Summary:
Last Week Review
• PEKAN KEJATUHAN SEKTOR TEKNOLOGI menyeret turun NASDAQ dan S&P 500 dalam pekan terburuk sejak bulan April, sementara Dow Jones yang mencatatkan titik rekor demi rekor di pekan lalu berkat rotasi sektor, membukukan kenaikan mingguan. Apalagi ketika hari Jumat dunia dihadapkan oleh crash-nya sistem operasi Microsoft di seluruh dunia akibat software glitch dari perusahaan cyber security CROWDSTRIKE, yang menyebabkan gangguan operasional di sejumlah industri seperti airlines, banking, dan healthcare ; semakin menegaskan bahwa sektor Teknologi juga punya faktor yang rentan untuk kejatuhannya, berkebalikan dengan hype AI yang selama ini mendukung apresiasinya.
• Sementara itu, sentimen PEMOTONGAN SUKU BUNGA di bulan September cukup terjaga optimis, secara pasar keuangan telah memperhitungkan 93.5% peluang bahwa The Fed akan melaksanakan rate-cut pada rapat bulan September (seperti dikutip dari CME FedWatch Tool) ; bahkan ketika US Retail Sales (June) dan Philadelphia Fed Manufacturing Index (Jul) terlihat melonjak signifikan di atas ekspektasi , yang malah diartikan bahwa konsumen masih punya daya belanja yang sehat di kala Inflasi mampu melandai = melengkapi gejala2 soft-landing. Initial Jobless Claims yang naik 20 ribu klaim pengangguran menjadi 243 ribu untuk pekan terbaru, belum dianggap sebagai indikasi pelemahan sektor tenaga kerja yang ingin dilihat The Fed, karena faktor musiman. Akibatnya, DOLLAR INDEX kembali merangkak naik dan menekan harga MINYAK.
• Lebih lanjut, CHINA yang merilis angka GDP kuartal 2 di angka 4.7%, lebih lemah dari ekspektasi 5%, juga menimbulkan kekuatiran akan lesunya demand minyak global. Berita terakhir menyebutkan bahwa para trader tengah memonitor kemungkinan perundingan gencatan senjata di GAZA ; membuat harga minyak terpuruk ke titik terendah sejak pertengahan June. Sebaliknya, EMAS justru semakin merangsek ke titik rekor tertinggi sempat menyentuh USD 2483 berkat prediksi rate cut The Fed yang semakin feasible di bulan September, walau terlihat cukup gamang untuk langsung menuju USD 3000 (seperti ramalan para ekonom) dari posisi ini.
• MUSIM LAPORAN KEUANGAN KUARTAL 2 telah melaporkan kinerja 70 perusahaan S&P500, yang mana 83% di antaranya membukukan kinerja di atas konsensus, menurut survey LSEG. Para analis sekarang melihat pertumbuhan laba agregat S&P 500 sebesar 11.1% yoy, angka yang lebih baik dibanding perkiraan 10.6% pada tanggal 1 Juli lalu.
• PETA POLITIK AS: Menyusul peristiwa penembakan Donald Trump di minggu sebelumnya , gejolak Pilpres AS diwarnai oleh keputusan Presiden AS Joe Biden untuk mundur dari pencalonan dirinya, setelah menyusutnya dukungan dari partainya sendiri, Demokrat. Biden yang diragukan kesehatan serta kecakapannya sebagai pemimpin di usia tua 81 tahun (dibanding Trump 78 tahun) akhirnya menyerahkan nominasi kepada Kamala Harris yang saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden AS.
• IHSG merangkak naik 0.21% pada pekan lalu, diiringi oleh Foreign Net Buy sejumlah IDR 1.9 triliun (All market). INDONESIA melaporkan surplus Trade Balance (June) untuk bulan ke 50 berturut-turut di angka USD 2.39 milyar, walau angka ini lebih rendah dari perkiraan dan bulan sebelumnya di kisaran USD 2.9 milyaran ; akibat pertumbuhan Ekspor lebih lemah dari naiknya Impor. RDG BI masih memutuskan suku bunga tetap di tempat pada level 6.25%.
