Today’s Outlook:

 

PASAR AS : Tiga indeks utama  Dow Jones +0,4%, S&P 500 +0,4%, dan Nasdaq +0,8% kembali mencetak rekor penutupan tertinggi. Sentimen positif didorong oleh optimisme kesepakatan dagang AS – China serta ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada Rabu, sebesar 25 bps ke kisaran 3,75% – 4,00%.

Menjelang pertemuan Trump – Xi akhir pekan ini, laporan menyebut AS bersedia mengurangi tarif atas bahan kimia untuk produksi fentanyl hingga 10%, jika China memperketat pengawasannya. Langkah ini melanjutkan kerja sama ekonomi setelah Trump dan PM Jepang Sanae Takaichi menandatangani kesepakatan pasokan rare earth untuk mengurangi ketergantungan global pada China.

Negosiasi dagang di Kuala Lumpur juga menghasilkan draft kesepakatan guna mencegah tarif baru, membantu memperkuat optimisme pasar. Selain itu, komentar Jerome Powell soal penghentian quantitative tightening menambah kepercayaan bahwa likuiditas akan tetap terjaga.

 

 

PASAR EROPA : Saham-saham Eropa diperdagangkan cenderung melemah pada Selasa, seiring para pelaku pasar mencermati laporan keuangan sejumlah perusahaan besar menjelang rapat kebijakan Bank Sentral AS (The Federal Reserve) yang sangat dinantikan. Indeks DAX Jerman turun 0,1% dan CAC 40 Prancis melemah 0,3%, sementara FTSE 100 Inggris justru menguat 0,5%.

 

 

PASAR ASIA: Sebagian besar bursa Asia bergerak lebih rendah pada Selasa karena investor mencermati perkembangan diplomasi AS di kawasan serta menunggu serangkaian keputusan bank sentral utama yang akan dirilis pekan ini. Di Jepang, Nikkei 225 turun 0,4% setelah sebelumnya melonjak lebih dari 2% hingga mencetak rekor tertinggi 50.549,60 poin pada sesi sebelumnya. Indeks yang lebih luas, TOPIX, turun 0,6%. Di China, baik Shanghai Shenzhen CSI 300 maupun Shanghai Composite bergerak mendatar tanpa perubahan signifikan. Sementara itu, Hang Seng Hong Kong turun 0,3%. Di Korea Selatan, KOSPI memimpin pelemahan dengan penurunan lebih dari 1%. Padahal, data ekonomi pada Selasa menunjukkan pertumbuhan PDB kuartal III negara tersebut melampaui ekspektasi dan menjadi ekspansi tercepat dalam lebih dari satu tahun.

 

 

KOMODITAS : Harga minyak turun sekitar 2% pada Selasa, menandai penurunan selama tiga hari berturut-turut. Pelemahan ini terjadi karena investor menilai dampak dari sanksi Amerika Serikat terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia terhadap pasokan global, serta adanya kemungkinan rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi. Kontrak berjangka Brent ditutup turun US$1,22 atau 1,9% menjadi US$64,40 per barel. Sementara itu, kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat turun US$1,16 atau 1,9% ke level US$60,15 per barel. Meski demikian, baik Brent maupun WTI pada minggu lalu mencatat penguatan mingguan terbesar sejak Juni, setelah Presiden AS Donald Trump memutuskan menjatuhkan sanksi terkait Ukraina terhadap Rusia untuk pertama kalinya di masa jabatan keduanya, yang menargetkan perusahaan minyak besar seperti Lukoil dan Rosneft. Namun menurut Menteri Ekonomi Jerman, pemerintah AS telah memberikan jaminan tertulis bahwa bisnis Rosneft di Jerman dikecualikan dari sanksi tersebut, karena aset-aset tersebut tidak lagi berada di bawah kendali Rusia.

 

INDONESIA: IHSG masih ditutup turun -0.3% ke zona merah di level 8092.63, dimana area support selanjutnya adalah 7900-8000. Market nampaknya cenderung masih wait and see pasca sentimen reklasifikasi Free Float untuk konstituen MSCI Indonesia.

 

Catatan Saham Konglomerasi : Jika anda masih menggemari saham konglomerasi, lebih baik lakukan *fast / scalping trade* saja dikarenakan risk – reward yang kurang atraktif serta volatilitas yang timbul akibat kepemilikan float yang banyak menggunakan tipe akun korporasi.

 

Rotasi ke Old-Dividend Player : Kami tetap menyarankan untuk shifting ke saham yang memiliki bantalan yield dividend di atas obligasi ditengah situasi yang cenderung tidak pasti. Dalam seminggu terakhir, rotasi inflow pasar menuju ke saham dividend berfundamental solid cukup menarik dikarenakan yield dividend yang lebih atraktif dari yield obligasi di kondisi saat ini terlepas beberapa sektor seperti perbankan memiliki tantangan kinerja (Kekhawatiran penyaluran kredit – kualitas aset) dan saham berbasis konsumer yang mengalami pelemahan daya beli. Jika terdapat koreksi dari saham – saham bluechip tersebut, cukup atraktif untuk dilakukan buy on weakness. Saham defensif seperti consumer sector, pharmacy dan rokok cukup menarik untuk dilirik.

 

Unduh laporan lengkapnya DISINI.