Today’s Outlook:

US MARKET: Volatilitas yang tidak menentu di Wall Street terjadi seiring ancaman tarif terbaru Presiden AS Donald Trump menghantui pada impor otomotif, semikonduktor, dan farmasi. Harga Emas mencapai rekor tertinggi baru dan mata uang safe haven yang dipimpin oleh Dolar AS dan Yen menguat di tengah kekhawatiran investor atas babak lanjutan pengenaan tarif AS. Sejak pelantikannya 4 minggu lalu, Trump telah mengenakan tarif 10% pada semua impor dari China, di atas pungutan yang ada. Dia juga telah mengumumkan, dan menunda selama sebulan, tarif 25% pada barang-barang dari Meksiko dan impor non-energi dari Kanada. Trump mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa bahwa tarif sektor farmasi dan chip semikonduktor akan berkisar antara 25% atau lebih tinggi, dan angka ini meningkat secara substansial selama setahun. Ia bermaksud mengenakan tarif serupa pada otomotif paling cepat pada tanggal 2 April.

INDIKATOR EKONOMI : Hari ini dinantikan angka Initial Jobless Claims, serta angka indeks yang akan tentukan kesehatan sektor manufaktur di wilayah Philadelphia.

MARKET ASIA : Ekspor JEPANG bulan Januari sudah terbukti meningkat more than double daripada kondisi bulan Desember. Bicara mengenai suku bunga bank sentral , setelah RDG BI kemarin putuskan BI7DRR tak berubah di 5.75% ; hari ini giliran CHINA yang akan tentukan tingkat suku bunga mereka di mana konsensus perkirakan masih akan tetap di level 3.60% untuk jk.panjang (5Y), dan 3.10% untuk jk.pendek.

CURRENCY & FIXED INCOME : Proposal kebijakan awal Trump menimbulkan kekhawatiran di Federal Reserve tentang inflasi yang lebih tinggi, secara perusahaan telah memberi tahu bank sentral AS bahwa mereka umumnya berharap untuk dapat menaikkan harga jual demi untuk meneruskan biaya tarif impor kepada konsumen , demikian menurut Fed Meeting Minutes bulan Januari yang dirilis pada hari Rabu kemarin. US DOLLAR & YEN menguat karena kekhawatiran pasar meningkat di tengah ancaman tarif terbaru. Yen Jepang menguat 0,38% terhadap Dollar AS menjadi 151,49 / USD. Terhadap Swiss Franc , Dollar menguat 0,11% menjadi 0,904.

– DOLLAR INDEX , yang mengukur kekuatan Dollar AS terhadap sekeranjang mata uang termasuk Yen dan Euro, naik 0,16% menjadi 107,17. Euro turun 0,19% menjadi $1,0425.

KOMODITAS : Harga EMAS naik ke rekor tertinggi baru $2.946,85 seiring meningkatnya demand safe haven, mencapai puncak baru untuk kesembilan kalinya tahun ini. Emas batangan memangkas kenaikan dan sedikit berubah pada $2.935,22 per ons. Harga emas berjangka AS ditutup 0,4% lebih rendah pada $2.936,10.

– Harga MINYAK bertahan mendekati level tertinggi 1 minggu di tengah kekhawatiran tentang gangguan supply di Rusia dan AS, di kala pasar menunggu hasil perundingan untuk mengakhiri perang di UKRAINA. Penambahan stok minyak minyak mingguan AS memang anjlok ke angka 3.3juta barrel dari 9 juta barrel sepekan sebelumnya. Di benua Eropa, para pemimpin di sana berjanji untuk meningkatkan dukungan bagi Ukraina, mendorong saham produsen senjata Eropa ke rekor tertinggi minggu ini dan mendorong biaya pinjaman jangka panjang pemerintah. Harga minyak berjangka BRENT naik 0,3% menjadi $76,04 per barel, sementara minyak mentah US West Texas Intermediate (WTI) terapresiasi 0,6% menjadi $72,25. Itu adalah penutupan tertinggi untuk kedua patokan minyak mentah tersebut sejak 11 Februari.

