Today’s Outlook:
INDIKATOR EKONOMI AS: Pada konferensi persnya, Fed Chairman Jerome Powell mengatakan para pembuat kebijakan membahas alasan pemotongan suku bunga, tetapi mayoritas besar setuju bahwa sekarang bukanlah waktu yang tepat; dan pasar menilai para pejabat bank sentral ini lebih siap untuk pemotongan suku bunga di bulan September. Data tenaga kerja US ADP Nonfarm Employment Change yang dirilis sebelum moment keputusan The Fed menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja baru di sektor swasta AS di bulan Juli bertambah lebih sedikit dari perkiraan (actual: 122 ribu versus forecast 147 ribu), menunjukkan pasar tenaga kerja mulai longgar, apalagi jika dibandingkan dengan angka bulan sebelumnya 155 ribu. Dari sisi property, Pending Home Sales tumbuh sangat kuat 4.8% mom pada bulan June, jauh lebih tinggi dari forecast 1.4% dan terlebih dari kondisi kontraksi 1.9% pada bulan sebelumnya. Hari ini giliran Initial Jobless Claims mingguan dan sejumlah angka Manufacturing PMI (Jul) serta Construction Spending (Jun) yang akan jadi sorotan para pelaku pasar.
MARKET ASIA & EROPA: BANK OF JAPAN memulai parade bank sentral minggu ini pada hari Rabu, setelah mereka secara tak terduga menaikkan suku bunga acuan 15 bps menjadi 0.25% dan menetapkan pengurangan pembelian obligasi bulanan dalam beberapa tahap menjadi sekitar 3 triliun Yen, setengah dari target saat ini yaitu 6 triliun Yen, yang akan dilaksanakan pada awal tahun 2026. Rencana ini mengindikasikan akhir dari quantitative easing alias stimulus moneter massive yang telah berjalan selama 1 dekade. Adapun kenaikan suku bunga JEPANG ini terjadi di tengah perbaikan inflasi Jepang selama 2 bulan terakhir, terutama karena belanja konsumen membaik didorong upah yang lebih tinggi. Tren ini semakin memperkuat perkiraan bank sentral bahwa Inflasi akan naik ke target tahunan 2% secara berkelanjutan, dan oleh karenanya kondisi moneter harus mulai diperketat. Pagi ini Jepang telah merilis au Jibun Bank Japan Manufacturing PMI (Jul) yang tergelincir ke wilayah kontraksi, setali tiga uang dengan Nikkei Manufacturing PMI INDONESIA untuk bulan Juli terjerumus ke angka 49.3, dibanding bulan June 50.7. Pelemahan PMI juga terjadi pada negara tetangga KOREA SELATAN & CHINA walau meraka masih bertahan di area ekspansif. Dari benua EROPA, JERMAN laporkan Unemployment Rate (Jul) masih tak berubah pada level 6.0%, setelah kemarin merilis Inflasi yang masih dalam trend naik sementara pertumbuhan ekonomi turun. Inflasi EUROZONE masih akan tersendat2 menuju target 2% ECB secara perkiraan awal CPI (Jul) membuahkan angka 2.6% yoy, 0.1% lebih tinggi dari forecast dan bulan sebelumnya 2.5%. Bicara mengenai Inflasi, hari ini tentunya para investor INDONESIA akan memantau Inflasi Juli yang diharapkan bisa mendingin ke level 2.4% yoy, dari 2.51% pada bulan sebelumnya. Pemantauan angka Manufacturing PMI juga akan terjadi di wilayah Eropa pada negara: JERMAN, EUROZONE, INGGRIS. BANK OF ENGLAND menjadi highlight nanti sore mengenai keputusan suku bunga mereka yang sepertinya akan diturunkan 25bps menjadi 5.0%; semua sentimen ini akan menggerakkan pasar Eropa secara keseluruhan.
