Summary:
Last Week Review
• AS RESESI? NANTI DULU… Wall Street beranjak tenang dan mendapatkan kembali tenaga bullish-nya setelah global sell-off yang terjadi pada Senin lalu akibat rilis data Nonfarm Payroll (Jul) yang lebih rendah dari ekspektasi memicu kekhawatiran AS dilanda resesi atau hard-landing (instead of soft-landing seperti harapan The Fed).
• Pelepasan posisi “carry trade” yang dimotori Yen Jepang secara global, turut memaksa para investor untuk profit-taking posisi saham-saham Teknologi yang sudah naik tinggi. Indeks S&P 500 yang sempat dilanda kerontokan 3% pada hari Senin tersebut, akhirnya pulih dan ditutup flat untuk minggu ini di mana ia hanya turun tipis 0.05%, sementara DJIA melemah 0.6%, dan NASDAQ cukup terdepresiasi 0.2% saja.
• Pada waktu hari Senin sell-off itu terjadi, CBOE Volatility Index (atau “pengukur ketakutan” Wall Street) sempat meroket ke tingkat tertinggi setara di waktu awal pandemi Covid-19 bulan Maret 2020, sebelum akhirnya melandai kembali sampai akhir pekan kemarin. Lambat laun, para pelaku pasar menilai bahwa kekhawatiran akan resesi AS ini agak berlebihan secara PMI Non-Manufaktur terbukti masih ekspansif, di mana sektor Jasa menopang 2/3 perekonomian AS. Finally, di hari Kamis data Initial Jobless Claims memberi kelegaan lebih lanjut secara angka yang muncul mengindikasikan pasar tenaga kerja tidak selonggar yang diperkirakan, secara klaim pengangguran muncul lebih rendah dari yang diperkirakan (actual : 233k vs forecast : 241k vs previous : 250k).
• Pada hari Kamis itu juga, para pejabat US Federal Reserve menegaskan keyakinan bahwa Inflasi telah dalam kondisi cukup rendah untuk memungkinkan pemotongan suku bunga di masa depan, namun tetap mengatakan mereka akan mengambil keputusan tentang seberapa besar dan waktu pemotongan tersebut berdasarkan data ekonomi dari waktu ke waktu. Walaupun pasar masih akan cukup nervous sampai bulan depan, survey pasar mengharapkan The Fed akan memotong suku bunga pada FOMC Meeting 17-18 September, dengan 51% peluang untuk pemotongan 50 bps , dan 49% untuk pemotongan 25 bps, demikian menurut CME FedWatch Tool.
• MARKET ASIA & EROPA : Rebound pasar ASIA minggu lalu cukup mengesankan. Setelah Nikkei mencatat penurunan terbesar kedua dalam sejarah dan kenaikan terbesar ketiga dalam waktu 24 jam, indeks ini mengakhiri pekan lalu dengan hanya turun 2.5%. Indeks-indeks acuan lainnya bernasib lebih baik – indeks MSCI Asia di luar Jepang dan indeks MSCI World berakhir datar, dan indeks MSCI Emerging Market naik 0.2%.
• Bicara mengenai PMI Global , negara utama Asia seperti Jepang & China, serta pemain utama di Eropa seperti Jerman, Eurozone, dan Inggris masih bisa mencatatkan PMI Composite dan Services di ranah ekspansif , setali tiga uang dengan AS. German Factory Orders dan Industrial Production dari negara ekonomi nomor satu di Eropa ini malah berhasil meningkat signifikan di bulan Juni, menjaga kekuatan ekonomi di benua Eropa.
• Sementara yang masih agak terseok-seok adalah ekonomi China secara data Ekspor mereka di bulan Juli terbukti melemah dan tidak berhasil memenuhi ekspektasi, sementara Impor yang meningkat di atas perkiraan justru diprediksi akibat permintaan minyak mentah yang tinggi. Dengan demikian, Inflasi China (Juli) berhasil picking-up ke angka 0.5% yoy di atas ekspektasi 0.3% ; sementara CPI Jerman tampak stuck di 2.3% yoy dalam perjalanan menuju Target ECB 2%.
• KOMODITAS: Harga MINYAK ditutup menguat lebih dari 3.5% secara mingguan karena data ekonomi yang positif dan sinyal dari para pejabat The Fed bahwa mereka dapat memangkas suku bunga secepat-cepatnya pada bulan September meredakan kekhawatiran akan demand global yang masih lesu, sementara potensi eskalasi Konflik Timur Tengah terus meningkatkan risiko gangguan supply.
