Today’s Outlook:
Harga Tembaga mencapai level terkuat dalam 10 minggu pada perdagangan hari Selasa (24/09/24) setelah China mengumumkan langkah-langkah stimulus untuk mendukung ekonominya. Yuan China mencapai level tertinggi dalam 16 bulan terhadap Dollar AS, dan harga minyak naik ke level tertinggi dalam 3 minggu setelah good news dari China, importir minyak mentah terbesar di dunia. US Consumer Confidence secara tak terduga turun pada bulan September (ke titik terendah 3 tahun) pada angka 98.7 , dari 105.6 di bulan Aug; di tengah kekhawatiran yang meningkat atas kesehatan pasar tenaga kerja di sana. Menanggapi data tersebut , pejabat US Federal Reserve mengatakan bahwa The Fed masih akan sangat berhati-hati melanjutkan kebijakan pemotongan suku bunga secara komponen dari Inflasi ini masih belum nyaman di level target 2% yang diinginkan The Fed. Pejabat lainnya juga menyerukan untuk The Fed tidak terlalu agresif dalam melanjutkan laju penurunan FFR ini.
MARKET SENTIMENT:
– Gubernur bank sentral CHINA, Pan Gongsheng, mengumumkan rencana untuk menurunkan biaya pinjaman dan menyuntikkan lebih banyak dana ke dalam perekonomian, serta meringankan beban pembayaran hipotek rumah tangga. Pengumuman tersebut mencakup rencana pemotongan 50 basis poin pada rasio cadangan bank (= Reserve requirement ratio). Paket stimulus ini yang bisa dibilang terbesar dari China sejak pandemi (demi mengangkat perekonomian mereka dari jeratan deflasi) , tak pelak memberikan booster kepada harga-harga komoditas pertambangan seperti Tembaga & Lithium , demikian pula terhadap saham-saham China yang terdaftar di AS, seperti Alibaba yang naik hampir 8%. Bursa Hong Kong Hang Seng dan Shanghai Composite masing-masing meroket 4% penutupan kemarin setelah berita ini keluar.
CURRENCY & FIXED INCOME: YUAN China menguat 0,65% (titik tertinggi dalam 16 bulan) terhadap US DOLLAR menjadi 7,017 / USD setelah mencapai 7,0156 dalam sesi perdagangan. DOLLAR INDEX (DXY) memperpanjang penurunan setelah data Keyakinan Konsumen AS dirilis mengecewakan. DXY turun 0,57% menjadi 100,35, dengan Euro naik 0,59% menjadi USD 1,1178. Terhadap Yen Jepang, Dollar melemah 0,31% menjadi 143,15. Yield US TREASURY turun dalam perdagangan yang volatile karena data ekonomi AS yang lemah, meningkatkan kemungkinan bahwa The Fed dapat melakukan pemotongan suku bunga besar lainnya pada pertemuan kebijakan bulan November, walau pejabat The Fed lainnya menyarankan untuk tidak lagi adakan pemotongan seagresif FOMC Meeting Sept ini sebesar 50bps. Walau demikian, futures Fed Fund Rate memperkirakan peluang sebesar 62% untuk pemotongan suku bunga sebesar 50 bps pada pertemuan November, naik dari 54% pada hari Senin, menurut data LSEG. Sementara itu, pelonggaran standar sebesar 25 bps menunjukkan probability sebesar 38% pada hari Selasa. Pada perdagangan sore , yield US TREASURY tenor 10 tahun turun sedikit menjadi 3,733% setelah sebelumnya mencapai level tertinggi dalam tiga minggu di 3,81%.
MARKET ASIA & EROPA: Pembacaan awal PMI JEPANG menjelaskan sektor manufaktur yang terkesan melemah, namun masih terbantu oleh sektor jasa yang kian ekspansif. Sementara di EROPA, sudah bisa diduga pandangan iklim usaha di GERMAN dalam 6 bulan ke depan masih relatif pesimis, dilihat dari index German Ifo Business Climate yang turun ke angka 85.4 , lebih rendah dari ekspektasi & periode sebelumnya yang berada di atas angka 86 semua. Keyakinan konsumen yang menurun juga terjadi di KOREA SELATAN, dan penting bagi para pelaku pasar untuk perhatikan angka Inflasi JEPANG: BOJ CORE CPI yang diprediksi akan muncul pada level 1.8%, masih flat dari periode sebelumnya.
