Today’s Outlook:

MARKET AS: Imbal hasil US Treasury melonjak setelah data Penjualan Ritel AS yang secara mengejutkan dirilis lebih kuat dari perkiraan, meredakan kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi, dengan demikian meredam spekulasi para investor mengenai penurunan suku bunga yang agresif dalam waktu dekat. US RETAIL SALES meningkat 1.0% bulan lalu, jauh di atas perkiraan pasar untuk kenaikan 0.3%, demikian dikatakan oleh Biro Sensus Departemen Perdagangan AS; menunjukkan bahwa konsumen mampu pertahankan daya belanja dengan berburu barang murah. Secara tahunan, penjualan ritel naik 2.7%, setelah meningkat dengan .evisi lebih rendah 2.0% di bulan Juni. Beberapa investor percaya bahwa data ekonomi yang kuat ini seyogyanya tidak mengubah prediksi bahwa Federal Reserve dapat mulai menurunkan suku bunga di bulan September, namun sedikit meredupkan peluang bahwa bank sentral akan mulai melonggarkan kebijakan dengan rate cut sebesar 50 basis poin. Faktanya bahwa hal ini akan mengurangi kekhawatiran atas resesi dalam waktu dekat dan kabar baik bagi pasar ekuitas, namun mungkin bukan kabar baik bagi pasar obligasi, yang langsung tercermin dari rebound-nya yield US Treasury.

INDIKATOR EKONOMI: Di sisi pasar tenaga kerja, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran turun minggu lalu ke angka 227ribu (lebih rendah dari forecast & pekan sebelumnya). Sejauh ini bisa disimpulkan soft-landing hampir dalam genggaman secara data Inflasi jelas telah mendingin, namun di satu sisi Retail Sales & Initial Jobless Claims bisa lebih kuat dari perkiraan.

FIXED INCOME & CURRENCY: Tertekan oleh spekulasi bahwa The Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunga pada laju yang lebih moderat, membuat imbal hasil US TREASURY tenor 10-tahun melonjak menjadi 3.9188%, sementara imbal hasil US Treasury tenor 2 tahun naik menjadi 4.1034%. Lonjakan imbal hasil US Treasury memberikan sedikit kelonggaran pada US DOLLAR INDEX (DXY), yang naik 0.5% terhadap mata uang utama lainnya, menghentikan penurunan yang membawanya ke level terendah per Euro pada hari Rabu sejak akhir 2023. Dollar juga turun hampir 15% terhadap Yen Jepang sejak awal Juli.

MARKET ASIA & EROPA: Di tempat lain, Poundsterling naik 0.2% menjadi USD 1.2854 setelah data menunjukkan ekonomi INGGRIS tumbuh 0.6% pada kuartal kedua 2024, yang sejalan dengan ekspektasi ekonom. Hari ini angka Retail Sales (Jul) mereka yang akan disorot. Retail Sales yang kuat juga muncul di CHINA untuk data bulan Juli, walau berita baik ini dibarengi oleh kenyataan trend turun Chinese Industrial Production dan lagi Unemployment Rate naik 0.2% di bulan Juli, dari 5.0% di bulan June.

INDONESIA: Laporkan surplus Trade Balance jauh di bawah ekspektasi USD 2.45 miliar, menjadi hanya 470 juta USD, disebabkan persentase peningkatan Impor yang signifikan (11.07%), jauh di atas pertumbuhan Ekspor (6.46%).

KOMODITAS: Harga spot EMAS naik 0.3% menjadi USD 2.455,29 / ounce, mendekati rekor tertinggi 17 Juli, didukung spekulasi pasar bahwa suku bunga AS yang akan segera diturunkan berpotensi mengangkat logam mulia ini. Pasar MINYAK juga menguat pada hari Kamis, di mana minyak mentah BRENT, patokan internasional dari pasar London, berakhir 1.4% lebih tinggi pada USD 80.90 / barel karena laporan ritel AS dianggap mampu meningkatkan prospek permintaan global.