• BRENT naik lebih dari 3,5% pada pekan kemarin, sementara US WTI melonjak lebih dari 4%. Konflik Rusia-Ukraina juga berlanjut saat Moskow menggerakkan tank, artileri, dan roket tambahan ke wilayah selatan Kursk pada hari Jumat saat bertempur selama 4 hari berturut-turut untuk membalas serangan mendadak dari pasukan Ukraina.
• Sementara itu, Dollar AS yang melemah akibat proyeksi pemotongan suku bunga The Fed semakin termaterialisasi membantu sisi demand secara minyak menjadi lebih murah bagi pembeli asing atau non-AS. Sentimen pendukung harga lainnya datang dari National Oil Corp Libya yang mengumumkan force majeure di ladang minyak Sharara sejak hari Rabu, di mana mereka bertahap mengurangi produksi karena dilanda aksi protes.
This Week’s Outlook
Berikut beberapa fokus yang perlu dipantau oleh pasar investor di pekan ini :
• Para investor akan mengamati data Inflasi AS pada hari Rabu untuk mendapatkan petunjuk baru mengenai potensi besarnya penurunan suku bunga yang diharapkan oleh Federal Reserve pada bulan September. Pasar tampaknya akan tetap volatile, sementara LAPORAN PENDAPATAN emiten ritel AS seperti Home Depot & Walmart akan diawasi untuk mencari petunjuk tentang kekuatan belanja konsumen. Para pelaku pasar akan sangat sensitif dengan tanda-tanda apakah kekuatan pasar dapat bertahan, ataukah harus bersiap – siap kembali berselancar di ombak volatilitas yang tinggi.
• Data US CPI bulan Juli diperkirakan akan menunjukkan bahwa inflasi terus mendekati target tahunan Fed sebesar 2%. Angka yang menunjukkan hanya sedikit penurunan dapat meredakan kegelisahan bahwa the Fed telah membuat perekonomian menjadi kacau dengan membiarkan suku bunga tinggi terlalu lama.
• Namun, laporan yang lemah dapat meningkatkan kekhawatiran resesi, yang berpotensi memicu volatilitas pasar yang baru. Kalender ekonomi juga mencakup angka penjualan ritel untuk bulan Juli serta laporan mingguan tentang klaim pengangguran awal.
• Para investor juga akan mendapat kesempatan untuk mendengar komentar dari beberapa pejabat The Fed termasuk Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker dan Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee, yang diharapkan bisa memberi indikasi lebih lanjut bahwa mereka lebih confident tingkat inflasi saat ini cukup dingin untuk menurunkan suku bunga.
• Fokus di minggu depan termasuk di antaranya adalah berapa banyak lagi likuidasi posisi CARRY TRADE global yang tersisa. Kekhawatiran mengenai KONFLIK TIMUR TENGAH yang meluas dan PILPRES AS yang akan datang juga menambah faktor volatilitas tinggi. MUSIM LAPORAN KEUANGAN memasuki tahap akhir dengan mayoritas perusahaan telah melaporkan hasil keuangan kuartalan mereka.
• MARKET ASIA & EROPA : beragam data penting keluar dari : JEPANG (GDP 2Q), CHINA (Industrial Production) INGGRIS (ketenagakerjaan , Inflasi bulan July, GDP 2Q)), JERMAN (ZEW Economic Sentiment) dan EUROZONE (GDP 2Q). Dari dalam negeri sendiri, hari Kamis adalah waktu pengumuman Trade Balance INDONESIA (Jul).
• Bicara mengenai CARRY TRADE, di pasar currency, data futures AS pada hari Jumat menunjukkan bahwa hedge fund memangkas posisi short Yen Jepang mereka dalam seminggu hingga 6 Agustus sebesar 62.000 kontrak. Ini adalah ayunan bullish mingguan Yen terbesar sejak bencana Fukushima pada bulan Februari 2011, dan ketiga terbesar sejak data setara tahun 1986. Jika ini mewakili pasar mata uang yang lebih luas, bisa dibilang ‘Carry trade’ Yen telah sebagian besar dilikuidasi.
• Pertanyaan selanjutnya, apakah para trader nanti akan mulai menjual Yen dan melakukan carry trade lagi, atau tidak?
Download full report HERE.