Today’s Outlook:

MARKET AS: US DOLLAR melemah pada perdagangan hari Senin (19/08/24), menyusul lonjakan equity market minggu lalu didorong ekspektasi bahwa ekonomi AS akan mampu mencapai soft-landing, yaitu: terhindar dari resesi sementara di saat yang sama inflasi melandai akan memuluskan jalan pemotongan suku bunga.

MARKET SENTIMENT: Anggota Federal Reserve AS Mary Daly dan Austan Goolsbee pada akhir pekan mengisyaratkan kemungkinan pelonggaran pada bulan September, sementara FOMC Meeting Minutes untuk rapat bulan Juli yang akan dirilis minggu ini diharapkan akan menggarisbawahi pandangan dovish. Ketua Fed Jerome Powell dijadwalkan akan berbicara pada rapat tahunan Jackson Hole di hari Jumat dan para investor berasumsi bahwa komentarnya akan semakin confident atas kemungkinan pemotongan suku bunga. Market memperhitungkan sendiri berapa besar suku bunga akan digerakan, di mana rate cut 25bps sepertinya sudah hampir fully priced-in, dan ada peluang 25% utuk pemotongan 50bps. Imbal hasil obligasi pemerintah AS terus turun pada hari Senin; di mana yield US TREASURY tenor 10 tahun turun 1.9 bps menjadi 3.873%, dari 3.892% pada akhir hari Jumat. Walau demikian, prospek biaya pinjaman yang lebih rendah tidak dapat mempertahankan posisi harga Emas ketika mencapai rekor tertinggi; membuat Dollar melemah terhadap Euro, sementara Yen bergerak lebih tinggi. Dollar AS jatuh ke titik terendah dalam 7 bulan dan Yen Jepang mencapai titik tertinggi dalam lebih dari seminggu seiring para trader menunggu keputusan The Fed tentang  pemotongan suku bunga.

GOLDMAN SACHS: Menurunkan peluang resesi AS perhitungan mereka menjadi 20% (dari 25% sebelumnya) dan dapat menguranginya lebih lanjut jika laporan tenaga kerja AS bulan Agustus yang akan dirilis September nanti terlihat sesuai ekspektasi.

MARKET ASIA & EROPA: Wacana Pemerintah Jepang berencana untuk menaikkan estimasi suku bunga jangka panjang yang digunakan untuk menyusun anggaran negara menjadi 2.1% untuk tahun fiskal berikutnya dari 1.9% tahun berjalan, demikian dilaporkan harian bisnis Nikkei pada Senin malam. Rencana tersebut mencerminkan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah karena BANK OF JAPAN menaikkan suku bunga dalam peralihan dari program stimulus selama satu dekade. Meskipun ekonomi CHINA mungkin masih membutuhkan lebih banyak stimulus, PBOC diperkirakan tidak akan memberi kejutan pemotongan suku bunga lagi seperti yang terjadi bulan Juli lalu dan memilih mempertahankan biaya pinjaman tetap di tempat. Dalam survei Reuters terhadap 37 pengamat pasar, semua responden memperkirakan suku bunga pinjaman pokok 1 tahun dan 5 tahun mereka akan tetap dipertahankan pada masing-masing 3.35% dan 3.85%. KOMODITAS: Harga MINYAK turun karena kekhawatiran tentang permintaan dari China terus membebani sentimen. Minyak mentah US WTI turun 2.9% menjadi USD 74.42 / barel dan BRENT turun menjadi USD 77.79 / barel, melemah 2.37%.

Corporate News
Pefindo Beri Peringkat Sarana Mitra Luas (SMIL) idA-, Ini Alasannya
PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) telah menetapkan peringkat idA- dengan prospek stabil untuk PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL). Pefindo dalam rilisnya Senin (19/8) menyebutkan Peringkat tersebut mencerminkan posisi pasar SMIL yang kuat dalam bisnis penyewaan forklift, margin laba yang kuat, dan profil keuangan yang kuat. Peringkat perusahaan dibatasi oleh eksposur terhadap periode penagihan yang panjang dan persaingan yang ketat di industri. Peringkat dapat dinaikkan jika SMIL secara signifikan memperkuat posisi bisnisnya, dibuktikan dengan pertumbuhan pendapatan dan EBITDA yang kuat, dengan tetap mempertahankan profil keuangan yang kuat. Di sisi lain, peringkat dapat diturunkan jika kinerja operasional melemah atau jika perusahaan menambah utang lebih tinggi dari ekspektasi untuk membiayai belanja modal tanpa dikompensasi oleh prospek bisnis yang lebih kuat. (Emiten News)

Domestic Issue
Pembiayaan Utang Tahun 2025 Capai IDR 775.9 T, Naik 40.27%
Pembiayaan utang pada tahun pertama Presiden terpilih Prabowo Subianto menjabat yakni 2025 dipatok pemerintah sebesar IDR 775.9 triliun. Besaran tersebut tercatat naik IDR 222.8 triliun atau 40.27% jika dibandingkan dengan outlook pembiayaan utang 2024 sebesar IDR 553.1 triliun. Pembiayaan utang tahun depan tersebut tercantum dalam Buku II Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025. “Dalam RAPBN tahun anggaran 2025, pembiayaan utang direncanakan sebesar IDR 775.9 triliun yang akan dipenuhi melalui penarikan pinjaman dan penerbitan SBN,” tulis Kemenkeu dalam dokumen itu, dikutip Senin (19/8/2024). Pembiayaan utang yang berasal dari SBN direncanakan sebesar IDR 642.5 triliun yang akan dipenuhi melalui penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara. Angka tersebut tercatat naik 42.2% jika dibandingkan dengan outlook APBN tahun 2024 sebesar IDR 451.8 triliun. Kemenkeu menjelaskan, pada tahun 2025 penerbitan SBN akan dilakukan dengan memprioritaskan SBN dalam mata uang rupiah. Sementara pemilihan instrumen dan tenor penerbitan disebutkan akan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kebijakan pengelolaan utang, biaya penerbitan SBN, risiko pasar keuangan domestik dan global, preferensi investor, dan kapasitas daya serap pasar. (Bloomberg Technoz)

Recommendation
US10YT masih dalam kategori Sideways cenderung bottoming, setelah sebelumnya ada usaha penembusan Resistance pertama (MA10) namun akhirnya sekarang yield berakhir di bawah level 3.906%. Jika konsolidasi ini terus berlanjut, sangat mungkin US10YT akan kembali jumpai level Support 3.82% – 3.78%. ADVISE: HOLD; WAIT & SEE.

ID10YT masih lanjutkan pelemahan yield (=penguatan harga) walaupun RSI telah semakin dalam tenggelam di wilayah Oversold. POTENTIAL: selama yield masih bergerak di bawah MA10, trend turun masih akan intact dan bukannya tak mungkin akan mengarah lebih rendah ke area yield 6.62% – 6.54%; terlebih dalam masa penantian pidato Fed Chairman Jerome Powell di event penting pekan ini. Resistance pertama: yield 6.76%. ADVISE: HOLD; WAIT & SEE.

Download full report HERE.