Today’s Outlook:

MARKET AS: Data ketenagakerjaan AS yang mengecewakan pada hari Jumat memicu kekhawatiran akan resesi di masa depan, mendorong investor untuk melakukan aksi jual besar-besaran di pasar saham dan beralih ke obligasi selaku safe-haven. Harga obligasi melonjak, mengirimkan imbal hasil ke posisi terendah beberapa bulan. Harga minyak turun lebih dari 3%; sementara Dollar Index turun lebih dari 1% ke posisi terlemahnya sejak Maret. kuran volatilitas pasar saham (VIX), yang dijuluki “indeks ketakutan” Wall Street, melonjak lebih dari 40%. Adapun semua panic-selling ini disebabkan oleh rilis data tenaga kerja US NONFARM PAYROLL pada hari Jumat yang menunjukkan pertumbuhan pekerjaan pada bulan Juli (di sektor publik) bertambah hanya 114ribu, jauh di bawah perkiraan 176ribu dan 179ribu pada bulan Juni. Tingkat Pengangguran pun naik menjadi 4.3%, menunjukkan pelemahan di pasar tenaga kerja dan rentannya ekonomi in general menuju resesi. Sebelumnya pasar pun sudah terguncang oleh laporan kinerja yang mengecewakan dari Amazon dan Intel serta survei aktivitas pabrik AS yang lebih lemah dari perkiraan pada hari Kamis.

Di satu sisi, data tersebut meningkatkan ekspektasi adanya beberapa kali pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve tahun ini, yang baru pada FOMC Meeting pekan ini memilih untuk mempertahankan Fed Fund Rate tidak berubah. Para analis & ekonom semakin mempersalahkan Federal Reserve bahwa mereka tidak segera memangkas suku bunga, di tengah langkah bank sentral lain yang telah lebih berani memotong suku bunga. The Fed telah mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat tertinggi dalam 23 tahun pada tingkat 5,25%-5,50% selama setahun, dan beberapa analis percaya bank sentral paling berpengaruh di dunia ini mungkin telah membiarkan kebijakan moneter ketat terlalu lama, sehingga berisiko memicu resesi. Kini pasar uang segera memperhitungkan 70% peluang bahwa The Fed, yang sudah 100% diperkirakan akan memotong suku bunga bulan September, memutuskan rate cut sebesar 50 bps pada FOMC Meeting bulan depan. Asset safe-haven diborong di mana obligasi pemerintah, emas, dan mata uang semuanya menguat; secara mereka dinilai sebagai asset yang punya kemampuan mempertahankan nilainya dalam periode kekacauan pasar. Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun yang menjadi acuan turun 18 bps menjadi 3,798%. Imbal hasil obligasi tenor 2 tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, turun 28,5 basis poin menjadi 3,8798%. Di pasar valuta asing, Yen terapresiasi hampir 2%, memperpanjang kenaikan cepatnya setelah Bank of Japan menaikkan suku bunga ke level yang belum pernah terlihat dalam 15 tahun.

KOMODITAS: Namun demikian, spot EMAS saat ini terpantau turun 0,37% menjadi USD 2.436,31 / ons dan futures Emas ditutup 0,4% lebih rendah menjadi USD 2.476,9 / ons. Harga MINYAK pun tergelincir lebih dari 3% karena kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global, di mana futures BRENT yang menjadi patokan di pasar Eropa ditutup turun USD 2,71 / 3,41%, menjadi USD 76,81 / barel. Minyak mentah US WTI berakhir turun USD 2,79 / 3,66%, pada USD 73,52 / barel.

INDIKATOR EKONOMI: Hari ini akan diwarnai oleh data Composite & Services PMI (Jul) dari seantero dunia, terutama dari JEPANG, CHINA, JERMAN, EUROZONE, & INGGRIS; dan tak lupa malamnya juga data serupa muncul dari AS. Sedangkan dari dalam negeri, INDONESIA menantikan data GDP 2Q yang akan = menyumbangkan sentimen market secara keseluruhan.

