Today’s Outlook:
MARKET US: Investor sebagian besar mengabaikan data kepercayaan konsumen bulan Maret yang dirilis pada hari Selasa, dimana mencerminkan penurunan yang signifikan dalam prospek jangka pendek konsumen AS terhadap pendapatan, bisnis, dan kondisi pekerjaan.
FIXED INCOME AND CURRENCY: Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun, setelah sebelumnya sedikit lebih tinggi, turun 1,4 basis poin ke level 4,317%. Pada saat yang sama, imbal hasil Treasury 2 tahun menambah kerugiannya, turun 2 basis poin menjadi 4,017%. Satu basis poin setara dengan 0,01%. Imbal hasil dan harga memiliki hubungan terbalik. Imbal hasil Treasury AS bergerak lebih rendah pada hari Selasa menyusul penurunan kepercayaan konsumen yang menunjukkan optimisme terhadap masa depan mencapai titik terendah dalam lebih dari satu dekade. Conference Board melaporkan pada hari Selasa bahwa indeks ekspektasi turun 9,6 poin ke angka 65,2, level terburuk dalam 12 tahun terakhir dan jauh di bawah ambang batas 80 yang konsisten dengan resesi. Dolar melemah terhadap euro dan yen pada hari Selasa karena ketidakpastian seputar rencana tarif Presiden Donald Trump membuat para pedagang berhati-hati, menyusul reli dalam mata uang AS sehari sebelumnya di tengah optimisme bahwa ia akan fleksibel dalam menerapkan pungutan impor. Euro terakhir naik 0,1% pada hari itu di $1,08. Sebelumnya jatuh ke $1,0774, level terendah sejak 6 Maret. Sementara itu, euro sebelumnya terdorong oleh sebuah survei yang menunjukkan bahwa semangat bisnis Jerman naik pada bulan Maret karena perusahaan-perusahaan mengharapkan pemulihan setelah dua tahun kontraksi di negara dengan ekonomi terbesar di Eropa ini. Dolar turun 0,5% menjadi 149,91 yen Jepang. Sebelumnya mencapai level tertinggi tiga minggu di 150,94. Sterling naik tipis 0,21% menjadi $ 1,2946 karena para pedagang melihat ke arah rilis pernyataan musim semi pada hari Rabu di mana menteri keuangan Inggris Rachel Reeves diperkirakan akan memangkas pengeluaran pemerintah untuk memenuhi aturan fiskal.
-Euro terakhir naik 0,1% di $1,08. Sebelumnya jatuh ke $1,0774, level terendah sejak 6 Maret. Sementara itu, euro sebelumnya terdorong oleh sebuah survei yang menunjukkan bahwa semangat bisnis Jerman meningkat pada bulan Maret karena perusahaan-perusahaan mengharapkan pemulihan setelah dua tahun kontraksi di = negara dengan ekonomi terbesar di Eropa ini.
-Rupiah melemah 0,45% terhadap dollar AS menjadi 16.625 pada pukul 11.36 pagi waktu Singapura hari Selasa, setelah jatuh ke level terendah sejak Juni 1998. Hal ini terjadi setelah Bank Indonesia mempertahankan suku bunga pembelian kembali 7 hari pada 5,75% pada pertemuan minggu lalu. Di tempat lain di Asia, won Korea turun 0,17% menjadi 1.469,65 terhadap dollar sementara yuan China turun 0,11% terhadap dollar menjadi 7,2613.
KOMODITAS: Emas spot naik 0,3% pada $3,020.06 per ons. Emas berjangka AS menetap 0,3% lebih tinggi pada $ 3,025.90. Harga emas naik pada hari Selasa, didukung oleh permintaan safe haven di tengah ketidakpastian atas rencana tarif Presiden AS Donald Trump untuk minggu depan yang berpotensi meningkatkan inflasi. Para investor saat ini menunggu data Pengeluaran Konsumsi Pribadi AS, yang akan dirilis pada hari Jumat, untuk mendapatkan petunjuk mengenai langkah kebijakan Fed selanjutnya. Minyak mentah berjangka Brent naik 3 sen menjadi ditutup pada $73,02 per barel. Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) turun 16 sen menjadi menetap di $69 per barel. Harga minyak sedikit berubah pada hari Selasa setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyetujui gencatan senjata dengan Rusia yang mencakup Laut Hitam dan infrastruktur energi, meskipun harga minyak mentah mendapat dukungan dari prospek pasokan global yang lebih ketat karena ancaman tarif AS terhadap negara-negara yang membeli produksi Venezuela.