Corporate News
ADMF: Adira Finance (ADMF) Jajakan Obligasi IDR 2 Triliun, Berikut Jadwalnya
Adira Dinamika Finance (ADMF) bakal menawarkan obligasi senilai Rp2 triliun. Surat utang tahap IV itu, merupakan bagian dari obligasi berkelanjutan VI dengan target IDR 9 triliun. Nah, surat utang tersebut akan menyapa pemodal dalam tiga seri. Seri A sebesar IDR 785 miliar dengan bunga 6,45 persen per tahun berdurasi 370 hari. Pembayaran obligasi dilakukan secara penuh saat jatuh tempo. Lalu, deri B senilai IDR 815 miliar berbunga 6,70 persen per tahun dengan durasi 36 bulan. Selanjutnya, seri C sejumlah IDR 400 miliar dengan bunga 6,80 persen per tahun dengan jangka 60 bulan terhitung sejak tanggal emisi. Bunga obligasi dibayarkan setiap triwulan sesuai tanggal pembayaran bunga obligasi. Pembayaran pertama masing-masing seri dilakukan pada 10 Januari 2025. Sedang pembayaran bunga obligasi terakhir sekaligus jatuh tempo pada 20 Oktober 2025 untuk seri A, tanggal 10 Oktober 2027 untuk seri B, dan tanggal 10 Oktober 2029 untuk seri C yang juga merupakan tanggal pelunasan dari masing-masing seri pokok obligasi. Jadwal obligasi menjadi sebagai berikut. Masa penawaran umum pada 3-7 Oktober 2024. Penjatahan pada 8 Oktober 2024. Pengembalian uang pemesanan dan distribusi obligasi secara elektronik pada 10 Oktober 2024. Dan, pencatatan di Bursa Efek Indonesia pada 11 Oktober 2024. ”Seluruh dana hasil penawaran umum berkelanjutan obligasi VI Tahap IV, setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan untuk kegiatan pembiayaan konsumen sehubungan dengan kegiatan usaha perseroan,” tegas Manajemen Adira Finance. (Emiten News)
Domestic Issue
Pefindo: Multifinance Manfaatkan Penurunan Suku Bunga BI untuk Refinancing Surat Utang
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan perusahaan pembiayaan atau multifinance akan memanfaatkan penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) ke level 6% untuk melakukan refinancing surat utang mereka yang lebih mahal. Langkah ini dipandang sebagai upaya memperbaiki neraca keuangan perusahaan. Ahmad Nasrudin, Fixed Income Analyst Pefindo mengatakan penurunan suku bunga menciptakan momentum yang tepat bagi perusahaan multifinance untuk melakukan refinancing. “Dengan suku bunga yang lebih rendah, mereka dapat mengganti surat utang mahal dengan yang lebih murah,” ujar Ahmad saat dihubungi, Selasa (24/9/2024). Menurutnya, penerbitan surat utang dengan bunga lebih rendah akan membantu perusahaan multifinance memperbaiki leverage keuangan mereka. Namun, Ahmad mencatat bahwa meskipun suku bunga turun, perusahaan multifinance masih belum agresif dalam menerbitkan obligasi dalam waktu dekat. “Refinancing masih menjadi tema utama di tengah transisi menuju suku bunga yang lebih rendah,” tambah Ahmad. Ia menilai, perusahaan multifinance kemungkinan membutuhkan waktu sebelum menerbitkan obligasi baru untuk pendanaan modal kerja atau ekspansi, karena permintaan jasa multifinance masih lemah meski suku bunga sudah diturunkan. (Bisnis)
Recommendation
Yield US10YT ternyata masih well below resistance upper channel (downtrend) yang menghalangi yield naik menembus pattern bearish ini. Berarti trend turun yield diasumsikan masih intact ; demikian pula dengan trend naik harga obligasi, apalagi jika yield menembus Support MA10 / 3.69% , maka hampir bisa dipastikan akan kembali resort to Support dari level previous Low 3.605%. ADVISE : BUY ON WEAKNESS (harga obligasi).
ID10YT masih tertahan garis support jk.panjang di sekitar yield 6.405% , dengan indikasi RSI positive divergence yang masih setia mengikuti. ADVISE : antisipasi technical rebound pada yield (= sedikit pullback pada harga) ke arah Resistance terdekat : MA10 / yield 6.53% ; atau MA20 / yield 6.58%.
Download full report HERE.