Indeks Wall Street ditutup memerah pada perdagangan Selasa (16/05/23) setelah prediksi kinerja yang mengecewakan dari Home Depot dan sejumlah data ekonomi seperti US Retail Sales (Apr.) menunjukkan belanja konsumen yang melemah; sementara ketidakpastian mengenai suku bunga dan proses negosiasi plafon utang pemerintah juga turut menggelayuti sentimen pasar. Departemen Perdagangan AS melaporkan data penjualan retail (Apr.) naik hanya 0.4%, tak dapat memenuhi ekspektasi 0.8%. Namun di sisi lain, Industrial Production (Apr.) mampu bangkit ke tingkat 0.5% secara bulanan, jauh lebih baik dari prediksi -0.1%. Tak dapat dipungkiri ekonomi AS mulai menunjukkan perlambatan yang semakin nyata, sebagai hasil dari serangkaian kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve demi memerangi inflasi tinggi. Gejala soft landing ini bersama dengan perkembangan terakhir atas plafon utang pemerintah membuat para pelaku pasar menanti-nanti kapan bank sentral akan mulai mengerem laju kenaikan suku bunga ini, atau bahkan memotongnya. Dari sejumlah komentar pejabat The Fed, mereka menyatakan bahwa mereka masih cukup nyaman untuk membiarkan suku bunga acuan AS berada di tingkat tinggi, untuk sementara ini. Atmosfer perlambatan ekonomi juga terasa di benua Eropa, di mana Inggris melaporkan tingkat pengangguran atau Claimant Count Change (Apr.) meningkat ke angka 46.700, lebih tinggi dari perkiraan 31.200, dengan demikian menempatkan Unemployment Rate mereka di tingkat 3.9%, lebih tinggi dari forecast & previous 3.8%. German ZEW Economic Condition & Sentiment (May) keluar di angka yang bervariasi namun belum sepenuhnya mengimplikasikan kondisi ekonomi yang solid; apalagi ZEW Economic Sentiment (May) malah menunjukkan posisi yang sangat lemah di -9.4, jauh lebih rendah dari ekspektasi -1.0. GDP Zona Eropa untuk kuartal 1/2023 keluar in-line di angka 1.3% YoY,  dan mereka mampu membukukan Trade Balance (Mar.) di angka EUR 25.6miliar, lebih besar dari periode sebelumnya EUR 3.7miliar.

China sebagai negara terbesar di Asia belum mampu menggenjot ekonomi mereka sesuai ekspektasi, terbukti dari data Industrial Production (Apr.) yang hanya mampu rilis di angka 5.6% (lebih rendah dari forecast 10.9%). Retail Sales (Apr.) mereka pun hanya mampu bangkit sampai level 18.4%, belum sebagus prediksi 21%, namun secara YTD pertumbuhannya berkembang menjadi 8.46% YoY dari awal tahun sampai akhir bulan April (dari yang sebelumnya di tingkat 5.76%). Chinese Unemployment Rate pun sedikit turun ke level 5.2% (vs forecast & previous 5.3%). Pasar saham Indonesia terseret sentimen negatif pembacaan data-data makroekonomi China yang mengecewakan, sehingga kembali harus tergerus 0.52% / 35points ke level 6676.56 bahkan kembali ke level previous Low 6658 sebagai Support terdekat ; diikuti oleh aksi jual bersih asing senilai IDR 595,79miliar, menggenapkan Foreign Net Buy sepekan di angka IDR 1.36triliun, walau secara bulanan pundi-pundi asing di saham Indonesia masih nyaman di sekitar IDR 7.23triliun. NHKSI RESEARCH memperkirakan sentimen pasar masih agak suram dan memberi peringatan akan potensi turun lebih lanjut serendah-rendahnya ke level 6560-6550.

Download full report HERE.