Today’s Outlook:

MARKET AS: Fed Chairman Jerome Powell mengatakan data Inflasi baru-baru ini telah menambah keyakinan bank sentral bahwa Inflasi telah aman terkendali, dan oleh karenanya bisa membuat The Fed lebih mantap untuk memotong suku bunga (walau Inflasi belum mencapai Target The Fed 2%). Peristiwa percobaan pembunuhan pada kandidat presiden dari Partai Republik, DONALD TRUMP, diperkirakan membuat peluang kemenangannya terkerek naik, yang akan menghasilkan kebijakan dagang yang lebih ambisius serta regulasi yang lebih lunak atas industri tertentu dan issue-issue terkait perubahan iklim maupun cryptocurrency. Hal ini pula yang diperkirakan akan mampu mendongkrak US DOLLAR ke depannya. Adapun Trump juga telah mengumumkan pasangan wakil presidennya yaitu James David Vance.

DOLLAR INDEX sedikit melemah pada hari Senin setelah komentar dovish dari Fed Chairman Jerome Powell; berkebalikan dengan cryptocurrency yang menguat (Bitcoin naik > 6% dan Ether melonjak > 7%) setelah berita percobaan pembunuhan Trump mencuat. Trump telah dikenal sebagai pendukung cryptocurrency. Adapun pasar telah sepenuhnya memperhitungkan penurunan suku bunga setidaknya 25 basis poin (bps) dari The Fed pada bulan September, menurut CME FedWatch Tool, setelah data minggu lalu menunjukkan harga konsumen turun secara bulanan untuk pertama kalinya dalam 4 tahun di bulan Juni. Nanti malam ada indikator ekonomi pendukung yang juga dipantau ketat yaitu Retail Sales (Jun).

MARKET ASIA & EROPA : BANK OF JAPAN (BoJ) diperkirakan telah melakukan intervensi pasar dalam upaya menopang mata uang Jepang minggu lalu, setelah laporan inflasi AS lebih rendah dari perkiraan. Data dari bank sentral menunjukkan bahwa pihak berwenang mungkin telah menghabiskan hingga 3,57 triliun yen (USD 22,4 miliar) untuk melaksanakan hal tersebut pada hari Kamis. CHINA kembali membawa awan mendung ke atas sentimen pasar Asia setelah merilis GDP 2Q di level 4.7%, di bawah forecast 5.1% dan Target tahun ini sekitar 5%. Tak heran Industrial Production dan harga rumah di sana juga dalam trend menurun. Data ini semakin menegaskan perlunya dukungan kebijakan moneter dan fiskal lebih besar lagi dari pemerintah China yang tengah mengadakan rapat besar tiap 5 tahun sekali untuk menggambar peta besar kebijakan sosial & ekonomi jk.panjang mereka. Adapun hasil GDP kuartal 2 tersebut membuat beberapa ekonom memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China ke depannya; BARCLAYS meramal pertumbuhan di semester 2 hanya akan berkisar 4.5%, sementara JP MORGAN memangkas outlook akhir tahun menjadi 4.7% dari 5.2%; didukung oleh alasan: ketidakseimbangan ekonomi China terus meningkat ke arah yang berbahaya, akibat adanya ketegangan perdagangan dari berbagai arah, belum lagi nanti jika Trump menang Pilpres.

KOMODITAS: EMAS kembali mendapat angin baik dari ramalan analis CITIGROUP yang mengatakan bahwa logam mulia tersebut punya potensi melaju sampai USD 3000 / ounce seiring aliran dana keuangan menunjukkan potensi ekspansi / beli yang signifikan ke depannya. Analis Citi menyoroti dampak pemotongan suku bunga The Fed sebelumnya terhadap harga logam mulia, dengan mencatat bahwa “median return untuk logam mulia adalah 13% dalam periode 6 bulan setelah rate cut pertama The Fed” dalam 4 siklus terakhir. Mereka lebih lanjut menekankan bahwa “return 12 bulan rata-rata 20%+ selama 2 episode terakhir,” selaras dengan target harga emas mereka sebesar USD 2.800 hingga USD 3.000 / ounce dan target harga PERAK sebesar USD 38 hingga USD 40 / ounce pada pertengahan hingga akhir 2025 mendatang. Dari komoditas lain, harga MINYAK dunia justru terdepresiasi pada penutupan perdagangan Senin, akibat menguatnya Dollar AS sebagai dampak upaya pembunuhan terhadap kandidat presiden Donald Trump. Harga minyak mentah US WTI untuk pengiriman Agustus 2024 drop 0,3% menjadi US$81,96 / barel, di New York Mercantile Exchange. Adapun harga futures BRENT untuk pengiriman September 2024, kempis 0,16% mencapai US$81,96 / barel, di London ICE Futures Exchange. Penguatan Dollar AS membuat harga minyak dalam denominasi dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli non-AS dan oleh karenanya akan menekan minat beli. FYI, pada minggu lalu harga Brent turun lebih dari 1,7% setelah 4 minggu berturutturut naik, sementara US WTI turun 1,1% akibat permintaan minyak yang lemah di China. Impor minyak mentah China turun 2,3% pada semester pertama tahun ini menjadi 11,05 juta barel / hari. Hal ini disebabkan permintaan bahan bakar yang mengecewakan dan pengurangan produksi oleh kilang independen akibat margin keuntungan yang kurang menarik.

