Today’s Outlook:

SENTIMEN MARKET AS: CB Consumer Confidence naik ke level tertinggi 6 bulan di bulan Agustus seiring meredanya kekuatiran resesi ekonomi meskipun orang Amerika semakin cemas tentang pasar tenaga kerja, demikian menurut data pada hari Selasa.

MARKET EROPA & ASIA: Kanada mengikuti jejak Amerika Serikat dan Uni Eropa, untuk memberlakukan tarif 100% pada impor kendaraan listrik dari CHINA dan tarif 25% pada baja dan aluminium impor dari China. JEPANG laporkan BOJ Core CPI pada level 1.8% yoy, di bawah ekspektasi 2.1%; sepertinya akan menghalangi langkah bank sentral untuk naikkan suku bunga sometime in the near future. Sementara di JERMAN, mereka merilis tingkat pertumbuhan ekonomi yang slightly better di kuartal 2, seiring GDP tidak lagi terjerembab ke wilayah resesi seperti diperkirakan & kuartal sebelumnya, walaupun belum yakin juga benar2 terselamatkan ke wilayah pertumbuhan positif (= F lat 0.0% yoy, secara kuartalan masih negatif 0.1% qoq as expected). Dengan demikian, tak heran jika ada prediksi pandangan iklim konsumen Jerman in general untuk bulan Sept masih akan lesu. KOMODITAS: EMAS diperdagangkan di atas USD 2.500/ounce karena ekspektasi pemotongan suku bunga dan kekhawatiran mengenai eskalasi KONFLIK TIMUR TENGAH, yang diperburuk oleh Israel dan Hezbollah yang saling menyerang pada hari Minggu lalu. Ketegangan di Timur Tengah – bersama dengan kekhawatiran tentang potensi penutupan ladang minyak Libya – telah menyebabkan lonjakan harga MINYAK lebih dari 7% selama 3 sesi sebelumnya. Namun, rally tersebut kehilangan momentum pada hari Selasa, sehingga membuat harga kembali mundur. Harga mminyak turun, dengan BRENT berakhir drop 2.3% menjadi USD 79.55/barel, sementara minyak mentah US WTI tergerus 2.4% menjadi USD 75.53.

CURRENCY & FIXED INCOME: DOLLAR INDEX (DXY), yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang termasuk Yen dan Euro, turun 0.3% menjadi 100.55, di mana Euro naik 0.21% menjadi USD 1.1184. Imbal hasil pada obligasi AS tenor 10-tahun acuan naik 1.5 basis poin menjadi 3.833%. Investor bertaruh pada pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 50 basis poin pada bulan September, dengan peluang pemotongan 25 bps sekitar 71%, sementara peluang pemotongan 50 bps sekitar 29%, menurut CME Fed Watch Tool.

INDONESIA: Pemerintah akan memperpanjang kebijakan insentif pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 100% untuk pembelian properti hingga Desember 2024.

Corporate News
PNM: Mau Terbitkan Sukuk IDR 2T, Cek Detail Peringkat PNM
PEFINDO menetapkan peringkat idAA+(sy) PT Permodalan Nasional Madani untuk rencana penerbitan Sukuk Mudharabah Jangka Menengah VI dengan maksimum nominal penerbitan sebesar IDR 2 triliun. Pada saat yang sama, PEFINDO menegaskan peringkat idAA+ dan idAA+(sy) untuk obligasi dan sukuk PNM yang masih beredar. Prospek untuk peringkat perusahaan adalah stabil. Peringkat tersebut mencerminkan tingkat dukungan yang sangat kuat dari Pemerintah Indonesia sebagai pemegang saham utama, posisi bisnis yang sangat kuat, serta likuiditas dan fleksibilitas keuangan yang sangat kuat. Namun demikian, peringkat dibatasi oleh indikator profitabilitas yang moderat dan profil kualitas aset yang moderat. Peringkat dapat dinaikkan jika PEFINDO menilai adanya integrasi dan sinergi lebih lanjut dengan holding ultra mikro (UMi), yang ditunjukkan dengan kontribusi yang lebih besar secara signifikan terhadap holding. Peringkat dapat diturunkan jika PEFINDO melihat adanya penurunan yang signifikan pada tingkat dukungan dari Induk, yang dapat tercermin dari tingkat pengendalian yang jauh lebih rendah dari Induk, atau jika PNM mengalami penurunan yang signifikan pada kinerja bisnis dan keuangan. (Emiten News)

Domestic Issue
Lelang Sukuk Meriah Kala Serbuan Asing ke RI Memuncak
Pemerintah menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara dalam mata uang rupiah pada Selasa (27/8). Berdasarkan pengumuman Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu, Gelar lelang sukuk negara atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang dilaksanakan hari ini mencatat kenaikan minat investor cukup banyak di tengah arah angin pasar hari ini yang berbalik menekan harga obligasi di pasar domestik. Sentimen modal asing yang masih besar sepertinya masih ampuh mengerek pamor aset-aset di pasar keuangan Indonesia. Lelang membukukan incoming bids sebesar IDR 23.88 triliun, naik 32% dibanding lelang sukuk sebelumnya. Namun, nilai permintaan yang masuk itu jauh di bawah incoming bids dalam lelang Surat Utang Negara pekan lalu yang menyentuh level tertinggi dalam tiga tahun di angka IDR 104 triliun. Minat di lelang sukuk yang masih moderat dibanding lelang SUN kemungkinan karena dua sebab. Pertama, tidak ada seri SBSN baru yang ditawarkan dalam lelang hari ini, seperti halnya lelang SUN pekan lalu yang merilis perdana FR0104 yang akan menjadi benchmark tenor 10Y. Lelang SUN pekan lalu ramai diserbu karena ada seri baru ditawarkan. Kedua, sentimen pasar surat utang hari ini cenderung lebih suram dibanding sebelumnya akibat penyempitan selisih imbal hasil investasi dengan surat utang AS menyusul kenaikan yield UST tadi malam. Sampai pada penutupan pasar kemarin, harga Surat Berharga Negara (SBN) tertekan sehingga yield bergerak naik dipimpin oleh tenor pendek. Yield SBN-1Y naik 5.6 bps ke level 6.409%. Sedangkan tenor 5Y merangkak 1.7 bps ke 6.501%. Adapun tenor 10Y sore ini naik 2.3 bps ke 6.21%. (Bloomberg Technoz)

Recommendation
US10YT sempat lakukan percobaan penembusan Resistance MA10 & MA20, sempat menyentuh titik High yield 3.870%, sebelum akhirnya ditutup tertekan kembali ke bawah yield 3.84%. Fase bottoming ini menunggu trigger untuk break out Resistance di atas, sebelum mampu kembali ke level yield 4.0% (walau in overall bergerak dalam trend turun mid-ter). Besar kemungkinan para investor obligasi setidaknya menunggu data PCE PRICE INDEX yang sedianya rilis Jumat nanti.

Keraguan yang sama juga membayangi ID10YT di mana yield belum mampu tembus Resistance terdekat: MA10/6.66% yang sempat diuji kemarin. Pergerakan yield obligasi memang akan sangat dipengaruhi oleh data2 ekonomi pekan ini terutama dari AS yang akan semakin menggerakkan arah kebijakan moneter mereka. POTENTIAL: jika break out Resistance tak kunjung terwujud, maka tidak tertutup kemungkinan yield akan kembali balik ke area Support 6.59%/6.56% – 6.53%.

Download full report HERE.