Today’s Outlook:
MARKET US: Yield obligasi negara AS berhasil stabil setelah mengalami penurunan besar-besaran sehari sebelumnya, namun penurunan ini belum mencerminkan perubahan alokasi aset yang fundamental terlebih karena banyaknya pelaku pasar yang mengubah posisi aset. Yield US Treasury tenor 10 tahun turun tajam setelah investor terkenal Bill Ackman mengumumkan bahwa ia telah menutup posisi short pada harga obligasi dengan alasan “Terlalu banyak risiko yang beredar di pasar saat ini”. Federal Open Market Committee akan segera memulai rapat dua harinya pada tanggal 31 Oktober dan diperkirakan akan menahan suku bunga tetap di posisi saat ini 5.25%-5.50%, dengan peluang 99.2% ini terjadi menurut Fed Rate Monitor Tool milik Investing.com. Data ekonomi yang mungkin akan menjadi isu bagi The Fed adalah S&P Global Composite PMI (Okt.) di mana baik sektor Manufacture maupun Services akhirnya sukses menyebrang ke wilayah ekspansif (di atas angka 50), setelah 5 bulan terbenam di wilayah kontraksi. Mendekati FOMC Meeting ini akan lebih banyak lagi data ekonomi yang datang dalam beberapa hari ke depan seperti Building Permits & New Home Sales, dan bisa untuk menilai kekuatan sektor perumahan dan daya beli masyarakat.

MARKET EROPA: Inggris melaporkan sejumlah data ketenagakerjaan yang menjadi masukan penting dalam menentukan prospek tingkat Inflasi mereka, seperti Claimant Count Change (Sept.), yang menunjukkan tingkat pengangguran di sana meningkat signifikan ke 20,400 hampir 10x di atas estimasi 2,300. Labour Productivity pada kuartal 2 tahun ini juga turun lebih rendah dari perkiraan. Inggris juga mempublikasikan revisi S&P Global UK Composite PMI yang memang masih bertengger di area kontraksi, baik sektor Manufacture maupun Services. Hasil PMI yang masih bergumul di wilayah kontraksi ini juga sama terjadi di Jerman dan Eurozone. Nanti siang menjelang sore, Jerman sebagai negara ekonomi terbesar Eropa akan kembali me-review iklim usaha di bulan Oktober dan segera merilis data German Ifo Business Climate Index (Okt.).

KOMODITAS: Pembacaan data PMI yang lemah di Jerman, Eurozone, dan Inggris membawa sentimen kurang kondusif pada harga Energi. Harga Minyak Mentah Brent (London) jatuh 2% ke level USD88.07/barrel, sementara WTI juga merosot 2.1% dan ditutup di level USD83.74/barrel. Di sisi lain, anjloknya harga berhasil ditopang oleh laporan mingguan storage American Petroleum Institute yang menunjukkan penurunan tajam dalam persediaan Minyak mentah dan BBM pekan lalu, mengindikasikan permintaan yang kuat di dalam negeri AS. Sementara itu, pembebasan sandera dari Gaza dan semakin intensifnya perundingan diplomatik untuk menyelesaikan Konflik Timur Tengah juga tambah mengeliminasi resiko premium yang awalnya telah mendongkrak harga Brent ke titik tertinggi dalam sebulan pada pekan lalu. Adanya sedikit prospek berakhirnya Perang Israel-Hamas juga mengirim harga EMAS turun setelah menyentuh level tertinggi 3 bulan pada pekan lalu yang sempat berada pada angka USD2,000/ounce lagi. Walau sesudahnya terdeteksi konsolidasi minor namun tak dapat dipungkiri bahwa Emas berada pada fase bullish.

