Today’s Outlook:
MARKET SENTIMENT:
Dua gubernur Fed mengemukakan pandangan yang berlawanan mengenai prospek Inflasi, memperdebatkan langkah yang diambil oleh Fed Chairman Jerome Powell sebagai perlindungan bagi ekonomi yang tangguh, bukan sebagai tanggapan darurat terhadap data pekerjaan yang lemah. Pasar sepenuhnya memperkirakan pemotongan setidaknya 25 bps pada bulan November, dengan harapan untuk pemotongan 50 bps diberikan kemungkinan sebesar 48.9%, menurut CME’s FedWatch Tool. Pemotongan suku bunga yang agresif sebesar 50 bps juga diperkirakan telah membuat para pelaku lebih waspada tentang bahaya laten perekonomian.
MARKET ASIA & EROPA: Mengakhiri minggu yang sibuk untuk kebijakan moneter, BANK OF JAPAN mempertahankan suku bunga tidak berubah. Pasar telah memperkirakan suku bunga akan tetap stabil, tetapi Gubernur Kazuo Ueda meredam ekspektasi kenaikan suku bunga yang akan segera terjadi dengan mengemukakan adanya ketidakpastian ekonomi AS dan volatilitas pasar yang dapat mempengaruhi langkah kebijakan mereka. Saham EROPA turun dari level tertinggi 2 minggu, dipimpin oleh penurunan saham otomotif setelah Mercedes-Benz memangkas target margin laba, mengutip kelemahan di China. Di CHINA sendiri, bank sentral mereka mempertahankan suku bunga pinjaman acuan tidak berubah, bertentangan dengan ekspektasi penurunan. Saham blue chips China naik 0.2% tetapi tetap dekat dengan level terendah 7 bulan yang dicapai awal minggu lalu. Data suram dalam beberapa hari terakhir telah meningkatkan harapan untuk stimulus agresif guna menopang ekonomi terbesar kedua di dunia ini.
CURRENCY: YEN JEPANG melemah setelah pertemuan BOJ tersebut dan terakhir terlihat 0,94% lebih lemah terhadap DOLLAR AS menjadi 143.97 / Dollar. Dollar naik ke level tertinggi 2 minggu terhadap Yen setelah pernyataan Ueda. Dollar menguat setelah mengalami kerugian awal pekan lalu. DOLLAR INDEX (DXY) yang mengukur kekuatan Dollar terhadap sekeranjang mata uang dunia lainnya naik 0.12% menjadi 100.79. Poundsterling awalnya melemah setelah Bank of England mempertahankan suku bunga stabil pada hari Kamis sebelum berbalik menguat 0.23% menjadi USD 1,3314. Data pada hari Jumat menunjukkan ENGLAND RETAIL SALES naik lebih dari yang diperkirakan pada bulan Agustus.
KOMODITAS: EMAS menyentuh rekor tertinggi di USD 2.614 / ons. Sedangkan emas hitam alias MINYAK MENTAH, mengakhiri pekan lalu terapresiasi lebih dari 4%. BRENT ditutup turun 0.52%, di USD 74.49 / barel. US WTI ditutup turun 0.4%, menjadi USD 71.92.
Corporate News
SMRA: Summarecon Siapkan IDR 200M Bayar Obligasi, Ini Sumber Dananya
PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) telah menyiapkan dana sebesar IDR 200 miliar untuk melunasi Obligasi Berkelanjutan III Tahap II Tahun 2019 Seri B yang akan jatuh tempo pada 15 Oktober 2024. Obligasi tersebut memiliki bunga 9.5%. Lydia Tjio, Corporate Secretary SMRA, menyampaikan dalam keterangan tertulis pada Kamis (19/9) bahwa perseroan telah memastikan kesiapan dana untuk memenuhi kewajiban pembayaran tersebut. Dana yang digunakan untuk pelunasan pokok obligasi ini akan bersumber dari hasil penerbitan Obligasi Berkelanjutan IV Tahap II Tahun 2024. Hariyono, dalam pernyataannya, menegaskan bahwa pelunasan ini merupakan bagian dari komitmen Summarecon Agung untuk menjaga stabilitas keuangan perseroan dan memastikan kelancaran dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. (Emiten News)
Domestic Issue
Harga Surat Utang Negara (SUN) Bakal Sideways, Ini Indikatornya
Pasar Surat Utang Negara (SUN) Indonesia kembali mencatatkan kinerja positif seiring dengan derasnya arus masuk modal asing. Hal ini didorong oleh kebijakan pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Namun pada pekan ini, harga SUN diprediksi malah bergerak sideways, apa indikatornya? Analis Pendapatan Tetap di PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Ahmad Nasrudin mengungkapkan, pemangkasan suku bunga The Fed memberikan angin segar bagi pasar obligasi global, termasuk Indonesia. Imbal hasil ( yield ) SUN dengan tenor 10 tahun pun mengalami penurunan signifikan, kini bergerak di kisaran 6.3-6.7%. Tapi, pekan ini pergerakan yield akan cenderung stagnan setelah penurunan tajam pada “Saya memperkirakan yield akan cenderung sideways setelah penurunan drastis. Dengan arus modal asing yang besar, harga SUN sudah terdiskon cukup besar, memberikan ruang yang terbatas untuk penurunan lebih lanjut,” jelas Ahmad kepada Investor Daily, Minggu (22/9/2024). Sebagai informasi, berdasarkan data transaksi 17-19 September 2024, investor asing mencatatkan beli bersih sebesar IDR 19.76 triliun, yang menandakan tingginya minat terhadap SUN, terutama setelah The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps). Alhasil, yield SUN 10 tahun turun menjadi 6.438%. Kini, lanjut Ahmad, perhatian pasar tertuju pada rilis data ekonomi terbaru seperti data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE), baik headline maupun inti, yang akan dirilis pekan depan, menjadi salah satu indikator yang diawasi ketat oleh para pelaku pasar. Selain itu, pasar juga menunggu pidato Ketua The Fed Jerome Powell yang akan memberikan pandangan mengenai arah kebijakan suku bunga ke depan. “Untuk itu, yield akan bergerak di kisaran 6.3%-6.7%, dengan kecenderungan ditutup pada level 6.5% pekan ini,” jelasnya. Ahmad juga optimistis minat investor terhadap lelang SUN pekan ini akan tetap tinggi. (Investor Daily)
Recommendation
US10YT tepat mengenai Resistance upper channel dari trend turunnya , mengakibatkan yield di posisi saat ini 3.75% terancam untuk pullback , kembali melemah ke bawah 3.73% dan selanjutnya menuju 3.70% sebelum kembali melata di kisaran Support previous Low 3.60%. ADVISE : siap-siap Buy on Weakness (harga obligasi) jika yield obligasi benar tembus ke bawah 3.73%.
ID10YT weekly chart : dalam trend jk.panjang terdeteksi reaksi rebound di sekitar Support yang sudah dekat lower channel yield 6.406%. Candle pun terbentuk seperti long-leg Hammer. POTENTIAL : rebound pada yield (= pelemahan pada harga) berlanjut ke wilayah Resistance pertama yield : MA10 / 6.71% ; disusul jajaran Moving Average lainnya yaitu : 6.78% – 6.84%.
Download full report HERE.