintaan kuat dari dana yang diperdagangkan di bursa, dan permintaan fisik di luar bursa.

Download full report HERE.