Today’s Outlook:

MARKET AS: Departemen Perdagangan AS melaporkan perekonomian AS tumbuh lebih lambat dari perkiraan pada kuartal pertama setelah revisi penurunan belanja konsumen, menjadikan US GDP tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 1.3% dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 1.6%. DOLLAR INDEX melemah mengikuti data tersebut setelah naik ke level tertinggi 2 minggu pada hari sebelumnya ; YIELD US TREASURY pun turun setelah naik 2 hari berturut-turut didorong oleh lemahnya lelang utang pemerintah. Sejatinya terdapat beberapa view terkait indikator ekonomi terbaru ini; reaksi awalnya adalah mungkin pasar berharap ini kesempatan bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga saat ini karena perlambatan ekonomi & konsumsi mengartikan berkurangnya tekanan Inflasi. Di sisi lain, para investor fundamental bisa juga melihat perlambatan ekonomi akan menjegal pertumbuhan laba perusahaan di masa depan, dan oleh karenanya memberikan dampak negatif kepada pasar saham. Setelah data PDB, para investor menunggu dengan cemas laporan PCE price index bulan April, ukuran inflasi pilihan The Fed, yang sedianya dirilis nanti malam jam 19.30 WIB; diikuti oleh data pertumbuhan Personal Income & Spending (Apr) yang akan buktikan kekuatan belanja konsumen. Beberapa pejabat The Fed mengatakan bahwa meskipun waktu penurunan suku bunga masih belum jelas, namun mereka tidak melihat adanya kebutuhan untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut. Di satu sisi mereka perlu melihat adanya peningkatan pada pengangguran sebagai salah satu faktor yang dapat menurunkan tekanan Inflasi dengan sendirinya. Data INITIAL JOBLESS CLAIMS mingguan terbaru menunjukkan klaim pengangguran in-line dengan ekspektasi, bertambah menjadi 219ribu dari 216 pekan sebelumnya.

MARKET ASIA & EROPA : EUROZONE melaporkan Tingkat Pengangguran bulan April berkurang ke level 6.4% dari 6.5% bulan sebelumnya. Sentimen di sektor Jasa & Industri menunjukkan perbaikan di bulan May walau secara Keyakinan Konsumen dan Survey Iklim Bisnis & Jasa masih agak terseok-seok untuk menunjukkan penguatan. Hari ini para investor sedang menunggu data penting yaitu perkiraan awal INFLASI EUROZONE (May) yang akan diumumkan sekitar jam 16.00 WIB, dengan forecast tingkat Inflasi tahunan 2.5% (dari 2.4% periode sebelumnya), dan Core CPI masih agak stuck sekitar 2.7% yoy.

Dari benua Asia, Industrial Production di KOREA SELATAN justru tumbuh signifikan ke level tertinggi 3 bulan, sebesar 6.1% yoy di bulan April dibanding 1.0% pada bulan sebelumnya. Namun di sisi lain, Retail Sales mereka justru drop -1.2% mom di bulan April, berkebalikan dengan pertumbuhan positif sebelumnya 1.1%. Sementara itu di JEPANG, pagi ini baru saja melaporkan Tokyo Core CPI ada peningkatan sesuai ekspektasi ke level 1.9% yoy, dari 1.6% angka sebelumnya; terbantu oleh naiknya Retail Sales (Apr) lebih tinggi dari ekspektasi. Di tengah lesunya pertumbuhan Industrial Production di luar dugaan masuk area negatif -0.1% mom, Tingkat Pengangguran mereka di bulan April belum bergeming dari level 2.6% , sama seperti bulan sebelumnya. Dari negara tetangga Negeri Tirai Bambu, akan ada sejumlah data penting dari CHINA dipublikasikan hari ini: Composite PMI termasuk Manufacturing & Non-Manufacturing (May), Construction Orders & Housing Starts (Apr).

YIELD US TREASURY turun setelah data revisi GDP 1Q yang lebih lemah tersebut menjaga ekspektasi The Fed untuk mulai memangkas suku bunga tahun ini. Imbal hasil obligasi AS tenor 2 tahun hingga 30 tahun semuanya mencatat penurunan harian terbesar dalam 2 minggu setelah mencapai puncak tertinggi dalam 4 minggu pada hari Rabu, setelah lelang surat utang pemerintah yang lebih lemah dari estimasi. Imbal hasil obligasi AS acuan tenor 10-tahun turun 7,6 basis poin menjadi 4.548%, dari 4.624% pada akhir Rabu. Sedangkan imbal hasil obligasi AS tenor 30 tahun turun 6.3 basis poin menjadi 4.6814% dari 4.744%. Imbal hasil obligasi AS tenor 2 tahun, yang biasanya bergerak sesuai ekspektasi suku bunga, turun 5,6 basis poin menjadi 4.929%, dari 4.985%.

