Last week review:
Sejumlah pembacaan dari data ekonomi Eropa menunjukkan pesimisme akan situasi ekonomi di masa mendatang. Seperti tergambar pada German Ifo Business Climate Index (Apr) alias indikator ekspektasi bisnis Jerman untuk 6 bulan mendatang, yang rilis di angka 93.6 di bawah ekspektasi 94. Tingkat pengangguran Jerman melonjak dua kali lebih tinggi dari perkiraan ke angka 24 ribu. Tak heran GDP Jerman untuk kuartal 1/2023 ini jauh dari ekspektasi 0.8% YoY, melainkan hanya mampu mencetak prestasi di 0.2% YoY. Hal ini turut menyeret performa GDP Zona Eropa secara keseluruhan di angka 1.3% YoY, lebih rendah dari ekspektasi 1.4% YoY ataupun juga kuartal sebelumnya di 1.8%. Di satu sisi, perlambatan ekonomi ini menjelaskan kenapa Inflasi Jerman (Apr) bisa turun melandai ke level 7.2%, lebih rendah dari periode sebelumnya di 7.4%.Dari AS, view ekonomi suram yang sama terpancar dari data Indeks Keyakinan Konsumen atau US Consumer Confidence (Apr.) yang merupakan indikator utama atas aktivitas ekonomi keseluruhan, lebih rendah dari forecast & previous di 104, yaitu hanya di angka 101.3. Data ini ditimpali oleh rilis pertumbuhan ekonomi AS di kuartal 1/2023 yang jatuh lebih rendah dari ekspektasi 2%, di mana GDP AS hanya mampu bertumbuh 1.1% YoY. Pending Home Sales (Mar.) anjlok jauh di bawah ekspektasi yaitu pada level -5.2%, daripada forecast yang di bawah 1% tapi masih di area positif. Di satu sisi, view ekonomi yang pesimistis tersebut di-offset oleh Building Permits and New Home Sales (Mar.) yang ternyata menunjukkan penambahan di atas perkiraan. Demikian pula dengan Durable Goods Orders (Mar.) yang juga jauh melebihi forecast & serta mampu menyusutnya defisit Trade Balance (Mar.) di angka USD -84.6miliar. Initial Jobless Claims juga ternyata rilis lebih rendah dari perkiraan yaitu keluar di angka 230 ribu, masih lebih rendah dari forecast & previous yang di atas 240 ribuan.Dari benua Asia, tingkat Inflasi di Tokyo (Apr.) baik tahunan maupun bulanan, Industrial Production (Mar.), Retail Sales (Mar.) tampak tumbuh ekspansif di atas ekspektasi, walau demikian Jepang tetap mempertahankan kebijakan moneter longgarnya dengan mempertahankan suku bunga di posisi minus 0.1%. Adapun Gubernur BI cukup optimis memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 bisa mencapai 5.3%, ditopang naiknya peningkatan konsumsi domestik dan positifnya kinerja ekspor; walaupun di satu sisi Foreign Direct Investment untuk kuartal 1/2023 ternyata anjlok ke level 20.2%, lebih dari setengah performa kuartal sebelumnya.

This week’s outlook:
Keputusan US Federal Reserve pada Rabu tanggal 3 Mei ini merupakan highlight of the week yang akan ditunggu-tunggu oleh para pelaku pasar, secara sentral bank AS akan mengumumkan perkiraan kenaikan suku bunga sebesar 25 bps ke level 5%-5.25% (merupakan tingkat suku bunga tertinggi sejak 2007) atas dasar langkah menekan Inflasi ke Target 2%, serta bertumbuhnya kekuatiran akan outlook ekonomi ke depannya. Di satu sisi, besar harapan pelaku pasar bahwa The Fed akan membuka peluang menghentikan trend naik suku bunga ini pada bulan Juni, dengan adanya perkembangan terbaru terkait krisis perbankan seputar First Republic Bank yang terpaksa harus diambil alih oleh pemerintah AS & menjual asetnya kepada JP Morgan sebagai suatu upaya penyelamatannya, dan juga sebagai langkah pencegahan terulangnya krisis keuangan 2008 akibat kegagalan sistem perbankan AS. Setelah itu, AS juga akan merilis data ketenagakerjaan mereka pada hari Jumat, di mana diperkirakan Nonfarm Payrolls (Apr.) akan tampak penambahan pekerjaan sebesar 180 ribu , turun dari periode sebelumnya di 236 ribu. Tingkat pengangguran juga diperkirakan akan naik ke level 3.6%. Sedangkan ADP Nonfarm Employment Change (Apr.) alias data tenaga kerja di sektor swasta justru diperkirakan naik ke level 150 ribu, lebih tinggi dari sebelumnya di 145 ribu. Intinya, JOLTs Job Openings (Mar.) memang diperkirakan turun ke level 9.775 juta dari periode sebelumnya 9.931 juta. Data kepegawaian di atas bersama dengan laporan ISM Purchasing Manager Index untuk sektor manufaktur & jasa di bulan April; memang akan jadi perhatian berhubung data ekonomi kuartal 1 tahun ini memang telah menunjukkan perlambatan ekonomi.ECB juga akan mengumumkan kenaikan suku bunga lagi pada hari Kamisnya dengan perkiraan 25 bps-50 bps. Sebelum itu, laporan Inflasi Euro Zone (Apr.) akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai besaran yang akan dikenakan.Selanjutnya, laporan keuangan dari perusahaan berkapitalisasi mega seperti Apple (perusahaan AS terbesar dengan nilai pasar USD 2.6 triliun), serta Ford, Starbucks, Marriott International, Moderna, Pfizer , and Uber Technologies akan merilis laporan kinerja kuartalan mereka satu persatu pekan ini.Para investor Indonesia akan menantikan data Inflasi (Apr.) di mana diperkirakan semakin melandai ke level 4.39% yoy (dari 4.97% sebelumnya), disertai oleh Inflasi Inti yang juga turut menjinak ke angka 2.89% (dari 2.94% sebelumnya). Pada hari Jumatnya, angka GDP Indonesia untuk kuartal 1 diprediksi keluar di angka 4.95% , lebih rendah dari kuartal sebelumnya pada 5.01%.

Download full report HERE.