Domestic News
BI Rate Kukuh 5,75%, Pengusaha Sulit Ekspansi
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) buka suara usai Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan (BI Rate) di level 5,75%. Dunia usaha memandang, bank sentral bisa mulai menurunkan suku bunga acuan agar ekspansi di sektor riil lebih lincah. Untuk diketahui, keputusan suku bunga ini konsisten dengan upaya menjaga agar perkiraan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%. Kebijakan suku bunga ini juga disebut untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi. Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani mengatakan bahwa dunia usaha sejatinya berharap BI menurunkan suku bunga acuan ke level yang kompetitif. Terlebih, suku bunga BI turut menentukan tingkat pinjaman sebenarnya (real lending rate) di sisi pelaku usaha. Dia menjelaskan, semakin tinggi suku bunga acuan, maka akan sulit bagi sektor perbankan untuk memberikan pinjaman usaha dengan suku bunga yang lebih kompetitif. Padahal, Shinta mengungkap, saat ini tingkat pinjaman (lending rate) dan pembiayaan (financing cost) Indonesia masih merupakan salah satu yang tertinggi di kawasan. Hal ini berimbas pada pelaku usaha nasional yang sulit bersaing dan tidak agresif dalam melakukan ekspansi usaha. Bahkan, dia menyebut tingginya tingkat pinjaman di Tanah Air juga berdampak pada ekspansi kinerja ekspor yang turut mempengaruhi level kecukupan cadangan devisa nasional. Menurut Shinta, dengan suku bunga yang lebih rendah, maka sektor perbankan dapat memberikan pinjaman dengan suku bunga yang yang lebih kompetitif dan memberikan akses pembiayaan yang lebih luas, termasuk untuk UMKM. Sehingga, bisa menggenjot ekspor dan investasi Indonesia. (Bisnis)

Corporate News
WIKA: Negatif! Pefindo Kembali Downgrade Peringkat WIKA Jadi idSD
Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat Obligasi Berkelanjutan II PT Wijaya Karya (WIKA) Tahap II/2022 Seri A menjadi idD dari idCCC. Lalu, melorot rating Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap II/2022 Seri A menjadi idD(sy) dari idCCC(sy). Saat bersamaan, Pefindo juga menurunkan peringkat perusahaan menjadi idSD dari idCCC dengan CreditWatch dengan Implikasi Negatif. Tindakan itu, mencerminkan ketidakmampuan perseroan memenuhi pembayaran pokok Obligasi Berkelanjutan II Tahap II/2022 Seri A sebesar Rp593,9 miliar dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap II/2022 Seri A sebesar Rp412,9 miliar yang jatuh tempo pada tanggal 18 Februari 2025. Peringkat mencerminkan keberadaan perseroan mapan di industri konstruksi nasional. Peringkat dibatasi profil keuangan dan likuiditas lemah, risiko ekspansi sebelumnya, dan lingkungan bisnis bergejolak. (Emiten News)

Recommendation

US10YT berada dalam fase Sideways saat ini, sepertinya tengah mencari landasan untuk memantulkan kembali yield ke atas Resistance 4.54% , demi lanjutkan laju uptrend ke arah 4.63% – 4.80%. Situasi DXY yang tengah loyo bergerak sejalan dengan yield US Treasury.

ID10YT kembali mencapai target bottom dengan bearish marubozu candle dari uptrend channel yang telah break structure , mempertahankan yield tidak jatuh lebih dalam lagi ke bawah 6.75%. Sekarang tantangan yang harus dihadapi adalah MA10 pada yield 6.86%, yang mana bila tertembus maka akan buka jalan penguatan yield menuju next target : MA20 / 6.97% up to level psikologis 7.0% di mana di situ juga ada Resistance MA50.

Download full report HERE.