KOMODITAS: Harga MINYAK turun untuk hari kedua berturut-turut setelah pemerintah AS melaporkan lemahnya demand bahan bakar dan adanya lonjakan mendadak dalam stok bensin dan bahan bakar sulingan. US WTI turun 1.67% pada USD 77.91/barel dan BRENT turun 2.08% pada USD 81.86/barel. Harga EMAS di pasar spot bertambah 0.13% menjadi USD 2,341.94/ons, didukung pelemahan USD & yield obligasi.

Corporate News
WOM Finance (WOMF) akan Terbitkan Obligasi IDR 1 Triliun
Emiten multifinance, PT Wahana Otomitra Multiartha Tbk (WOMF) atau WOM Finance berencana menerbitkan obligasi berkelanjutan V Tahap I Tahun 2024 senilai IDR 1 triliun. Dana ini akan digunakan perusahaan sebagai modal kerja pembiayaan. Berdasarkan prospektus yang diterbitkan perseroan di harian Investor Daily Indonesia pada Kamis (30/5/2024), surat utang ini merupakan bagian dari obligasi berkelanjutan V dengan target dana yang dihimpun mencapai IDR 5 triliun. Nantinya, obligasi akan ditawarkan melalui dua jenis seri. “Seluruh dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum ini, setelah dikurangi dengan biaya emisi akan digunakan untuk modal kerja pembiayaan, termasuk namun tidak terbatas pada pembiayaan konsumen, pembiayaan modal usaha, dan sewa pembiayaan,” demikian ungkap WOMF dalam prospektus. Dalam rangka penerbitan obligasi ini, WOM Finance telah memperoleh hasil pemeringkatan atas surat utang jangka panjang dari PT Pemeringkatan Efek Indonesia yaitu IdAA+ (double A Plus). (Investor Id)

Domestic Issue
Imbal Hasil SBR013 Diprediksi Bisa Tembus 7%, Cek Faktornya
DJPPR Kemenkeu dalam waktu dekat akan menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) ritel Savings Bond Ritel seri SBR013 pada 10 Juni hingga 4 Juli 2024 (tentatif). Imbal hasil atau kupon SBR013 pun diprediksi tembus di kisaran 7%. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kupon penawaran untuk SBR013 diperkirakan berkisar 6.90%-7.20% untuk tenor 2 tahun, dan di kisaran 7%-7.30% untuk tenor 4 tahun. “Perkiraan kami didasarkan pada kupon SBR012 di tahun lalu sebesar 6.15% [BI rate +65bps] untuk tenor 2 tahun, dan 6.35% [BI rate + 85bps] untuk tenor 4 tahun,” ujar Josua kepada Bisnis, Kamis kemarin (30/5/2024). Lebih lanjut dia mengatakan, penerbitan SBR012 pada Januari 2023 lalu dilakukan sebelum Bank Indonesia (BI) menaikan suku bunganya, kala itu suku bunga BI masih di level 5.75%. Sementara itu, saat ini BI sudah mengerek suku bunga ke level 6.25%. Oleh karena itu, tingkat kupon ini SBR013 tahun ini menyesuaikan dengan tingkat suku bunga acuan BI. “Penjualan di seri SBR013 ini diperkirakan berada pada kisaran IDR 10 triliun hingga IDR 15 triliun, sejalan dengan kondisi pasar obligasi domestik yang masih dipenuhi ketidakpastian akibat sentimen dari The Fed,” katanya. Menurutnya, meskipun seri ini merupakan seri yang cenderung tidak dapat diperdagangkan (non-tradeable), namun SBR013 masih dipengaruhi oleh sentimen pasar obligasi domestik. Sejalan dengan ketidakpastian global yang masih tinggi, saat ini risk-appetite masih belum pulih, yang terefleksi dari permintaan lelang secara umum yang relatif rendah. (Bisnis)

Recommendation

US10YT sejatinya tengah menuju TARGET 4.682%, mendekati titik yield tertinggi di bulan April sekitar 4.74%. Namun akibat revisi data GDP 1Q yang semakin lemah, yield US Treasury pun ikut longsor ke Support terdekat saat ini 4.532% dengan candle serupa Bearish Engulfing. Support berikut yang harusnya menahan adalah 4.50%. ADVISE : WAIT & SEE.

ID10YT break out resistance upper channel dengan demikian membuka peluang penguatan yield menuju TARGET 7.325% , kembali ke titik previous High bulan April. ADVISE : jika yield tembus MA20 / yield 6.98% up to 7.0% maka lakukan pengurangan posisi karena harga akan semakin drop.

Download full report HERE.