Today’s Outlook:

US MARKET: Para investor tetap gelisah atas potensi kenaikan inflasi dan resesi menjelang tanggal mulai pemberlakuan tarif timbal balik oleh Trump pada 2 April. Namun sentimen tampak terangkat oleh laporan bahwa tarif tersebut dapat lebih sempit cakupannya dan bahwa tarif khusus sektoral diperkirakan akan ditunda. Dalam beberapa minggu terakhir, kekhawatiran resesi diperburuk oleh data sentimen konsumen yang melemah. Saham-saham turun dengan cepat mulai akhir Februari dengan S&P 500, pada satu titik, ditutup di wilayah koreksi. Trump pada hari Jumat mengatakan kepada wartawan bahwa ada potensi “fleksibilitas” untuk rencana tarif timbal baliknya.

FIXED INCOME AND CURRENCY: Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik lebih dari enam basis poin menjadi 4,317%, dan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 2 tahun juga naik hampir enam basis poin di level 4,007%. Imbal hasil Treasury AS lebih tinggi pada hari Senin di tengah laporan bahwa Presiden Donald Trump mundur dari perang dagang, sehingga meningkatkan harapan bahwa ekonomi AS dapat mempertahankan ekspansinya. Dolar melonjak ke level tertinggi beberapa minggu terhadap euro dan yen pada hari Senin setelah data menunjukkan aktivitas bisnis AS meningkat pada bulan Maret, setelah sebelumnya naik terhadap mata uang Jepang di tengah laporan bahwa Presiden AS Donald Trump akan bersikap fleksibel dengan tarif yang akan datang. Dolar terakhir naik 0,7% pada hari ini terhadap mata uang Jepang di 150,35 yen. Sebelumnya mencapai 150,39, tertinggi sejak 3 Maret. Euro turun 0,09% menjadi $ 1,0804 dan merosot serendah $ 1,079, terlemah sejak 7 Maret. Sterling naik 0,09% ke $1,2926 menjelang pembaruan anggaran musim semi menteri keuangan Inggris Rachel Reeves akhir minggu ini. Lira Turki sedikit melemah menjadi sekitar 38 per dolar setelah pengadilan Turki pada hari Minggu memenjarakan Walikota Istanbul Ekrem Imamoglu, saingan politik utama Presiden Tayyip Erdogan, atas tuduhan korupsi, yang dibantah oleh Imamoglu. Lira sempat jatuh ke rekor terendah 42 per dollar minggu lalu, ketika bank sentral Turki mengatakan telah menangguhkan lelang repo selama satu minggu dan menaikkan suku bunga pinjaman semalam menjadi 46%, sebuah langkah yang menurut para ekonom merupakan sebuah kebijakan yang lebih ketat.

-Euro turun 0,09% menjadi $ 1,0804 dan turun serendah $ 1,079, level terlemah sejak 7 Maret. Sterling naik 0,09% menjadi $ 1,2926 menjelang pembaruan anggaran musim semi menteri keuangan Inggris Rachel Reeves akhir pekan ini.

-Dolar terakhir naik 0,7% pada hari ini terhadap mata uang Jepang di 150,35 yen. Sebelumnya mencapai 150,39, tertinggi sejak 3 Maret.

ASIA MARKET: Perdana Menteri Cina Li Qiang memperingatkan “ketidakstabilan yang meningkat” dan menyerukan agar negara-negara membuka pasar dan perusahaan.

KOMODITAS: Harga emas turun pada hari Senin karena dolar menyentuh level tertinggi lebih dari dua minggu, sementara investor memperhatikan sikap Presiden AS Donald Trump yang lebih berhati-hati dalam hal tarif terhadap mitra dagang. Emas spot turun 0,4% menjadi $3.010,33 per ons. Emas berjangka AS turun tipis 0,2% menjadi $3,015.50. Setelah kepastian Trump baru-baru ini tentang tarif, Investor sekarang menunggu data Pengeluaran Konsumsi Pribadi AS yang akan dirilis pada hari Jumat, ukuran inflasi yang disukai Fed. Sementara itu, para pejabat AS dan Rusia mengadakan pembicaraan di Arab Saudi yang bertujuan untuk membuat kemajuan menuju gencatan senjata yang luas di Ukraina, dengan Washington mengincar kesepakatan gencatan senjata maritim Laut Hitam yang terpisah sebelum mengamankan kesepakatan yang lebih luas. Minyak mentah berjangka Brent naik 61 sen, atau 0,85%, menjadi $72,77 per barel pada pukul 13.15 WIB. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 59 sen, atau 0,86%, menjadi $68,87. Harga minyak naik 1% pada hari Senin karena Presiden AS Donald Trump mengatakan dia akan mengenakan tarif 25% pada negara-negara yang membeli minyak dan gas dari Venezuela, dan karena sanksi baru AS terhadap ekspor Iran. Namun, kenaikan harga dibatasi oleh berita bahwa OPEC+ kemungkinan akan melanjutkan rencana kenaikan produksi minyak pada bulan Mei, dan pembicaraan untuk mengakhiri perang di Ukraina, yang dapat meningkatkan suplai minyak mentah Rusia ke pasar global.