INDONESIA: Laporkan surplus Trade Balance (June) untuk bulan ke 50 berturut-turut di angka USD 2.39 milyar, lebih rendah dari perkiraan dan
bulan sebelumnya di kisaran USD 2.9 milyaran. Hal ini disebabkan pertumbuhan Ekspor yang lebih lemah dari naiknya Impor. Lesunya roda ekonomi China turut mempengaruhi anjloknya performa Ekspor kita secara China, AS, dan India mencakup 43% dari pasar Ekspor Indonesia.

Corporate News
BBRI: BRI Setop Penerbitan Sisa Obligasi IDR 1.5 Triliun, Ada Apa? PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI (BBRI) menghentikan penerbitan Penawaran Umum Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Bank BRI Tahun 2022 dengan sisa plafon sebesar IDR 1.5 triliun. Berdasarkan keterbukaan informasi, manajemen menyebutkan penghentian dengan sisa target dana yang tidak dihimpun, dilakukan dengan mempertimbangkan suku bunga global diproyeksikan akan mulai turun di akhir tahun 2024 sehingga dapat memengaruhi cost of fund penerbitan surat berharga. “Penerbitan instrumen jangka panjang saat ini dinilai kurang optimal bagi Perseroan,” tulis manajemen BBRI yang dikutip Minggu kemarin. Selain itu, alasan lainnya adalah pengelolaan aset treasury yang jatuh tempo di tahun 2024 akan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas kegiatan usaha Perseroan. (Bisnis)

Domestic Issue
Prospek Obligasi Korporasi di Semester II-2024 Positif, Ini Pendorongnya Investasi surat utang (obligasi) korporasi diprediksi masih banyak diminati oleh investor di semester kedua 2024. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan The Fed. Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto menjelaskan suku bunga acuan yang tinggi telah membuat kupon di pasar surat utang korporasi juga tinggi, apalagi setelah ada kenaikan di April 2024, sehingga menjadi alasan bagi investor untuk masuk dan meraih kupon yang tinggi tersebut. Jika suku bunga akan turun di akhir tahun nanti, maka investor bisa jadi tidak akan bisa mendapatkan kembali kupon setinggi saat ini. Selain itu, Suhindarto melihat investor hingga saat ini masih banyak yang melirik instrumen surat utang korporasi karena relatif lebih aman dibandingkan instrumen lain seperti saham. Kemudian, returnnya juga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan instrumen surat utang pemerintah. Untuk itu, dia menilai bahwa berinvestasi di obligasi atau surat utang bisa menjadi pilihan yang menarik bagi investor karena risikonya relatif terukur, yang ditunjukkan oleh peringkat kredit di masing-masing instrumen dan perusahaan penerbit (emiten). “Jadi di semester kedua tahun 2024 ini, kami melihat bahwa daya tarik berinvestasi di pasar surat utang, terutama pasar surat utang korporasi akan tetap menarik,” kata dia. (Kontan)

Recommendation
US10YT belum beranjak jauh dari wilayah Support yield 4.188%, agak ragu-ragu untuk bergerak ke atas menembus Resistance terdekat: MA10 & MA20 di jajaran yield 4.27% – 4.30%, apalagi MA50 pada yield 4.36%. Fase bottoming belum usai, namun demikian yield masih punya potensi rebound lebih tinggi dikarenakan adanya RSI positive divergence. ADVISE: antisipasi technical rebound soon pada yield = potensi pelemahan pada harga.

ID10YT mulai bergerak menembus Resistance Moving Average. Jika mampu confirm stay di atas 7.07% maka yield akan bergerak maju terus menuju TARGET: 7.19% – 7.20% / 7.243% / 7.33%. ADVISE: Average Up accordingly; harga bonds punya kecenderungan melemah.

Download full report HERE.