S&P500 dan Nasdaq harus kembali tersungkur ke teritori negatif, sementara Dow Jones ditutup flat pada perdagangan Rabu, sementara yield obligasi negara melaju lebih tinggi; seiring rilisnya indikator inflasi terbaru dari China, Jerman, dan AS semakin menguatkan ekspektasi akan tingkat suku bunga tinggi akan bertahan lebih lama dari perkiraan. Angka Manufacturing Purchasing Manager Index (PMI) China naik ke level 52.6 (Feb.) dari 50.1 (Jan.) menandakan pertumbuhan tercepat dalam lebih dari 1 dekade. Dari AS, data ISM Manufacturing Prices (Feb.) yang menjelaskan harga bahan baku mentah di data naik ke level 51.3 (jelas lebih tinggi dari forecast 45.1 & angka Jan.44.5); menyiratkan inflasi tinggi masih akan tetap bertahan. Sementara dari benua Eropa, rilis data CPI Jerman (Feb.) masih belum bergeming dari level 8.7%, tak mampu memenuhi harapan forecast turun ke 8.5%; menegaskan tingkat Inflasi di Eropa juga masih alot untuk dijinakkan. Menyikapi data makroekonomi AS, US Treasury yield tenor 10 tahun sontak melejit ke level 4.006%, kembali ke posisi tersebut untuk pertama kalinya sejak November; sementara yield tenor 2 tahun menyentuh level tertinggi sejak 2007 di angka 4.889%.

IHSG ditutup relatif flat seiring pelaku pasar mencerna data Inflasi (Feb.) yang naik ke angka 5.47% yoy dari posisi terendah 5 bulan di Jan. 5.28% (pun lebih tinggi dari perkiraan 5.44%). Secara bulanan, pertumbuhan harga barang & jasa merangkak naik 0.16% di Feb. (vs forecast 0.11%, vs previous  0.34%). Di sisi lain, Inflasi Inti (Feb.) tampak semakin terkendali dengan turun ke level 3.09% yoy (jelas lebih rendah dari consensus 3.26% & bulan sebelumnya 3.27%). NHKSI RESEARCH menyarankan, menimbang posisi IHSG yang belum mampu juga menjebol Resistance MA10 & MA20 ke atas 6890- 6900, maka para investor/trader pasar modal Indonesia seyogyanya lebih fokus pada Support terdekat yaitu MA50/6830 (up to 6800) yang mana bila pertahanan ini runtuh maka akan mengubah Sideways ini menjadi trend turun.

Download full report HERE.