Bisnis.com, JAKARTA — Saham dan kinerja keuangan emiten teknologi yang dinakhodai Patrick Walujo, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dinilai masih prospektif seiring dengan bergulirnya kabar merger dengan Grab Holdings Ltd. 

Analis NH Korindo Sekuritas Richard Jonathan Halim mengatakan ada peluang besar yang potensial apabila merger ini terjadi, bagaimanapun mekanisme transaksinya. Menurutnya, GOTO memiliki daya tawar yang lebih tinggi dengan segera rilisnya laporan keuangan 2023 yang diekspektasikan membaik dengan positifnya nilai adjusted EBITDA. “Sehingga GOTO dapat menaikkan harga mergernya, dan juga untuk segmen on-demand service GOTO, merupakan kunci pendapatan dari perusahaan yang berkontribusi lebih dari 55% pendapatan tahunan GOTO di tahun 2022, sehingga GOTO tidak akan memberikan harga diskon,” ujar Richard dalam riset dikutip Sabtu, (17/2/2024). Lebih lanjut dia mengatakan, untuk menghadapi masalah kebijakan monopoli yang ada di Indonesia, NH Korindo Sekuritas melihat ada peluang Grab untuk mengambil alih operasi Gojek yang ada di kawasan Asia Tenggara seperti Vietnam dan Singapura, di luar Indonesia.

Alhasil, GOTO tetap mengambil alih operasional di dalam negeri yang juga akan membuat beban operasional perseroan makin kecil dan lebih profitabel. Pasalnya, untuk segmen on demand service GOTO memakan beban yang cukup besar sebesar Rp20 triliun atau 51% dari total beban operasional perseroan per 2022. “Aksi merger ini diperlukan dua perusahaan tersebut karena setelah bertahun-tahun beroperasional sampai saat ini masih merugi dengan aksi bakar uang yang besar akibat adanya persaingan yang sangat ketat. Per 2022, posisi on demand service GOTO memiliki penambahan kerugian sebesar 16% YoY menjadi negatif Rp14 triliun,” katanya.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Isu Merger Grab-Gojek, Intip Prospek Saham GOTO”,

Lihat selengkapnya di sini.