KOMODITAS: Harga MINYAK naik tajam pada hari Rabu didukung meningkatnya ketegangan di TIMUR TENGAH dan dicatatnya penurunan yang lebih besar pada stok persediaan minyak mentah AS. Futures BRENT melonjak 3.7% menjadi USD 80.92 / barel dan US WTI meroket 4.4% ke level USD 78.00 / barel, naik dari posisi terendah hampir 2 bulan. Ismail Haniyeh, pemimpin kelompok militer Palestina Hamas, tewas dalam serangan rudal di Teheran. Pembunuhan ini dipercaya merupakan balasan Israel atas serangan mematikan Hezbollah di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel; berpotensi menjadi kemunduran besar bagi peluang perjanjian gencatan senjata pada perang yang telah berlangsung selama 10 bulan. Di sisi lain, Badan Informasi Energi AS melaporkan pada hari Rabu bahwa persediaan minyak mentah AS turun hampir 3.4 juta barel dalam pekan yang berakhir 26 Juli, lebih banyak dari perkiraan penurunan 1,6 juta barel. Angka tersebut menandai drop-nya persediaan minyak mentah AS selama 5 minggu berturut-turut, karena tingginya permintaan bahan bakar pada musim panas yang padat dengan perjalanan.
Corporate News
TPIA: Emiten Prajogo Sebut Miliki Likuiditas USD 2.2M di Kuartal II
Emiten milik Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Pacific Tbk (Chandra Asri Group), (TPIA) hingga akhir Semester I-2024, mencatatkan likuiditas yang kuat hingga mencapai USD 2.2 miliar, terutama pada akun kas dan setara kas sebesar USD 1.1 miliar pada neraca Perseroan. Selain likuiditas dalam bentuk kas dan setara kas untuk periode yang berakhir 30 Juni 2024 tersebut, likuiditas TPIA juga terdapat pada instrumen surat berharga sebesar USD0,9 miliar dan sebesar USD 0.2 miliar dalam bentuk fasilitas kredit bergulir. Menurut Direktur Chandra Asri Group, Suryandi, pada paruh pertama tahun ini Perseroan berhasil mempertahankan EBITDA positif sebesar USD18 juta. Capaian TPIA di Semester I-2024 terpengaruh oleh kondisi pasar global yang menantang, serta adanya pemeliharaan fasilitas operasional terjadwal atau Turn Around Maintenance (TAM). Kekuatan likuiditas dan prospek bisnis TPIA yang positif juga tercermin dari keputusan PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) yang kembali menegaskan peringkat AA- kepada Chandra Asri Group untuk obligasi yang beredar. Adapun prospek Perseroan berada di level Stabil, karena posisi perseroan yang kuat di industri kimia Indonesia. (Emiten News)
Domestic Issue
S&P Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia BBB Outlook Stabil
Lembaga pemeringkat S&P kembali mempertahankan peringkat kredit Indonesia atau Sovereign Credit Rating (SCR) pada BBB atau satu tingkat di atas investment grade dengan outlook stabil pada 30 Juli 2024. S&P meyakini bahwa prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap solid, ketahanan eksternal dan beban utang pemerintah yang terjaga, didukung oleh kerangka kebijakan moneter dan fiskal yang kredibel. “Prospek peringkat yang stabil mencerminkan ekspektasi kami bahwa defisit pemerintah secara umum akan tetap mendekati 3% dari PDB selama dua hingga tiga tahun ke depan,” tulis S&P dalam laporan terbarunya, dikutip Rabu (31/7/2024). S&P sebelumnya mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada BBB dengan outlook stabil pada 4 Juli 2023. Ke depan, S&P melihat perkembangan industri yang terkait dengan komoditas di Indonesia yang terus berlanjut. Lembaga tersebut menilai hal ini akan membantu mempertahankan metrik eksternal yang stabil. Adapun, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo merespons keputusan S&P tersebut dengan menyatakan bahwa afirmasi peringkat kredit Indonesia ini memperkuat keyakinan lembaga pemeringkat utama seperti Fitch dan Moody’s yang terlebih dahulu memberikan afirmasi serupa. (Bisnis)
Recommendation
US10YT semakin mantap lanjutkan konsolidasi menuju Support bottom ke bawah level psikologis 4.0%, most likely ke arah yield 3.92% berkat komentar The Fed pada FOMC Meeting yang baru saja berakhir. Menilai RSI yang hampir memasuki wilayah Oversold, antisipasi limited upside potential pada harga.
Yield ID10YT turut melemah ke bawah Support dari level previous Low 6.90% dan berpotensi lanjutkan konsolidasi ke arah yield 6.83% – 6.80% ; kecuali yield berbalik menguat menembus Resistance tebal 3 layer Moving Average (ke atas yield 6.98% up to level psikologis 7.0%). ADVISE : antisipasi limited upside potential pada harga obligasi.
Download full report HERE.