Domestic News
Pemerintah Kembali Siapkan Lelang Sukuk pada 15 April 2025
Selasa 15 April 2025 mendatang pemerintah akan kembali melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara guna memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2025. SBSN yang akan dilelang adalah seri SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara – Syariah) dan PBS (Project Based Sukuk). Ada tujuh seri SBSN yang akan dilelang pada 15 April dengan tanggal setelmen dua hari kemudian. Ketujuh seri sukuk tersebut adalah seri SPNS13102025 (reopening), seri SPNS12012026 (new issuance), PBS003 (reopening), PBS030 (reopening), PBSG001 (reopening), PBS034 (reopening), dan seri PBS038 (reopening). Dari ketujuh seri sukuk yang dilelang, Dijen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementrian Keuangan menetapkan target indikatif sebesar Rp10 triliun dan target maksimal dua kali lipat dari target indikatif. Pada lelang ini kembali ditawarkan seri PBSG001 yang merupakan seri Green Sukuk yang ditawarkan melalui lelang di pasar perdana domestik. Penerbitan seri Green Sukuk melalui lelang ini melengkapi program penerbitan Green Sukuk yang sudah dilakukan sebanyak 8 kali di pasar global sejak tahun 2018 dan 10 kali di pasar domestik melalui Green Sukuk Ritel sejak tahun 2019. Seri PBSG001 juga dapat digunakan untuk mendukung program RPIM (Rasio Pembiayaan Inlkusif Makropudensial) bagi Bank Umum Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah. (Emiten News)

Corporate News
WIFI: Solusi Sinergi Digital Berencana Terbitkan Obligasi IDR 2,5 Triliun
Emiten infrastruktur telekomunikasi, PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) berencana untuk menerbitkan surat utang alias obligasi senilai Rp 2,5 triliun pada 2025. Direktur Utama Solusi Sinergi Digital, Yune Marketatmo menjelaskan rencana penerbitan obligasi ini merupakan bagian dari restrukturisasi keuangan WIFI dalam memanfaatkan kenaikan peringkat obligasi. Awalnya surat utang itu hanya mendapatkan peringkat idA- dengan prospek stabil. Namun Pefindo mengerek target tersebut menjadi idA sejak 6 Maret 2025. “Peringkat obligasi kami sudah meningkat sehingga memungkinkan kami menerbitkan obligasi dengan bunga yang lebih rendah,” jelas Yune usai acara investor gathering, Kamis (20/3). Yune menjelaskan dana Rp 2,5 triliun akan digunakan untuk pengembangan jaringan, khususnya di sepanjang jalur utama Jawa. Ini sejalan dengan target WIFI yang mengincar kenaikan home passed. Hingga akhir tahun ini, WIFI mengincar bisa melayani 5 juta pelanggan. Adapun jumlah home passed Fiber to The Home (FTTH) WIFI telah menjangkau 200.000 rumah tangga. “Dengan tingkat take-up rate yang tinggi di kisaran 80%-90% per pelanggan, kami optimistis bisa mencapai 5 juta pelanggan di akhir 2025,” katanya. Sekadar mengingatkan, WIFI melalui anak usahanya PT Integrasi Jaringan (IJE) atau dikenal dengan Weave telah menerbitkan Obligasi I Tahun 2024 senilai Rp 600 miliar. (Emiten News)

Recommendation

US10YT naik ke level menjadi 4,276%. Imbal hasil obligasi acuan Amerika saat ini sudah mulai relatif sideways dikarenakan adanya peluang Trump melakukan relaksasi dan fleksibilitas terhadap kebijakan tarrif dan perang dagangnya terhadap negara-negara besar dunia meskipun para ekonom menunjukkan kemungkinan besar negara tersebut akan memasuki resesi di akhir tahun 2025.

ID10YT breakout uptrend channel, menguji resistance 7.2%. Sebagian besar investor khawatir akan implikasi dari peluncuran Sovereign Wealth Fund Danantara dan adanya kondisi sosial politik yang cukup bergejolak.
Download full report
HERE.