Corporate News
ISAT: Pefindo Berikan Peringkat idAAA untuk Surat Utang Indosat
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyampaikan bahwa surat utang yang diterbitkan PT Indosat Tbk (ISAT) yaitu Obligasi Berkelanjutan II Tahap II Tahun 2017 Seri D (peringkat idAAA) senilai IDR 21 miliar, dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan II Tahap II Tahun 2017 Seri D (peringkat idAAA) senilai IDR 13 miliar akan jatuh tempo tanggal 9 November 2024. Melansir laman Ikhtisar Peringkat Pefindo disebutkan bahwa ISAT berencana melunasi surat utang yang akan jatuh tempo tersebut menggunakan dana internal, dengan posisi kas per akhir Juni 2024, tercatat senilai IDR 4,6 triliun. Adapun ISAT atau Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) seperti dilansir Pefindo, merupakan salah satu dari tiga besar penyedia layanan telekomunikasi dan informasi di Indonesia, mencakup layanan bisnis seluler; multimedia, internet, dan komunikasi data (MIDI); dan jaringan telepon tetap. Pada tanggal 30 Juni 2024, 65,64% saham ISAT dimiliki oleh Ooredoo Hutchison Asia, Pte Ltd, yang dikendalikan bersama oleh Ooredoo South East Asia Holding W.L.L dan CK Hutchison Indonesia Telecom Holdings Limited. Pemegang saham berikutnya adalah PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) (9,63%), PT Tiga Telekomunikasi Indonesia (8,33%), dan publik (16,40%). (Bareksa)

Domestic Issue
Perbankan Menunggu Peluang untuk Terbitkan Obligasi
Di tengah kondisi likuiditas ketat, perbankan tampaknya tak terburu-buru dalam mencari sumber pendanaan lain. Dalam hal ini, bank belum banyak yang mencari pendanaan dari penerbitan obligasi. Hal tersebut tercermin dari rencana bank untuk menerbitkan obligasi di paruh kedua tahun ini yang masih lebih sedikit dibandingkan periode semester I-2024. Pefindo mencatat sepanjang semester I-2024 penerbitan obligasi dari sektor perbankan senilai IDR 5,7 triliun. Analis Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan Pefindo Danan Dito mengungkapkan bahwa di semester II-2024 ini, mandat yang baru diterima Pefindo, penerbitan obligasi dari  industri perbankan baru sekitar IDR 4,9 triliun. Dito berujar bahwa kondisi tersebut dikarenakan kebutuhan bank untuk menerbitkan obligasi biasa saja. Di mana,  pertumbuhan kredit juga tidak setinggi apa yang diperkirakan di awal tahun meskipun sudah cukup baik. Di sisi lain, ia melihat likuiditas perbankan sejatinya masih cukup terjaga. Di mana, likuiditas perbankan pada Juni 2024 memadai dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing tercatat sebesar 112,33% dan 25,37%. Oleh karenanya, Dito bilang saat ini perbankan sedang menghitung untung rugi apakah akan menerbitkan obligasi saat ini atau tunggu suku bunga turun. Ia bilang akan lebih mudah terjual jika obligasi memiliki bunga yang tinggi. (Kontan)

Recommendation
US10YT semakin mantap lanjutkan konsolidasi menuju Support bottom ke bawah level psikologis 4.0%, most likely ke arah yield 3.92% berkat komentar The Fed pada FOMC Meeting yang baru saja berakhir. Menilai RSI yang hampir memasuki wilayah Oversold, antisipasi limited upside potential pada harga.

Yield ID10YT turut melemah ke bawah Support dari level previous Low 6.90% dan berpotensi lanjutkan konsolidasi ke arah yield 6.83% – 6.80% ; kecuali yield berbalik menguat menembus Resistance tebal 3 layer Moving Average (ke atas yield 6.98% up to level psikologis 7.0%). ADVISE : antisipasi limited upside potential pada harga obligasi.

Download full report HERE.