Today’s Outlook:
MARKET AS: Pasar cenderung berhati-hati menjelang STATEMENT FEDERAL RESERVE CHAIRMAN Jerome Powell di hadapan Kongres dan data US Inflation penting minggu ini. Powell akan berbicara di hadapan Senat dan DPR AS pada hari Selasa dan Rabu, di mana sebagian besar pernyataannya diperkirakan akan berfokus pada kebijakan moneter ke depannya. Adapun Powell telah memberi sinyal pekan lalu bahwa meskipun The Fed telah membuat beberapa kemajuan dalam menurunkan inflasi, para pembuat kebijakan masih belum cukup yakin untuk mulai memangkas suku bunga. Risalah pertemuan Fed bulan Juni memperkuat gagasan ini. Data tenaga kerja yang lebih lemah dari perkiraan pekan lalu memperkuat outlook pasar kerja tengah mendingin, memberi The Fed lebih banyak alasan untuk mulai memotong suku bunga. Data Inflasi pastinya akan menjadi poin utama pertimbangan bank sentral dalam menurunkan suku bunga. Indeks harga konsumen (CPI) AS bulan June akan dirilis pada hari Kamis, dan diperkirakan akan naik 0.1% m/m dan 3.1% y/y. CPI inti diperkirakan akan naik 0.2%. Saat ini para investor memperkirakan peluang lebih dari 72% untuk adanya pemotongan 25 basis poin pada bulan September, naik dari peluang 57.9% yang terlihat pekan lalu. Para pelaku pasar kuatir jika bank sentral menunggu terlalu lama untuk memotong suku bunga, pasar tenaga kerja akan semakin longgar dan ekonomi akan keburu terdorong memasuki resesi.
MARKET ASIA & EROPA: JERMAN laporkan pertumbuhan negatif Ekspor & Impor mereka di bulan May, walau demikian Trade Balance mampu surplus lebih tinggi dari ekspektasi maupun bulan sebelumnya. Kepercayaan konsumen INDONESIA turun menjadi 123.3 pada bulan Juni 2024, dari 125.2 pada bulan Mei, terendah sejak bulan Februari, dengan hampir semua sub-indeks, termasuk kondisi perekonomian saat ini, prospek ekonomi, ekspektasi pendapatan, dan ketersediaan lapangan kerja semuanya menunjukkan penurunan, kecuali sedikit peningkatan pada ekspektasi pendapatan saat ini. Hari ini ada data pendukung satu lagi dari dalam negeri: Retail Sales (May) yang akan dilihat apakah mampu bangkit dari pertumbuhan negatif 2.7% di bulan June, merupakan keterpurukan pertama yang terjadi sejak August 2023 lalu.
POLITIK GLOBAL: Politik AS juga tengah menjadi topik hangat, di mana Presiden Joe Biden berada di bawah tekanan untuk mundur dari pencalonan presiden setelah kinerja debatnya yang buruk. Biden menolak untuk membatalkan kampanye pemilihannya kembali pada hari Senin, tetapi para investor bersiap untuk memikirkan skenario jika kandidat Demokrat lainnya muncul, which is Kamala Haris sang wakil presiden yang namanya telah disebut-sebut.
Corporate News
SMRA: Jatuh Tempo, Summarecon (SMRA) Siap Lunasi Obligasi IDR 200 Miliar
Summarecon Agung (SMRA) mempunyai obligasi jatuh tempo IDR 200 miliar. Obligasi dengan rating idA+ itu, akan jatuh tempo pada 15 Oktober 2024. Surat utang itu, merupakan Obligasi Berkelanjutan III Tahap II Seri B Tahun 2019. Perusahaan berencana melunasi surat utang yang akan jatuh tempo menggunakan dana hasil penerbitan obligasi pada Juni 2024. Selain itu, perseroan juga memiliki saldo kas sebesar IDR 3.4 triliun per 31 Maret 2024, dan proyeksi EBITDA sebesar IDR 2.7 triliun. Summarecon bergerak dalam bisnis properti dan dibagi menjadi tiga divisi yaitu pengembangan properti, properti investasi, dan rekreasi dan perhotelan. Proyek properti utama berada di Kelapa Gading, Serpong, Bekasi, Bandung, Karawang, Makassar, Bogor, dan Crown Gading. (Emiten News)
Domestic Issue
Kemenkeu Incar Dana Jumbo IDR 36 Triliun dari Lelang SUN Selasa (9/7)
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengincar dana hingga IDR 36 triliun melalui lelang 7 seri Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (9/7/2024). Dana tersebut akan digunakan untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan APBN 2024. Adapun, Kemenkeu menetapkan target maksimal sebesar IDR 36 triliun, sedangkan target indikatif IDR 24 triliun. Lelang dibuka pada pukul 09.00 WIB dan ditutup pukul 11.00 WIB, sementara itu tanggal setelmen jatuh pada Kamis (11/7/2024). Berdasarkan pengumuman di laman resmi DJPPR Kemenkeu, ada 2 jenis SUN yang akan dilelang nanti yaitu Surat Perbendaharaan Negara (SPN) sebanyak 2 seri dan Obligasi Negara (ON) sebanyak 5 seri. Secara terperinci, seri SPN yang akan dilelang yakni SPN03241009 (New Issuance) yang jatuh tempo pada 9 Oktober 2024, dan SPN12250710 (New Issuance) yang jatuh tempo pada 10 Juli 2025. Keduanya memiliki tingkat kupon diskonto dengan alokasi pembelian non-kompetitif maksimal 50% dari yang dimenangkan. Selanjutnya, ada 5 seri obligasi negara yang ditawarkan yakni FR0097, FR098, FR0100, FR0101, dan FR0102. Alokasi pembelian seri ON maksimal 30% dari seluruh lelang yang dimenangkan. Tingkat kupon obligasi negara yang ditawarkan pun bervariatif, mulai dari 6.62% hingga 7.12%. Sementara itu periode jatuh tempo mulai dari 2029 hingga 2054. (Bisnis)
Recommendation
US10YT sejatinya memang tengah menjalani trend turun dalam yield, dan tampaknya sudah ada percobaan untuk memperbaiki arah yield namun belum jua berhasil menembus Resistance pertama: MA20 / yield 4.306%. Diperkirakan harga masih cenderung akan menguat terbatas sampai yield menyentuh Support yield 4.22% atau 4.125%.
ID10YT sebaliknya tengah membentuk trend naik pada yield, sementara ini harga terlihat gap up menembus Resistance MA10 & MA20 sekaligus, meninggalkan yield 7.08% sebagai Support terdekat. Diperkirakan harga obligasi akan lanjut terkonsolidasi seiring yield punya chance menguat terus menuju Resistance dari level previous High 7.24% up to 7.325% yang sekaligus titik tertinggi sebelumnya.
Download full report HERE.