Today’s Outlook:
MARKET AS: Federal Reserve Chairman Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral AS akan melanjutkan kebijakan moneter mereka dengan hati-hati menyusul lonjakan imbal hasil obligasi negara yang ikut andil memperketat kondisi keuangan secara signifikan, namun beliau juga mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dapat memaksa The Fed untuk lebih memperketat kebijakannya. Pernyataan ini muncul tepat setelah data Initial Jobless Claims menunjukkan pasar tenaga kerja masih tetap kuat : klaim pengangguran mingguan ini terakhir keluar di angka 198ribu, lebih rendah dari prediksi 212ribu & minggu sebelumnya 211ribu serta merupakan titik terendah dalam 9bulan ; dengan demikian menegaskan ekonomi AS yang kuat & resilient , mendorong imbal hasil Treasury 10-tahun mendekati 5% untuk pertama kalinya sejak tahun 2007. Data Existing Home Sales (Stp) juga menunjukkan perumahan rumah baru di bulan Sept meningkat 3.96juta unit, pun lebih tinggi dari estimasi 3.89juta ; walau secara bulanan angka ini turun -2.0% mom. Di sisi lain, Philadelphia Fed Manufacturing Index menyatakan outlook kondisi usaha masih relatif lemah untuk bulan Oktober di wilayah Philadelphia.

MARKET ASIA : Jepang laporkan Trade Balance di bulan Sept berhasil surplus JPY 62.4milyar, merupakan surplus kedua kalinya dalam kurun waktu sejak Sept 2021 dan dalam 4bulan terakhir ; disebabkan posisi Ekspor mereka yang meningkat signifikan 4.3% yoy dari bulan sebelumnya -0.8% , namun Impor masih melambat pada -16.3% yoy. Adapun hari ini Jepang telah merilis National CPI di angka 3.0% yoy ( melandai dari bulan sebelumnya 3.2%) , demikian pula National Core CPI berhasil diturunkan dari 3.1% bulan Aug menjadi 2.8% yoy di bulan Sept ini. Korea Selatan kembali menahan suku bunga acuan mereka di level 3.5%. Sedangkan Indonesia secara tak terduga menaikkan BI7DRR 25bps ke level 6.0% dalam usaha Bank Indonesia menstabilkan Rupiah. Hari ini giliran China yang akan umumkan keputusan suku bunga mereka yang sedianya masih ditahan tetap di level 3.45%. Berita domestik yang kita tunggu hari ini adalah pertumbuhan Foreign Direct Investment di kuartal 3 , berbanding posisi 14.2% yang telah terjadi di kuartal 2.

MARKET EROPA : tidak banyak rilis data ekonomi ditunggu para pelaku di penghujung minggu ini, yang penting diantaranya adalah : Retail Sales Inggris (Sept), German PPI (Sept) .

KOMODITAS : Harga Minyak mentah dunia naik 3hari berturut-turut dipicu oleh komentar Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang agak mengambang dan tidak memberi kepastian akan adanya kenaikan suku bunga pada FOMC Meeting 2 November mendatang. Sentimen pendukung lainnya disumbangkan oleh memburuknya perang Israel-Hamas, yang menimbulkan kekhawatiran akan potensi gangguan produksi minyak mentah atau transportasi keluar dari Timur Tengah, meskipun belum ada tanda-tanda akan terjadinya hal tersebut. Di awal sesi, harga minyak mentah sempat turun lebih dari 1% karena Amerika Serikat memberikan keringanan enam bulan terhadap sanksi ekonomi yang dikenakan atas Venezuela, sebagai imbalan atas janji negara Amerika Selatan tersebut untuk menyelenggarakan Pemilu yang bebas dan adil. Minyak mentah WTI untuk kontrak November ditutup naik 1.5%, pada USD 89.37 per barel. Seminggu ini, patokan minyak mentah berbasis New York tsb membukukan kenaikan 0.6%. Sedangkan minyak mentah Brent untuk kontrak yang paling aktif di bulan Desember mengakhiri sesi Rabu pada USD92.38 / barel, atau menguat hampir 1%. Untuk minggu ini, patokan minyak mentah global berbasis London tersebut telah melonjak 2.3%. US Dollar yang melemah juga membuat komoditas dalam mata uang AS lebih terjangkau bagi pembeli internasional non-AS.