This Week’s Outlook
Berikut beberapa fokus yang perlu dipantau oleh pasar investor di pekan ini :
• Ini akan menjadi minggu yang sibuk bagi pasar keuangan dengan data Inflasi AS yang diharapkan dapat memperkuat konsensus pemotongan suku bunga pada bulan September. Musim laporan keuangan akan memanas dengan laporan dari beberapa perusahaan besar dan sejumlah bank Eropa. Sementara itu, data PMI dari Eurozone akan memperjelas jalur menuju pemotongan suku bunga berikutnya oleh European Central Bank.
• DATA INFLASI AS pada Hari Jumat akan menguji ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve hampir pasti akan memangkas suku bunga pada bulan September. Para ekonom memperkirakan PERSONAL CONSUMPTION EXPENDITURES (PCE) PRICE index bulan Juni naik 0.1% untuk bulan kedua berturut-turut, yang akan menurunkan Inflasi Inti tahunan selama 3 bulan menjadi laju paling lambat tahun ini, di bawah target 2% The Fed.
• MUSIM LAPORAN KEUANGAN memanas, investor yang optimis berharap kinerja perusahaan yang solid akan menahan penurunan saham Teknologi yang telah mendinginkan reli saham AS tahun ini, di mana perusahaan seperti Tesla, Alphabet (Tak terkecuali GM & IBM), akan memulai rangkaian pertama dari laporan saham mega-cap “Magnificent Seven” yang telah mendukung penguatan pasar sejak awal 2023. Adapun sektor Teknologi S&P 500 telah turun hampir 6% dalam semingguan ini karena meningkatnya ekspektasi pemotongan suku bunga dan pencalonan kedua Donald Trump dalam Pilpres 2024 memutarkan uang dari sektor winning tahun ini dan ke sektor laggard.
• SEKTOR PERBANKAN EROPA juga tengah menikmati kenaikan laba dan harga saham menghadapi kenyataan minggu ini saat musim laporan keuangan kuartal kedua dari Deutsche Bank (JERMAN), Lloyds Banking Group (INGGRIS), BNP Paribas (PERANCIS), Banco Santander (SPANYOL), serta UniCredit (ITALY) menjadi sorotan. Kunci prospeknya adalah pendapatan bunga bersih, yang melonjak karena kenaikan suku bunga. Namun, pesta ini mungkin tidak berlangsung lama karena ECB memberi sinyal pemotongan suku bunga lebih lanjut dan BANK OF ENGLAND bersiap untuk melonggarkan kebijakan moneter. Para investor juga ingin melihat bagaimana kinerja para bank pemberi pinjaman saat ketidakpastian politik meningkat – saham bank PERANCIS jatuh tajam selama berlangsungnya Pemilu baru-baru ini.
• Sementara pertumbuhan ekonomi di EUROZONE tetap lamban, kekuatan di sektor jasa yang didorong oleh pariwisata menjadi lebih dominan, telah menjaga tekanan harga (Inflasi) tetap tinggi. Ini telah menimbulkan tantangan bagi ECB, sehingga data PMI pada hari Rabu akan diawasi dengan ketat setelah bank sentral menahan suku bunga pada 3.75% Kamis lalu dan menahan diri untuk tidak memberi indikasi lebih lanjut terkait hal itu dan mendasarkan semua keputusan pada data ekonomi. Adapun ECB, yang menurunkan biaya pinjaman untuk pertama kalinya dalam 5 tahun pada bulan Juni lalu, melihat inflasi moderat. Pasar dengan kuat memperkirakan pemotongan suku bunga pada bulan September, akan mendukung saham Zone Euro, obligasi pemerintah, dan mata uang Euro untuk saat ini ; tetapi juga meningkatkan ancaman dari hasil PMI yang dapat mengubah pandangan ECB.
• Harga MINYAK menetap di level terendah sejak pertengahan Juni pada penutupan hari Jumat saat para trader mengamati kemungkinan gencatan senjata di GAZA , sementara US DOLLAR yang kuat juga menekan minat beli negara-negara non-AS. Perang di Gaza telah menyebabkan investor memasukkan premi risiko saat berdagang minyak, karena ketegangan geopolitik mengancam pasokan global. Jika gencatan senjata tercapai, pemberontak Houthi yang didukung Iran punya alasan untuk mengurangi serangan mereka terhadap kapal komersial di Laut Merah, yang mereka klaim sebagai bentuk solidaritas kepada Palestina (Hamas).
Download full report HERE.