Global News
Trump Bakal Kenakan Tarif 25% untuk Negara-Negara Pembeli Migas Venezuela
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeluarkan perintah pengenaan tarif impor 25% untuk negara mana pun yang membeli minyak dan gas dari Venezuela. Kebijakan ini meningkatkan perselisihannya dengan negara Amerika Latin tersebut mengenai imigrasi dengan langkah yang berisiko mengguncang perdagangan energi global. Melansir Bloomberg pada Selasa (25/3/2025), langkah tersebut bertujuan untuk memangkas sumber pendapatan utama bagi rezim Nicolás Maduro di Caracas. Kebijakan ini sekaligus bertujuan untuk memberikan tekanan lebih lanjut pada China, yang merupakan pembeli utama minyak mentah Venezuela dan sudah menjadi sasaran tarif 20% di bawah Trump. Sementara itu, AS juga merupakan pembeli utama minyak Venezuela, dan Chevron Corp. yang berkantor pusat di Texas adalah produsen utamanya. Perintah eksekutif Trump memberi wewenang kepada Departemen Luar Negeri untuk mengeluarkan tarif 25%, sebagai tambahan dari tarif lain yang sudah berlaku atau yang mengancam, pada semua barang yang diimpor ke AS “dari negara mana pun yang mengimpor minyak Venezuela, baik secara langsung dari Venezuela maupun secara tidak langsung melalui pihak ketiga.” Namun, perintah yang tertulis tersebut juga dapat memberikan fleksibilitas kepada Menteri Luar Negeri Marco Rubio dalam menentukan negara mana yang akan dikenakan tarif, dan mana yang tidak. Hal ini menyatakan bahwa dia memiliki wewenang “untuk menentukan atas kebijakannya sendiri apakah tarif” akan dikenakan pada negara-negara pengimpor tersebut. Perintah tersebut mulai berlaku pada tanggal 2 April, hari yang sama ketika pemerintahan Trump diperkirakan akan mengumumkan serangkaian pungutan yang lebih luas yang menargetkan beberapa negara, menambah lapisan lain pada bea masuk yang tumpang tindih yang telah mengguncang mitra dagang dan berisiko menghambat ekonomi global. (Bisnis)
Corporate News
Oto Multiartha: Akan Rilis Obligasi Rp 800 Miliar
PT Oto Multiartha kembali merilis obligasi. Kali ini, emiten obligasi berkode OTMA ini akan menerbitkan obligasi berkelanjutan I tahap III tahun 2025 senilai Rp 800 miliar. Penerbitan obligasi ini rangkaian dari obligasi berkelanjutan yang dirilis Juni 2023, dengan target Rp 3 triliun. Manajemen Oto Multiartha, dalam prospektus ringkas, memaparkan, obligasi yang diterbitkan di tahap III ini dirilis tiga seri. Seri A ditawarkan Rp 438,3 miliar berjangka waktu 370 hari dengan bunga 6,4%. Seri B senilai Rp 29,5 miliar dengan tenor 36 bulan dan menawarkan bunga sebesar 6,8%. Seri C memiliki nilai emisi Rp 332,2 miliar, dengan bunga 7% dan berjangka waktu 60 bulan. Penawaran umum obligasi ini dilakukan pada 25 Maret. Sementara pencatatan obligasi dijadwalkan pada 8 April 2025. Secara total dalam dua tahun ini, Oto Multiartha telah merilis obligasi berkelanjutan I dengan nilai Rp 2 triliun. Perusahaan ini masih memiliki sisa plafon Rp 1 triliun hingga semester I tahun ini. (Kontan)
Recommendation
US10YT naik ke level menjadi 4,323%. Imbal hasil obligasi acuan Amerika saat ini sudah mulai relatif sideways dikarenakan adanya peluang Trump melakukan relaksasi dan fleksibilitas terhadap kebijakan tarrif dan perang dagangnya terhadap negara-negara besar dunia meskipun para ekonom menunjukkan kemungkinan besar negara tersebut akan memasuki resesi di akhir tahun 2025.
ID10YT saat ini mencoba menguji dan bertahan di area 7.2%. Sebagian besar investor khawatir akan implikasi dari peluncuran Sovereign Wealth Fund Danantara dan adanya kondisi sosial politik yang cukup bergejolak, ditambah dengan nilai tukar Rupiah yang terus melemah. Terlepas level 7.2% merupakan resistance yang mungkin bisa ditembus lebih jauh, ada peluang untuk mengalami koreksi (RSI yang overbought).
Download full report HERE.