Corporate News
PPRO: Pefindo Tegaskan Rating idBB- untuk PPRO dan Obligasi Berkelanjutan (PUB) II
Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menegaskan peringkat idBB- untuk PT PP Properti Tbk (PPRO) dan Obligasi Berkelanjutan (PUB) II. PPRO saat ini sedang dalam proses mendapatkan persetujuan dari pemegang obligasi untuk memperpanjang jatuh tempo PUB II tahap III yang akan jatuh tempo pada 2 September 2024, yang diharapkan akan diselesaikan dalam waktu dekat. Prospek untuk peringkat perusahaan tetap negatif mencerminkan tekanan likuiditas yang berat di tengah kinerja bisnis yang masih lemah. Peringkat tersebut mencerminkan lokasi properti yang relatif terdiversifikasi. Peringkat dibatasi oleh profil leverage yang tinggi, indikator proteksi arus kas dan likuiditas yang lemah, serta sensitivitas terhadap perubahan kondisi makroekonomi. Ketidakmampuan PPRO untuk mengatasi permasalahan likuiditasnya termasuk kegagalan untuk mendapatkan persetujuan pemegang obligasi untuk perpanjangan jatuh tempo obligasi dapat mengakibatkan penurunan peringkat lebih lanjut. (Kontan)

Domestic Issue
Utang Luar Negeri Tembus IDR 6,415.9 Triliun per Kuartal II/2024
Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri (ULN) sebesar USD408,6 miliar atau setara dengan IDR 6,415.9 triliun per kuartal II/2024. Asisten Gubernur BI Erwin Haryono menjelaskan bahwa angka tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 2.7% (year-on-year/YoY) dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sebesar 0.2% (YoY) pada kuartal I 2024. “Peningkatan tersebut bersumber dari ULN sektor publik maupun swasta,” jelas Erwin dalam keterangannya, Kamis (15/8/2024). Dia merincikan, posisi ULN pemerintah sebesar USD 191 miliar pada kuartal II/2024 atau mencatat kontraksi pertumbuhan 0.8% (YoY), berlanjut dari kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 0.9% (YoY). Perkembangan tersebut disebut karena dipengaruhi oleh penyesuaian penempatan dana investor nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik seiring dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Berdasarkan sektor ekonomi, Erwin menjelaskan bahwa ULN pemerintah utamanya mencakup sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (20.9% dari total ULN pemerintah); Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (18.8%); Jasa Pendidikan (16.8%); Konstruksi (13.6%); serta Jasa Keuangan dan Asuransi (9.5%) “Posisi ULN pemerintah tetap terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99.99% dari total ULN pemerintah,” ujarnya. Lebih lanjut, Erwin juga menyatakan ULN swasta tetap terjaga. Pada kuartal II 2024, posisi ULN swasta tercatat sebesar 196.5 miliar dolar AS, atau tumbuh 0.3% (YoY), setelah mengalami kontraksi pertumbuhan 1.2% (YoY) pada triwulan I 2024. (Bisnis)

Recommendation
US10YT bereaksi rebound persis dari area support yield 3.82% – 3.78% dan saat ini tampak berusaha tembus kembali ke atas Resistance pertama : MA10 / yield 3.91%. Berdasarkan pergerakan ini, US10YT tampak berusaha kembali menuju level psikologis 4.0%, or maybe up to 4.07% namun sadarilah bahwa yield bergerak dalam pola downtrend. ADVISE : antisipasi limited downside potential pada harga.

ID10YT satu toleransi terakhir dari kondisi terakhir yield yang terus menyusuri downtrend channel adalah pada support yield 6.70% (apalagi ketika indikator RSI sudah semakin Oversold) ; yang mana apabila harus break juga maka pastinya akan membawa yield ke support berikutnya di bilangan 6.60% – 6.50%.

Download full report HERE.