MARKET ASIA: Situasi PMI yang lesu juga terasa di Jepang, di mana data au Jibun Bank Japan Manufacturing PMI (Okt.) tak juga bergeming dari wilayah kontraksi, dan Services sector mulai kehilangan pegangan di wilayah ekspansi. Ancaman Inflasi di Jepang masih nyata dengan BoJ Core CPI dilaporkan meningkat menjadi 3.4% yoy, sedikit di atas proyeksi 3.3%. Sementara itu, Indonesia melaporkan peningkatan uang beredar terutama menjelang musim kampanye PEMILU, di mana posisi M2 (Sept.) terdeteksi naik 6.0% dibanding bulan lalu 5.90%. Perkembangan situasi global saat ini turut membuat Korea Selatan memandang pesimis outlook ekonomi ke depannya, di mana tergambar pada tingkat Keyakinan Konsumen (Okt.) melemah ke angka 98.1, dari 99.7 pada bulan September. 

Corporate News
RUPO Wijaya Karya (WIKA) Sepakat Pembayaran Utang Mundur ke 2025 Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya mengatakan bahwa Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. yang digelar pada 20 Oktober 2023, menyetujui perubahan perjanjian perwaliamanatan terkait dengan tanggal  pelunasan pokok Obligasi Berkelanjutan I Wijaya Karya Tahap I Tahun 2020. Dengan demikian, utang yang seharusnya jatuh tempo pada 18 Desember 2023, berubah menjadi 18 Desember 2025 untuk Obligasi Seri A dan B. Adapun untuk pelunasan pokok Obligasi Seri C akan jatuh tempo pada 18 Desember 2027. eputusan itu diambil berdasarkan pemungutan suara. Dari jumlah total suara yang diperhitungkan yakni 1,252,150,000,000 suara, sebanyak 942.9 miliar suara atau 75.30% menyetujui perubahan perjanjian perwaliamanatan. Sementara itu, RUPO tetap mempertahankan besaran bunga obligasi . Menyitir laporan keuangan per 30 Juni 2023, Obligasi Berkelanjutan I Wijaya Karya Tahap I Tahun 2020 Seri A memiliki nilai pokok IDR 331 miliar dengan bunga 8.60 persen per tahun. (Bisnis)

Domestic Issue
Pemerintah serap dana IDR 2.03 triliun dari lelang enam seri SBSN Pemerintah menyerap dana sebesar IDR 2.03 triliun dari lelang enam seri Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara pada 24 Oktober 2023. Dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menjelaskan total penawaran yang masuk pada lelang kali ini sebesar IDR 8.24 triliun. Keenam seri yang dilelang seluruhnya merupakan seri pembukaan kembali. Secara rinci, keenam seri yang dilelang pada hari ini adalah SPNS09042024 (pembukaan kembali), PBS036 (pembukaan kembali), PBS003 (pembukaan kembali), PBSG001 (pembukaan kembali), PBS037 (pembukaan kembali) dan PBS033 (pembukaan kembali). (AntaraNews)

Recommendation
US10YT tampak tengah menguji Support terdekat dalam trend naik ini yaitu MA10 pada yield 4.815%. Seandainya pun level ini tak mampu menahan pelemahan yield, maka akan bergulir menuju Support kedua yaitu MA20 / 4.751%. Bahkan ketika US10YT harus melantai ke Support lower channel sekitar yield 4.656% itu pun belum mengganggu Uptrend jk.menengah US10YT secara keseluruhan, secara masih intact di dalam pattern PARALLEL CHANNEL – uptrend. ADVISE : Hold, Wait & See ; Buy on Weakness.

Lompatan naik ID10YT terbukti jumpai lawan yang cukup berat pada Resistance upper channel persis di titik High yield 7.298%. Setelah meroket 4 hari terakhir maka wajar jika ID10YT perlu konsolidasi dulu ke jajaran Support terdekatnya : yield 7.109%, sampai menutup Gap yang menganga di level 7.020%. Masih banyak peluang ID10YT bertahan di atas level psikologis 7.0% dalam trend naik jk. pendek ini ; oleh karena itu our best ADVISE : sementara kita Wait & See dulu sekarang, nantinya gunakan momentum pelemahan yield sebagai kesempatan untuk BUY ON WEAKNESS.

Download full report HERE.