Sementara itu, Emas pun turut mempertahankan kenaikannya untuk hari ketiga berturut-turut pada perdagangan Kamis (19/10/23) karena anjloknya USD plus adanya risiko eskalasi konflik Timur Tengah. Kontrak Emas berjangka paling aktif di Comex New York, untuk bulan Desember ditutup naik atau 0.6% pada USD 1,980.50 per ounce. Dengan reli selama tiga hari, Emas telah naik lebih dari 2% pada minggu ini, menambah lonjakan pada minggu sebelumnya yang sebesar lebih dari 5%.

MARKET INDONESIA: Setelah pengumuman kejutan naiknya suku bunga BI7DRR dari Bank Indonesia ke level 6%. Para investor mempersiapkan kemungkinan terburuk keputusan BI rate di luar harapan pasar, di tengah posisi nilai tukar Rupiah yang makin tak berdaya pada IDR 15,863 / USD. Oleh karena itu, sikap Hold / Wait & See adalah yang paling tepat diterapkan di penghujung pekan ini. 

Corporate News
BSDE Akan Lakukan Tender Offer Obligasi Senior US$ 300 Juta Emiten properti, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) berencana akan melaksanakan penawaran (tender offer) untuk melakukan pembelian kembali atas sebagian dan/atau seluruh obligasi senior (senior notes) berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) sebesar USD 300 juta. Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan melakukan tender offer melalui anak usahanya, yaitu Global Prime Capital Pte. Ltd. (GPC) pada tanggal 19 Oktober 2023. Obligasi senior (senior notes) tersebut memiliki bunga 5,95% dengan tanggal jatuh tempo hingga tahun 2025. Obligasi perusahaan itu diterbitkan GPC

Domestic Issue
OJK Terbitkan Aturan Surat Utang Berkelanjutan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18 Tahun 2023 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Bersifat Utang dan Sukuk Berlandaskan Keberlanjutan (POJK 18/2023), Kamis (19/10/2023). Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi Aman Santosa mengatakan POJK 18/2023 menggantikan POJK Nomor 60/POJK.04/2017 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Bersifat Utang Berwawasan Lingkungan (Green Bond) dengan memperluas cakupan peraturan dalam hal jenis efek, tema keberlanjutan, dan mekanisme penerbitan efeknya. POJK yang baru ini nantinya tidak hanya terbatas pada Efek bersifat utang berwawasan lingkungan (green bond), namun juga mencakup sukuk berwawasan lingkungan (green sukuk), EBUS berwawasan sosial (social bonds/sukuk), EBUS Keberlanjutan (sustainability bonds/sukuk), Sukuk Wakaf (sukuk-linked waqf), dan EBUS Terkait Keberlanjutan (sustainability-linked bond). (Bisnis)

Recommendation
US10YT akhirnya mencapai Target upper channel persisnya pada yield 4.996%, namun sulit untuk tetap optimis trend naik ini terus berlangsung sementara konsisten dibayangi oleh RSI negative divergence. ADVISE : siap2 untuk Sell on Strength ; boleh mulai set your Trailing Stop. Support yield terdekat : 4.884%.

Yield ID10YT sontak menembus level 7% ditutup di titik tertinggi intraday 7.02% setelah BI7DRR ditetapkan naik 25bps ke level 6.0%. Selangkah lagi menuju Target di area tertinggi sebelumnya yaitu sekitar 7.057% – 7.09%. ADVISE : Average Up accordingly.

Download full report HERE.